Episode 5

Keesokan harinya papa mengumumkan pernikahan Sean dan Gendis, yang akan dilaksanakan dua bulan ke depan pada saat mereka sarapan. Semua yang ada disitu tampak gembira, tak terkecuali Airin,

" Selamat ya Gendis, semoga happy sampai akhir", ia mendatangi Gendis dan mencium pipinya.

Gendis tersenyum,

" Terima kasih ", ibu tampak bahagia mrlihat ekspresi Gendis yang terlihat gembira.

Sementara Sean hanya diam saja, ia tak mempedulikan pembicaraan yang terjadi di meja makan, fikirannya sedang berkecamuk, bagaimana caranya membicarajan pernikahanya ini pada Alexa.

" Ka... kok diam aja ?" Tegur Airin pada Sean.

" Terus... menurutmu aku musti ngapain ?"

" Ngomong ke, jangan diem saja".

Sean tersenyum,

" Musti bicara apa ?ya gitu deh ".

" Kwkwkw, kaka kok salting gitu, makanya di otak pikiranya jangan cuma kerjaan, udah segede haban gitu belum kenal wanita, huuuuu rugi !!!"

Mereka tertawa melihat tingkah Airin.

" Eh Ma, Shelo suruh pulang kan ?"

" Iyalah, nanti aja kalau hari H nya dah deket".

" Oke "

Setelah selesai acara sarapan, karena hari hari minggu, mereka berencana berenang di rumah saja.

Gendis yang mengenakan hijab tak berani turun ke air, walaupun ia pandai berenang, ia memilih bermain air di pinggir kolam.

Kemarin antara Sean dan Gendis tak ada sekat, sekarang terlihat mereka sangat canggung. Bila kebetulan salah satu tak sengaja mendekat, yang lain akan segera menjauh, hal ini tak luput dari pengamatan papa dan mama.

" Ma, lihat mereka tampak canggung, padahal kemarin biasa saja".

" Tentulah Pa, kemarin mereka ngga ada apa-apa, sekarang mereka tahu akan terjadi sesuatu makanya sekarang mereka canggung".

"Kira-kira kita salah nggak menjodohkan mereka".

" Untuk saling mencintai butuh proses Pa, biarkan saja nanti mereka menemukan jawaban perasaan mereka sendiri di pernikahan, istilahnya ta'aruf lah, saling mengenal setelah menikah".

Mereka memandang anak-anak mereka penuh dengan rasa takjub. Dulu mereka masih tampak kecil, sekaranģ lihatlah... mereka tumbuh dengan sangat baik, sehat dan penuh dengan kebahagiaan.

Sean mendekati Gendis yang tengah bermain air.

Walaupun dibungkus pakaian yang rapat dan sederhana, namun kecantikanya tetap terpancar keluar. Tapi entahlah kenapa Sean tidak merasa tertarik dengan calon istrinya ini.

" Gendis !"

Gendis memandang calon suaminya.

" Ya Ka".

" Kamu nggak akan bicara pada orang tua kita ?"

" Bicara apa?"

" Kamu menolak pernikahan ini ".

Gendis mengambil nafas dalam, ia memandang Sean dengan hampir putus asa.

" Aku nggak akan bilang apapun ke Om dan Tante, aku akan menerima pernikahan ini".

Sean memandang Gendis dengan tatapan yang susah diartikan.

" Oke, kita nikah tapi aku tetap berhubungan dengan kekasihku, aku tak akan berpisah dengan Alexa, aku mencintainya aku tidak akan meninggalkanya ".

Begini amat hidupku, inilah yang aku takutkan dalam pernikahan, nasibku, ternyata tak jauh beda dengan ibu.

Tanpa sadar air mata menetes di pipi mulus Gendis, ia mengusapnya dengan cepat. Belum juga menikah, calon suaminya sudah menorehkan luka di hatinya.

 

Sebulan telah berlalu sejak peristiwa itu,

Hari ini, saatnya Gendis wisuda.

Sahabat-sahabat terbaik mendampinginya, ibu, Om dan tante Adinata, tak lupa Sean.

Mereka tampak seperti keluarga yang berbahagia.

Beberapa kali sohib-sohibnya sengaja mengambil gambar Gendis dan Sean.

Tampak sangat serasi, cowoknya ganteng gagah dengan postur tinggi tegap. sedang Gendis, tampak anggun dan cantik dengan toganya.

Mereka berenam sangat ramai, sampai-sampai semua larut dalam kebahagian Gendis.

Seperti yang dikabarkan sebelumnya, Gendis merupakan sarjana S1 jurusan Managemen Akutansi dengan predikat suma cum laude, gedung kebanggaan itu terdengar bergemuruh dengan tepuk tangan.

Kebanyakan yang diwisuda ini, adalah kakak tingkat Gendis, tapi siapa yang tak kenal Gendis di kampus ini, Gadis cantik dan smart.

Paket lengkap untuk dijadikan pasangan.

Ada kebanggaan menelusup di hati orang-orang terdekat Gendis, tak terkecuali Sean. Walaupun Gendis bukan tipe-nya, tapi ada kebanggaan terselip di hatinya.

Ia ikut tersenyum seperti yang lain.

" Tunggu aku tahun depan nyusul kamu", bisik Citra pada Gendis.

Jasmine mendengar itu,

" Tunggu, nyusul apa nih ? sarjana apa nikah?"

Mereka tertawa berbarengan, ada kebahagiaan sekaligus kesedihan, sebab mereka harus berpisah, setelah acara wisuda ini.

Ibu memisahkan diri di sudut lapangan, kelihtanya beliau sedang menghubungi seseorang.

Dengan memggunakan bahasa yang tudak dimengerti oleh orang yang ada disitu.

" Anakmu hari ini wisuda, sebulan lagi dia menikah, seharusnya kamulah yang menikahkan anakmu, sebab kamu adalah ayahnya".

Tak ada suara cukup lama dari seberang, sampai ada sahutan.

" Aku akan datang, aku akan jafi wali nikah anak kita".

" Kamu nggak harus datang, yang penting aku sudah memberi kabar padamu, bahwa anakmu akan menikah".

" Tidak, aku akan tetap datang".

" Sudah dulu, aku akan bergabung dengan mereka".

" Sebentar Indri, jangan ditutup dulu".

Bu Indri, ibu Gendis, mengurungkan niatnya untuk menutup telpon dari suaminya.

" Aku ingin kita bersama lagi, jangan ditutup, plis, aku mencintaimu, juga anak kita".

" Sudahlah.... jangan memperbincangkan hal ini lagi, aku hanya ingin mengabarkan bahwa anakmu akan menikah".

" Indri, bolehkah aku bicara dengan anakku, Gendis ?"

"Maaf, tidak untuk saat ini".

Ada perih yang dirasakan oleh Pak Petter, ayah Gendis.

"Dia, membenciku ?"

Diam lama, tak ada jawaban dari bu Indri.

" Dia tidak membencimu, hanya butuh waktu untuk memulihkan hatinya".

" Kamu.... apakah kamu membenciku ?"

" Sudahlah, tidak perlu kita bahas hal itu saat ini".

Terdengar nafas panjang ditarik dari sebrang.

" Aku tutup, aku akan bergabung dengan mereka".

Sebelum ada jawaban dari suaminya, bu Indri sudah menutup telponya.

Rindu itu, belum selesai ia tuntaskan, wanita yang sampai saat ini ia cintai, sudah menutup telponya.

Andai kamu tahu Indri, bagaimana menggilanya aku saat kau tinggal pulang ke Indonesia, butuh waktu sampai hari ini untuk bisa melupakanmu, tapi sampai saat ini, aku tak pernah bisa melupakanmu. Dua puluh tahun, ya, sudah dua puluh tahun. Aku mencarimu, dan hari ini kamu menghubungiku.

Kenangan Pak Petter kembali ke dua puluh satu tahun silam, mereka menikah secara diam-diam, dengan disaksikan oleh wali dari Indonesia, mereka menikah dengan cara islam.

Petter mencintai Indri, melebihi siapapun, Bahkan penolakan dari orang tuanyapun tak ia hiraukan, dia tetap menginginkan wanita Java ini untuk memjadi istrinya.

Sampai pada suatu hari keluarga Petter curiga, dengan seringnya Petter pergi mengurus bisnis ke luar kota, bisa sampai sebulan dia tak kembali ke rumah.

Saat kembali, papa Petter memasukkanya ke dalam kamar dan dikunci dari luar, Petter hampir gila berada di dalam kamar, ia terisolasi dari dunia luar, tidak hanya terisolasi dari dunia luar, ia bahkan tidak bisa menghubungi istrinya, Indri.

Papa marah besar saat mengetahui anaknya ini diam-diam menikahi wanita Jawa yang notabene adalah pembantunya.

Beliau mengetahu setelah beberapa kali mengintai Petter dengan cara menyewa detektif.

Kemarahannya memuncak, saat mengetahui, istri Petter, yaitu Indri sedang dalam kondisi hamil.

Memalukan bagi bangsawan seperti dirinya, sebab putranya menikahi seorang babu.

Terpopuler

Comments

Sofhia Aina

Sofhia Aina

Seruuuuu nie 👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍

2020-12-13

0

@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™

@✿€𝙈ᴀᴋ hiat dulu⦅🏚€ᵐᵃᵏ⦆🎯™

semangat💪💪💪

2020-11-22

0

Kᵝ⃟ᴸωα⏤͟͟͞R∂αн🦐

Kᵝ⃟ᴸωα⏤͟͟͞R∂αн🦐

mana thor visualnya

2020-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!