"Hei, cewek cantik tapi jomblo. Heran gue sama loe. Kenapa demen banget lari marathon di lapangan? Mau gaya atau cari muka?" Reza, si cowok tengil yang suka mencibir Ghea. Dia adalah ketua OSIS di SMA Garuda.
Ghea berhenti sejenak. Bertolak pinggang lalu berjalan melenggang ke arah Reza yang berada di sisi lapangan.
"Hei, cowok ganteng tapi buluk. Ngapain loe berdiri disitu. Bukannya belajar, malah gangguin orang!"
Ayolah, Reza dan Ghea yang bagai Tom And Jerry yang tidak pernah berdamai. Ghea selalu dendam pada si ketua OSIS yang katanya tampan itu.
Itu menurut analisa ciwi-ciwi alay yang suka mojok di kandang ayam. Berbeda dengan Ghea yang selalu tidak pernah menganggap cowok itu ada.
Tahukah, jika Reza yang pernah nembak Ghea sewaktu kelas tiga. Membuat cewek itu menjadi bahan bulian teman-temannya. Bayangkan saja, bagaimana malunya Ghea ketika Reza datang ke kelasnya dan langsung mencium pipi sang gadis kecil yang baru berumur sembilan tahun tersebut - yang belum mengerti apa itu pacaran.
"Loe bolos? Gue aduin sama Pak Ghani baru tahu rasa loe!" ancam Ghea dengan seringai di wajah cantiknya.
"Yehh ... loe pikir gue kek loe yang suka sama hukuman Pak Ghani. Gue pinter ya kalau loe lupa. Gue - ketua - OSIS!" tekan Reza yang membuat Ghea hanya tersenyum jenaka.
"Bodo amat!" Kemudia cewek yang terkenal dengan kejahilannya itu melenggang meneruskan hukuman dari Pak Ghani.
Sial! Pak Ghani memang tidak bisa diajak bernegoisasi jika sudah berhubungan dengan ketertiban sekolah.
Jam dua sore, Ghea baru menginjakkan kaki di depan rumahnya. Ia membuka pintu, melempar tas sekolahnya ke atas sofa. Kemudian tubuhnya ia hempaskan pada sofa panjang dan bersantai disana sambil memainkan benda pipih yang canggih.
"Bi, minum!" teriak Ghea. Tak lama satu gelas air mineral datang yang dibawakan oleh Bi May. Pembantunya yang sudah lama mengikuti keluargnya.
Ghea menerima gelas yang berisi air mineral. Melegutnya hingga habis lalu memberikan gelas kosong itu lagi pada Bi May. "Mama udah pulang belum, Bi?" tanyanya.
"Belum, Non."
"Bagus!" Seringai jahat pun muncul di wajah Ghea. Ia sudah merencanakan sesuatu untuk surat cinta yang diberikan Pak Ghani untuk orang tuanya.
"Bagus apanya, Non?" tanya Bi May penasaran. Memang, pembantu itu selalu saja kepo dengan anak majikannya ini.
Ghea mendelik, "dih ... kepo banget sih Si Bibi?"
"Maaf, Non. Kan kata Non Ghea kepo itu harus, biar kita pinter."
"Hah ... maksud gue tuh-"
"Ghea!" Panggilnya dengan teriakan dari luar rumah. Dan Ghea tahu suara siapa itu.
"Ghe, Ghe ..." seorang gadis berlari heboh masuk ke rumah Ghea.
"Paan sih, Cy. Kebiasaan loe teriak-teriak mulu deh. Bikin sakit telingan kucing gue aja tahu." Ghea memberengut kesal.
"Di bioskop, ada drama baru dari Yang yang,"
"Serius loe?" Ghea bertanya antusias. Percayalah, seorang Ghea Virnafasya adalah pencinta aktor Yang yang dari negri Tionghoa tersebut. Ia akan rela melakukan apa saja agar bisa menonton drama terbaru dari aktor favorit-nya.
"Yaudah, cabut yuk. Gue gak mau ketinggalan!" ujarnya penuh dengan semangat 45.
Ghea segera beranjak ke kamarnya yang ada di lantai dua. Ia bergegas berganti baju. Sedangkan Ocy, sahabat dunia akhiratnya itu menunggu di ruang tamu.
Satu jam sudah Ghea dan Ocy mengantri di lubang tikus pembelian karcis film yang akan ditontonnya. Antrian panjang membuat Ghea gerah sendiri apalagi dengan orang-orang yang berdesak-desakkan. Mengibaskan tangan untuk menghilangkan gerahnya pun Ghea lakukan. Tapi itu tetap tidak bisa membuat Ghea merasa lebih nyaman.
"Cy, loe nanti beli tiketnya dua, ya. Gue mau beli minuman dulu. Haus banget nih tenggorokan minta di banjari yang segar-segar." Akhirnya Ghea menyerah. Cewek itu tidak sanggup lagi menahan keringnya tenggorokan.
Setelahnya membeli minuman, Ghea kembali ke antrian sambil sesekali menyedot minumannya yang ia beli dengan wadah pelastik. Maaf beribu maaf, Ghea bukan tak mampu membeli minuman kaleng cola atau semacamnya. Ia hanya irit saja.
Tapi sial beribu-ribu sial, kaki jenjangnya kenapa harus menginjak kulit pisang yang terbaring di lantai keramik. Otomatis, tubuhnya langsung ambruk setelah menginjak kulit pisang yang lagi santai tersebut.
Tapi anehnya, tubuh Ghea tidak merasa linu apalagi sakit. Ia tengkurap. Tapi yang membuat dirinya merasa aneh, Ghea merasakan sesuatu yang mengeras dibawah sana. Kontan, Ghea membuka matanya lebar. Ia menjerit dan langsung bangkit. Bersamaan dengan bangkitnya Ghea, minuman yang terlempar jauh ke udara pun tumpah.
Tumpah mengenai wajah. Bukan wajah Ghea, melainkan wajah seseorang yang tadi Ghea tindih.
"Sialan!" umpat pria itu kesal. Bangkit lalu mengusap wajahnya dengan gerakan kasar.
Pria dengan kaos berwarna putih dibalut jaket bomber hitam. Wajah tampan dan cool dengan alis yang tebal. Ia menunjukkan rahangnya yang mengeras dan tatapan mata yang menusuk tajam. Tepat mengenai sasaran.
Dan anehnya, Ghea, bukannya minta maaf, cewek selebor itu justru tertawa membahana dengan rahang terbuka lebar. Saking enaknya, sampai ia memegangi perutnya. Membungkuk dengan kedua tangan meremas perut.
Sampai beberapa detik terus berjalan, Ghea masih asik dengan tawanya. Tetapi dalam hati ia merutuki dirinya sendiri. Juga masih mengingat-ngingat apa yang tadi terasa mengeras di atas pahanya.
"Sial! Kalau jalan bisa pake mata gak sih?" umpat pria itu dengan kesal. Wajahnya jangan ditanya lagi. Dari tampan kini berubah menjadi dakocan kecebur comberan. Apes memang.
"Ya Alloh ... Kai EXO!" Seolah Ghea lari dari kesalahan dan tidak ingin minta maaf. Gadis selebor itu malah berseru heboh, meneriaki pria itu dengan memanggil salah satu member boy band terkenal asal Korea, Kai EXO. Dengan wajah yang dibuat terkejut dan kedua tangan yang menangkupi kedua sisi wajahnya.
"Kamu, dasar gak waras!" umpat pria itu lagi dengan geram. "Tanggung jawab, kamu!"
Pandangan Ghea bukan terfokus pada pria itu. Ia justru mengedarkan pandangannya. Melihat orang-orang di sekitar bioskop sana yang sedang mengarah tatapan padanya.
Malu?
Sudah jelas. Menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang membuat Ghea diterkam dengan malu yang sangat besar.
Eh emang Ghea masih punya urat malu, ya?
"Sorry-sorry, gue gak sengaja. Pelanin dikit napa ngomelnya. Malu ih dilihatin orang banyak!" Bisik Ghea mendekatkan diri pada pria itu.
"Harusnya kamu yang malu. Sudah menabrak saya, buat saya terjengkang dan sekarang wajah saya kena siram minuman kamu!" Masih dengan suara yang mengeras.
"Ya Alloh ... Oppa Kai, sorry the morry deh ya. Nih gue lapin ya mula loe. Biar kelihatan keceh badai lagi. Ya-ya-ya ..." Ghea mengambil tisu di dalam saku celananya. Lalu mengelapi wajah pria tersebut.
Ralat, hampir, karena belum juga tangan Ghea menyentuh wajahnya. Pria itu lebih dulu menahan agar tisu yang Ghea pegang tidak sampai menyentuh kulit wajahnya.
Bisa saja kesialan itu akan bertambah lagi, bukan?
TBC
Note Seizy :
Aow... tayang-tayang yang mampir disini. Ini cerita baru permulaan ye. Masih banyak kejutan yang cetar membahana lainnya... uwuuuuu
Be te we sapose yang Ghea tabrak itu? Penasaran kan? Bilang aja iya. Biar nyenengin hati ako.
Vote komen nya sertakan ya. Jangan lupa biar rame!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
♪Lucass;freechs♪
koreksi *Ya Allah
2023-01-24
1
😂😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2023-01-18
0
Vero Satrio Khusnul
ternyata bukan aq aja ea yg mengidolakan Yang Yang😁😁
2022-11-12
0