Syahila menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan, ia mengulangi hal itu beberapa kali. Perlahan, Syahila membuka genggaman tangannya, yang berisi butiran pil kb, yang ia temukan di kamar Yumna.
"Apa itu?" Tanya Rendra.
"Pil KB."
"Pil KB? Di kamar Yumna? Buat apa Yumna?"
"Pasti pil aku mas ...." Syahila menangis.
"Apa? Yumna mengambilnya?"
"Mungkin mas."
"Kita ke dokter sekarang!" Rendra segera bersiap.
Rendra dan Syahila pergi ke dokter specialis kandungan. Setelah menunggu, akhirnya giliran mereka. Syahila dan Rendra langsung masuk kedalam ruangan dokter. Syahila mulai menceritakan apa yang terjadi padanya.
"Untuk lebih jelasnya, kita lakukan USG saja," seru dokter.
Syahila dan Rendra setuju, kini Syahila tengah berbaring di bangkar, sedang dokter mulai menjalankan alat kecil di perut Syahila.
"Hem ... sepertinya ada yang tumbuh di dalam sana, perkiraan usianya baru kisaran dua mingguan," kata dokter.
"Apa? Dua minggu?!" Rendra sangat kaget.
"Iya ... selamat ya,"
Dokter menyelesaikan tugasnya, setelah selesai Syahila perlahan bangun, mereka langsung menuju kursi yang ada di depan meja kerja dokter.
Wajah Rendra begitu lemah. "Dok, kenapa istri saya bisa hamil, sedangkan istri saya KB," Rendra sungguh tidak siap mendengar dan menerima kehamilan Syahila.
Dokter tersenyum mendengar pertanyaan Rendra. "Pak, orang yang KB mereka ter atur saja, kalau Tuhan berkehendak jadi. Apalagi istri anda yang KB nya kecolongan," sahut dokter.
Syahila diam. Sebenarnya ia senang bisa hamil lagi. Tapi ia faham, kalau Rendra sangat takut jika Syahila hamil. Masa lalu yang kelam saat Syahila hamil, Rendra takut hal itu terulang lagi, jika Syahila hamil lagi
Selesai di ruangan dokter, Syahila dan Rendra langsung berjalan menuju mobil mereka. Wajah Rendra nampak sedih.
Syahila memijat bahu Rendra lembut, dengan sebelah tangannya. "Sayang .... jangan marahi Yumna,ia tak mengerti sayang," Rendra tidak merespon, ia terus diam.
Akhirnya langkah mereka sampai di area parkir.
"Sayang ... kamu yang nyetir ya, aku lemes dan gemetaran ini," Rendra memberikan kunci mobilnya pada Syahila. Mereka berdua langsung masuk mobil.
Rendra duduk lemas di samping Syahila. Perlahan Syahila mulai melajukan mobilnya, meninggalkan area rumah sakit.
Syahila melirik sedikit ke arah Rendra, dia tersenyum melihat mimik wajah Rendra. "Sepertinya kamu yang ngidam ya sayang?"
"Jangan bahas itu sayang, aku makin lemas,"
Syahila tersenyum. "Sayang, jangan parno duluan, kita tidak akan berpisah lagi, kita akan selalu bersama sayang, mungkin kali ini, kita selalu baersama bahkan sampai akhir hayat kita." Syahila berusaha menenangkan Rendra.
Akhirnya, mereka sampai di rumah. Rendra menyeret kakinya yang lemas, memasuki rumah mereka. Ia langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhnya yang sangat lemas.
Anik dan Ainah heran, melihat Rendra yang seperti orang sakit. Melihat Syahila masuk kedalam rumah, Anik dan Ainah, langsung menyambutnya, dengan pertanyaan yang dari tadi menggerogoti otak mereka.
"Nyonya sakit apa?" tanya Ainah.
"Enggak ada yang sakit bii, cuma Yumna bakal jadi kakak," sahut Syahila.
Ainah sangat terkejut. "Lha? Kok bisa? Kan nyonya KB."
"Tuhan bertindak lewat tangan Yumna, dan hasilnya, Yumna harus punya adik," Syahila mengelus perutnya yang masih rata.
Anik dan Ainah sangat bahagia, mereka berdua memeluk Syahila. "Selamat ya nyah," ucap keduanya bersamaan.
"Kenapa tuan terlihat sedih nyah? Ini kan berita bahagia," ucap Anik.
"Dia takut bi, bibi kan tahu, dua kali hamil, dua kali kami berpisah. Mas Rend takut, kalau aku hamil, ujian yang berat datang lagi. Sebab itu dia sedih karena kehamilan ini." Tatapan Syahila kosong, dia juga tidak mau berpisah lagi dengan Rendra.
"Insya Allah, kali ini enggak Nyah," Anik menyemangati Syahila.
Syahila tersenyum, menanggapi ucapan Anik.
"Aku permisi dulu ya, bi."
"Iya nyonya," sahut Anik dan Ainah.
Syahila langsung menuju kamarnya, menyusul Rendra Setelah membuka pintu, nampak Rendra tengah berbaring di kasur. Syahila tersenyum, dia segera mendekati Rendra. Syahila berbaring di samping Rendra.
"Mas ... mas jangan parno gini dong ...."
Rendra diam.
"Kalau mas ngga bahagia biar aku gugurin sekarang! Biar sekalian sama aku nya juga mati!"
Rendra berbalik menghadap Syahila. "Jangan sayang," Rendra menahan Syahila yang ungin bangkit, dia menarik Syahila kedalam pelukannya.
Terdengar Rendra mengehela nafasnya begitu berat. "Aku cuma takut masa lalu terulang lagi." Rendra memeluk Syahila begitu erat.
"Insya allah engga mas." Syahila membalas pelukan Rendra.
"Maka nya kalau ngga pengen punya anak lagi, jangan melepas peternakan kecebongnya ke kolam istri!" Syahila mencubit perut Rendra.
"Maaf sayang, sebenarnya mas juga bahagia Yumna bakal punya adik. Hanya saja mas takut jika kebahagiaan yang besar ini, harus mas tebus dengan kehilangan kalian. Mas ngga bisa sayang." Rendra semakin mengencangkan pelukannya.
"Mas harus berpikir positif, jangan berpikiran negatif, dan jangan berprasangka yang enggak-enggak begitu."
Rendra menciumi kepala Syahila. "Sayang, mas kasian sama calon adik Yumna."
"Kasian kenapa?" Syahila mendongakkan wajahnya, hingga dia bisa memandang wajag Rendra
"Kulihat ia sendirian. Sepertinya ia sangat senang jika mas ajak bermain, dia pasti kesepian, maju mundur----" Rendra memainkan tangannya, tangan nakal itu mulai menjelajahi tiap inci tubuh Syahila.
Syahila menggeleng dan tersenyum, ia membiarkan Rendra menyurkan keinginannya.
*******
Rendra tengah berkumpul di sebuah cafe dengan Denny, Hari, dan Leo. Wajah Rendra masih terlihat kusut.
"Kenapa Rend, wajah kamu itu kusut! Nggak dapat jatah dari bini?" Tanya Denny.
"Bukan itu! Tapi ... Syahila hamil lagi," sahut Rendra.
"Weihh ... selamat! Nambah pasukan dia." kata Denny.
Semua memberikan selamat pada Rendra.
"Rend bakal punya tiga dong. Lah aku cuma bisa dapat satu, selamanya." Denny mendengus.
"Sama Kamla cuma bisa satu, kan bisa cari pabrik lain." Hari mengejek Denny.
"Enggak Har! Aku rela cuma punya satu anak, asal Kamla selamanya di sisiku," sahut Denny.
"Sama!" Sahut Rendra, Hari, dan Leo bersamaan.
"Gila! Kalian semua mau istriku!" Denny emosi.
"Maksudnya, kita sama, kalau kita juga cuma mau istri kita yang sekarang, selamanya di sisi kita." kata Rendra.
"Oh ...." Denny membulatkan bibirnya.
"Kalau aku dan Zha, rencananya mau dua," sahut Leo.
"Aku dan lee rencana nya buat timnas!" Seru Harri.
"Emang kamu mampu?!" Denny mengejek harri.
"Buhsyet dah ...." Harri kesal di ejek Denny.
"Kamu kenapa sedih dengan berita kehamilan istri kamu?" Tanya Leo.
"Aku cuma takut ujian yang sama, akan datang pada hidup kami," wajah Rendra terlihat sedih.
"Insya allah enggak lagi Rend ...." sahut Denny.
"Semoga," sahut Rendra.
Mereka larut dengan obrolan santai mereka. Tidak terasa, sekarang sudah jam 11 malam, mereka semua pun bubar dan pulang kerumah masing-masing
****
Hari ini Syahila sekeluarga menengok Lee, di rumah sakit, Aleena melahirkan bayi laki-laki.
Yumna memandangi bayi Lee. "Mom, aku juga mau baby seperti punya ka Naura."
"Iya sayang, kita pesan sekarang ya," sahut Syahila.
"Ca elah pesan, babynya dalam proses pengiriman kali!" ejek Hari.
Mereka semua tertawa.
"Jadi aku juga akan dapat baby seperti punya kak naura moms?" Yumna begitu senang.
"Iya, Yumna sayang, tapi baby nya lagi dalam perjalanan, sabar ya," Hari menjawab pertanyaan Yumna
"Asyik!" Yumna berteriak kegirangan.
"Hushhh! Jangan teriak-teriak ini rumah sakit! Mau di sunyik dokter kalau ribut?" ucap Syahila.
"Maaf moms," sahut Yumma.
"Sya, kok kamu bisa hamil? seingat aku kamu KB." Tanya Lee.
"Ya bisa lah, secara burung burik Rendra selalu bertelor di sarang Syahila," ledek Hari.
"Burung burik!! Giila! Punya kamu kali yang burik!" Rendra kesal. Sedang Hari tertawa terbahak.
"Yumna, kok banyak obat di mulut boneka Yumna?" Tanya Syahila.
"Dia sakit moms, makanya aku kasih obat," sahut Yumna santai. Ia dan Naura sangat asyik melihat baby Aleena yang masih tidur.
"Apa maksudnya?" Aleena tidak mengerti.
"Obat yang aku maksud itu, pil KB aku, yang jadi mainan Yumna." kata Syahila.
Aleena berusaha menahan tawanya, agar tidak mengakak, karena menyadari perisai Syahila jadi mainan Yumna.
"Lepas aja bu ...." ejek Syahila melihat Aleena berusaha menahan tawanya.
"Sakit bu ...." sahut Aleena mengisyarat pada bagian bawahnya.
"Di jahit bu?" Tanya Syahila.
Aleena menjawabnya dengan anggukan kepalanya.
"Waww, bakal puasa 4 bulan deh anda." Syahila menepuk bahu Hari.
Hari melotot. "Serius?" Harri memandang Aleena.
"Yah, kalau papi pengen mommy sehat terus di masa depan, puasa, harus!" sahut Aleena, mimik wajahnya terlihat sangat serius.
Rendra dan Syahila tertawa melihat expresi wajah Harri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Jasmine
emang apaan sih...mikirnya sampai segitu lama 4 bln...ntar suami cari jajanan lain...
2023-01-24
0
Fadilah Herbalis Nasa
baru mampir Thor, sukses untuk karya nya author, di Novel Manua Bersama
2022-09-04
0
Fadilah Herbalis Nasa
🤣🤣🤣puasa Harri
2022-09-04
0