Setengah jam kemudian, mobil sampai di depan rumah Prita.
"Masuklah dan istirahat. Besok aku jemput ya."
"Makasih, ya." ucap Prita seraya mencium pipi Ayash. Ia keluar dari mobil.
Ayash melajukan mobilnya. Prita memasuki gerbang rumah setelah mobil Ayash tak terlihat. Pikirannya tiba-tiba dipenuhi flash back kejadian di rumah Ayash. Tiga tahun berpacaran, ia merasa ciuman malam itu adalah yang paling intens dan penuh gairah. Ciuman yang membuat seluruh tubuhnya serasa melayang dan menginginkan sesuatu yang lebih. Bahkan ketika tangan Ayash menyentuh dadanya, muncul desiran-desiran yang tak ia mengerti. Prita menepuk-nepuk kepalanya yang kini dipenuhi pikiran mesum.
"Astaga!" teriaknya kaget.
Saat hendak membuka pintu rumah, ia dikejutkan oleh sesosok manusia yang tergeletak di pojok dekat pintu. Dilihatnya dengan teliti, seorang lelaki dengan wajah penuh lebam dan penampilan acak-acakan. Nafas lelaki itu tampak tercekat seperti menahan sakit. Dari tangannya mengalir darah segar pada luka sayatan yang menganga. Prita membungkam mulutnya sendiri sangking syok melihat kondisi lelaki itu.
"Aku numpang sembunyi di sini, ya. Kamu masuk saja. Jangan berisik, nanti preman-preman itu bisa menangkapku."
Prita masih mematung. Ia bingung harus melakukan apa. Ia tidak ingin berurusan dengan preman, tapi juga tidak tega membiarkan orang terluka di luar rumahnya.
"Cepat masuk!" perintah lelaki itu.
Ketika hendak masuk, sayup-sayup terdengar percakapan orang tak jauh dari rumahnya.
"Sudah ketemu belum?"
"Belum, Bos!"
"Kalian payah banget sih! Masa ngelawan satu orang saja kalah!"
"Dia sepertinya jago bela diri, bos. Tapi tadi sempat ada yang berhasil nusuk dia. Jadi, dia nggak mungkin bisa pergi jauh dalam keadaan terluka."
"Cepat kalian berpencar dan cari lagi. Jangan sampai lolos!"
Dalam temaramnya lampu jalan, Prita memperhatikan gerakan orang-orang itu ke arah rumahnya. Ketika berhasil melihat lambang atribut jaket yang mereka kenakan, Prita terkejut dan secepat kilat membuka pintu rumah. Dengan paksa ia menarik tubuh lelaki itu untuk ikut masuk ke dalam rumahnya.
Pintu langsung ia kunci. Dari balik tirai, ia mengintip ada beberapa orang yang sedang mengamati rumahnya. Jantungnya serasa mau copot mengetahui siapa preman-preman itu. Kalong Merah. Itulah mereka.
Prita jadi teringat kisah rumah kosong yang terletak di ujung kompleknya. Dulu, rumah itu dihuni oleh satu keluarga yang tampak harmonis. Namun, dalam semalam seluruh anggota keluarga itu dibantai oleh geng Kalong Merah. Sekarang rumah itu sudah kosong dan tak terawat seperti rumah hantu. Berkaca pada kejadian itu, ia selalu berhati-hati agar jangan sampai berurusan dengan preman-preman sadis itu.
Perasaannya lega setelah para preman itu pergi menjauh dari depan rumahnya.
"Apa mereka sudah pergi?" suara lelaki itu menyadarkan Prita bahwa ia tidak sendiri di rumahnya.
Ia kembali memperhatikan sosok lelaki yang tadi ditarik paksa masuk rumahnya. Kondisinya sangat memprihatinkan. Lelaki itu tampak meringis kesakitan. Darah masih mengalir dari tangannya.
"Kamu duduk dulu di sofa! Aku akan ambil sesuatu untuk membersihkan lukamu." pinta Prita seraya berlari ke arah belakang.
Lelaki itu berpindah tempat ke sofa sesuai perintah tuan rumah. "Dasar preman sialan! Tunggu saja pembalasanku." gerutunya.
Tak berselang lama, Prita datang membawa kotak P3K dan baskom air.
"Aku bantu bersihkan lukanya, ya." ucapnya sembari mengusapkan handuk yang telah ia rendam di air hangat ke wajah lebam lelaki itu.
Lelaki itu terkesima dengan perlakuan yang ia terima. Dia memandang lekat sosok wanita dihadapannya yang masih fokus mengompres. Mata wanita itu tampak indah menyejukkan. Hidungnya ramping dan sedikit mancung. Bibirnya mungil merah merona membuatnya tampak imut dan menggemaskan.
Sebagai seorang lelaki, ia tak pernah merasa tertarik kepada seorang wanita. Selama ini, ia merasa bahwa wanita hanyalah makhluk yang lemah dan sangat merepotkan. Malam ini berbeda. Wanita yang menolongnya itu berhasil membuatnya terpesona.
"Namaku Prita. Siapa namamu?" pertanyaan Prita membuyarkan lamunannya.
"Bayu. Panggil aku Bayu."
"Sepertinya kamu orang baru ya, di kota ini?"
Prita mengelap pelan wajah Bayu dengan handuk kering. Lalu ia mengoleskan krim untuk luka lebam.
"Iya. Aku baru lima hari di sini."
"Oh, pantas."
"Memangnya kenapa?"
"Ya kalau asli orang sini, nggak mungkin cari gara-gara sama mereka."
"Memangnya mereka siapa?"
"Kelompok preman paling sadis di kota ini. Namanya Kalong Merah. Mereka nggak segan-segan membunuh orang. Kamu sebaiknya jangan sampai tertangkap. Dan kalau sampai tertangkap, jangan pernah sebut-sebut namaku! Aku sudah cukup gila untuk terlibat dengan urusanmu." terang Prita sambil membalutkan perban di lengan Bayu yang terkena luka sayatan.
Bayu tertawa kecil mendengar penuturan Prita yang tak ingin namanya disebut jika ia tertangkap. "Kalau kamu takut, kenapa menolong? Aku kan sudah menyuruhmu untuk masuk."
"Setakut-takutnya orang, nggak mungkin tega ninggalin orang sekarat di luar."
"Aku nggak sekarat."
"Iyalah terserah saja. Besok lebih baik kamu pergi ke rumah sakit supaya lukanya tidak infeksi. Kalau mau istirahat, kamu bisa pakai kamar di sana." Prita menunjukkan kamar yang dimaksud.
"Kalau kamu lapar, kamu bisa menghangatkan makanan dari kulkas di microwave. Aku mau ke kamar dulu."
"Rumahmu sepi banget. Kamu tinggal sendiri?" pertanyaan Bayu membuatnya mematung sejenak.
"Ah, iya. Orangtuaku sudah meninggal. Jadi, aku tinggal sendiri di sini."
"Sudah, ya. Aku mau ke kamar." pamit Prita seraya berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Pandangan mata Bayu mengikuti langkah Prita hingga wanita itu masuk ke kamarnya dan menutup pintu. Segera ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang.
"Halo.... "
" .... "
"Apa kamu tahu tentang geng Kalong Merah?"
" .... "
"Oh, benarkah? Kurang ajar kelompok mereka mengeroyokku. Apa mereka tidak tahu siapa aku?"
" .... "
"Tidak usah terburu-buru. Biar aku sendiri yang memberi mereka pelajaran. Kamu kumpulkan saja mereka. Besok akan aku hajar habis-habisan."
" .... "
"Ah, iya. Aku ada tugas tambahan untukmu."
" .... "
"Cari tahu segala informasi tentang pemilik rumah di Jalan Kenanga nomor 25. Namanya Prita. Aku ingin informasi tentangnya sudah kamu dapatkan besok. Aku bisa mengandalkanmu, kan?"
" .... "
***
Sementara di dalam kamar Prita tampak gelisah. Ada orang asing di rumah membuatnya tidak tenang. Apalagi lelaki itu tahu kalau dia hanya tinggal sendirian di rumah. Ia takut ada hal buruk yang akan dilakukan lelaki yang baru sana ia tolong. Ia ingin menghubungi Ayash, namun takut membuatnya marah jika tahu ada seorang lelaki di rumahnya. Dia tidak pernah mengijinkan Ayash bertamu malam-malam di rumahnya. Malam ini, dia malah membawa seorang lelaki masuk rumah dan menyuruhnya menginap.
"Ah... sepertinya aku sudah gila." runtuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Nur Lizza
ini yg aku suka ceritany ada mafia2ny
2023-04-11
1
Eka 'aina
perasaan semua novelmu bagus kak tiap baru baca langsung tertarik....aku mampir juga di sini ya kak🤭
2022-08-26
0
Rika Martini
🙈
2022-02-12
0