Kekhawatiran Rendra semakin hari semakin berkurang, karena ia merasakan langsung kebahagiaan baru, seiring semakin besarnya kandungan Syahila.
Ini bulan kedelapan, pengalaman pertama Rendra menikmati momen ini. Hal di luar khayalannya, kehamilan ketiga Syahila bisa di lalui bersama sama tanpa rintangan seperti kehamilan sebelumnya. Apalagi masalah yang satu itu, Dia selalu bercanda sebelum menuntaskan keinginannya.
"Hei baby ... apa kamu perlu vitamin? Daddy datang sayang membawa vitamin untukmu."
"Hei baby jaga jarak aman ya, awas kepalamu karena ada yang datang menyunsulmu!"
Syahila menggeleng melihat kelakuan Rendra yang seperti itu. Saat akan sampai pada puncaknya.
"Awas baby, cepat tutup wajahnya, ada seprotan yang akan meluncur!"
Membuat Syahila tergelak, karena perilaku Rendra. Bermain dengan wanita hamil besar, seakan mainan baru bagi Rendra, ada nuasa tersendiri, walau tidak sebebas saat Syahila belum hamil
Kehati-hatian dan berusaha mengontrol diri, seakan menjadi kepuasan tersendiri
,,,,,,,,,,
Tidak terasa hari kelahiran yang ditunggu-tunggu tiba. Rendra selalu setia di samping Syahila, sedang Yumna dan Reyhan, mereka di luar bermain bersama Anik dan Ainah.
Tanpa proses yang panjang Syahila melahirkan bayi perempuan. Setelah bermacam proses di lewati Rendra meng adzani dan meng iqamahkan putrinya itu.
"Hai Syaren Aziya Mahardi," gumam Rendra, sambil mencium wajah mungil bayinya
"Bagaimana namanya sayang?" Tanya Rendra.
"Bagus, tapi terserah kamu sayang, asal kamu bahagia," jawab Syahila.
Reyhan yang ber umur 9 tahun, Yumna 6 tahun, mereka mendapat adik perempuan yang cantik, bernama Syaren.
______________________
Syaren Aziya Mahardi, di panggil Syaren.
Saat ini usianya 4 tahun, tahun ajaran baru nanti ia akan masuk tk kecil. Syaren sangat antusias ingin sekolah cepat-cepat sekolah, terpaksa dia masuk sekolah dini. Keinginannya untuk bersekolah tidak bisa di bendung.
"Daddy hari ini libur?" Tanya Syahila pada Rendra.
"Iya moms, daddy libur," sahut Rendra
"Bisa dong antar Reyhan dan Yumna, mereka kan masih ulangan," pinta Syahila.
"Apa sih yang engga buat mommy," lirih Rendra.
"Terima kasih daddy," sahut Syahila.
Sarapan pagi mereka terjeda, karena mendengar suara ponsel Syahila, melihat nama Fatma yang tertera di layar, Syahila langsung mengangkat panggilan telepon itu.
"Iya Fat?"
"Kak Sya, emak sakit parah, emak pengen ketemu kakak suami kakak, juga anak-anak," suara Fatma terdengar berat.
"Aku sama mas Rend bisa, tapi kalau anak-anak, mereka tidak bisa, mereka sedang ulangan, bagaimana?"
"Kalau kaka ngga keberatan ngga apa-apa, makasih banget kak."
"Iya Fatma, kami akan segera kesana."
Setelah mengucapkan salam perpisahan, Syahil dan Fatma menyudahi panggilan mereka.
Rendra sedari tadi memandangi wajah Syahila. "Ada apa? Fatma ya yang menelpon tadi."
"Iya, Fatma yang menelpon, mak ijum sakit parah, emak pengen ketemu kita.
"Ya sudah, kita segera bersiap kesana." seru Rendra.
Syahila memandangi ketiga anaknya. "Reyhan sayang, daddy sama mommy mau ke desa nek Ijum, nek ijum sakit sayang," ucap Syahila.
"Kita ikut ya moms," pinta Yumna,
"Ngga bisa sayang, kalian ulangan," sahut Syahila.
"Syaren gak ulangan moms, jadi Syaren bisa dong ikut Daddy dan moms," celoteh dari mulut Syaren,
"Tapi Syaren hari ini kan ada acara foto di sekolah," sahut Syahila.
"Yah ...." rengek anak-anak bersamaan.
Untung saja pak Rojak kamu panggil kerja mas, kalau engga, bagaimana anak-anak," ucap Syahila.
"Jadi kami sama pak Rojak dad?" Tanya Reyhan.
"Iya sayang, kalian semua sama pak Rojak dulu ya, mommy sama daddy mau ke desa," ucap Rendra.
"Iya dad," sahut Reyhan.
"Reyhan sayang, jaga adik-adik ya selama mommy dan daddy pergi," Syahila membelai kepala Reyhan.
"Iya moms," jawab Reyhan.
Selesai sarapan, anak-anak langsng berangkat ke sekolah di antar Pak Rojak. Sedang Syahila dan Rendra segera bersiap, untuk berangakat kedesa mak Ijum.
****
Mengingat mak Ijum sakit, Rendra memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi, mobil itu terus mengebut di jalanan, hingga kurang dari 4 jam mereka sudah sampai di desa mak Ijum.
Fatma sangat bahagia, melihat Syahila dan Rendr benar-benar datang. Mak Ijum tersenyum melihat Syahila dan Rendra. Syahila duduk di samping mak Ijum.
"Kami datang mak, maaf ya mak, suami Syahila sibuk, jadi kami jarang nengokin emak."
Mak Ijum tidak mampu berbicara, dia hanya tersenyum. Selama satu jam berada di rumah mak Ijum, isakan tangis terdengar dari kamar itu, Mak Ijum tutup usia.
Suasanan duka menyelimuti desa itu. Karena masih siang, dan tidak ada pihak keluarga yang di tunggu, pemakaman mak Ijum, langsung di lakukan.
Selesai pemakaman, keadaan rumah mak Ijum kembali sepi, para warga sudah kembali kerumah mereka masing-masing. Syahila dan Rendra pun izin pulang pada Fatma.
"Terima kasih kak Sya, kak Rend, kalian bersedia datang, memenuhi ke inginan nenek." Fatma menangis dalam pelukan Syahila.
"Iya sayang, kamu jangan terlalu sedih, kamu lanjutkan kehidupan dengan suami kamu," Syahila menepuk lembut punggung Fatma.
Syahila dan Rendra pulang, mobil itu mulai meninggalkan halaman rumah Mak Ijum. Mobil Rendra melaju di jalanan yang nampak lengang.
Mobil Rendra sudah jauh melaju, meninggalkan desa mak Ijum. Tiba-tiba hujan turun begitu derasnya, membuat Rendra harus menurunkan kecepatan mobilnya,karena sulit melihat jalanan di depannya.
"Apa kita berhenti saja mas, kabut begini, apa bisa mas lihat jalanan?"
"Bisa sayang, pelan-pelan aja, lagian ini sawangan, berhenti di pinggir jalan bahaya, banyak pohon, itu kilatnya juga bikin ngeri."
Kilatan cahaya petir, bersambut dengan bunyi geledek yang menggelegar, membuat Syahila berulang kali berteriak sambil mengucap ta-awudz.
"Tenang sayang, ada mas di sini," Rendra menoleh kearah Syahila, dia memegang tangan istrinya dan mencium tangan Syahila.
"Masss!!" Teriak Syahila, ketika melihat pohon tumbang, tepat di depan mobil mereka.
Rendra kaget, refleks dia membanting setirnya ke arah samping, menghindari pohon tumbang di depan mereka. Tanpa Rendra sadari, di samping mereka adalah jurang.
Gubbrrakkkkkk!!
Mobil yang di kendalikan Rendra terperosok masuk kedalam jurang.
***
Beberapa menit kemudian jalanan agak macet, karena pohon tumbang yang menghalangi jalan. Keadaan tiba-tiba heboh, saat salah satu pengguna jalan menyadari, ada sebuah mobil di dasar jurang sana.
Hujan mulai mereda. Keadaan juga jadi semakin ramai, saat mengetahui ada kecelakaan tunggal, pihak kepolisian dan dinas-dinas terkait mulai melakukan tugas mereka. Beberapa petugas berusaha menyingkirkan batang pohon yang menghalangi jalanan, sedang beberapa instansi lain, berusaha meng evakuasi pengendara mobil itu.
Sekian lama berjibaku, akhirnya pohon tumbang yang menghalangi jalanan sudah di singkirkan, suasana jalanan lembali lancar. Pihak lain juga berhasil mengangkat dia pengemudi mobil yang masuk jurang itu.
"Lapor komandan! Keduanya sudah meninggal!" laporan salah satu petugas kepolisian. Tidak sulit bagi mereka mengenali dua jenadzah itu, karena keduanya membawa tanda pengenal mereka.
Jasad Syaren dan Rendra langsung di bawa menuju rumah sakit. Sedang beberapa petugas lain tengah menjawab pertanyaan para wartawan yang meliput kecelakaan itu.
******
Di kediaman Rendra.
Suasana sangat sepi, bunyi telepon rumah memecah kesunyian mereka. Bi Anik langsung mengangkat telepon itu.
"Selamat malam, kediaman keluarga bapak Rendra."
Bi Anik mematung mendengar jawaban dari ujung telepon sana, air matanya seketika mengalir begitu deras. Telepon yang dia pengang terlepas begitu saja, bi Anik tersudut di sisi tembok rumah itu, tangisnya amat memilukan.
Reyhan heran melihat bi Anik menangis seperti itu, dia langsung mendekati bi Anik. "Bi, bi Anik kenapa?"
Melihat Reyhan, tangisan Anik kian pecah, dia tidak bisa menjawab pertanyaan anak majikannya itu.
"Mommy!!!" Teriak Yumna, saat dia melihat berita kematian Syahila dan Rendra di televisi.
Reyhan langsung berlari menyusul Yumna. "Yumna, kamu kenapa?"
Yumna hanya menangis histeris, mulutnya terus meringis. "Mommy ... daddy ...."
Perhatian Reyhan ter alih pada televisi, hatinya terasa perih, saat melihat berita kematian kedua orang tuanya, dia baru sadar, hal apa yang membuat bi Anik menangis tadi.
Reyhan berusaha tegar, dia memeluk adik perempuannya, tapi dia tidak mampu menahan air matanya, Reyhan dan Yumna menangis, karena kedua orang tua mereka pergi untuk selama-lamanya.
*****
Beberapa teman akrab Rendra langsung menuju rumah sakit, untuk membantu mengurus jenadzah Rendra dan Syahila. Setelah semua urusan selesai, kedua jenadzah di antar kerumah duka.
Suasana duka sekan mencekik leher setiap orang yang menyayangi Rendra dan Syahila, keduanya pergi begitu saja, meninggalkan tiga orang anak yang masih kecil.
Tangis pelayat yang hadir malam itu semakin pecah, saat melihat tiga anak kecil menagis di sampung jenadzah Syahila dan Rendra.
***
Keesokan harinya.
Suasana di pemakaman sangat ramai, sangat banyak pelayat yang mengantar dua jenadzah itu. Semua mata tertuju pada Reyhan yang memeluk kedua adinya yang terus menangis, kadang sesekali dia menyapu ujung matanya, karena cairan bening dari matanya itu terlepas begitu saja.
Anak laki-laki itu nampak tegar, untuk memberi kekuatan pada dua adik kecilnya. Reyhan menatap sayu kearah dia onggokkan tanah merah yang bertabur bunga-bunga.
"Mommy ... daddy ..., Reyhan janji, Reyhan akan menjaga adik-adik semampu Reyhan," Reyhan menepuk lembut punggung kedua adiknya yang menangis sambil memeluknya.
******
Promo karya aku yang lain ya,
Titipan Guna-Guna
Genre, Horor-Romantis-Misteri.
Terpaksa Menjadi Istri Tuan Muda
Genre, Romantis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Jasmine
yatim piatu dlm 1 mlm...tetap berjuanglah anak2 tsb
2023-01-24
0
Fadilah Herbalis Nasa
nyesek banget Thor, kematian pasti datang pada orang yg hidup, dan kita tidak pernah mengetahui kapan di panggil nya, Husnul khotimah syahila dan Rendra
2022-09-04
0
Kenza al_el
merinding n mrembes mili aku thor baca bab ini, nyesek bgt sih.. g tega sama 3 anak kecil yg harus kehilangan kedua ortu nya secara bersamaan.. 😭😭😭
2021-09-02
0