Episode 3

Akhirnya, Gendis mwnginjakkan kakinya di ibukota Jakarta.

Keinginan Om angkatnya untuk menunjukkan cara kerja swalayannya sangat tinggi, beliau menginginkan anak angkatnya ini, untuk tahu seluk beluk mengenai swlayan lebih detil.

Gendis naik kereta api dari Blitar ke Jakarta, dari sana ia berangkat malam hari, ia tidak sendiri, ia ditemani oleh ibunya, sekalian berlibur.

Urusan kantor diserahkan kepada bawahanya, yang sudah tahu betul cara kerja Gendis secara teknik.

Rencananya Gendis akan di Jakarta selama lima hari.

Gendis sampai di Jakarta pukul empat sore, mereka dijemput oleh Bu Diana. Beliau sangat senang dengan kehadiran mereka berdua.

"Capek ya ?? Nggak kan Mas Adi sengaja beliin tiket kereta yang bikin kalian nyaman, supaya sampai Jakarta nggak terlalu capek".

"Nggak kok tante, biasa aja".

" Syukur deh".

Ada banyak oleh-oleh yang dibaea oleh Bu Indri, sambel pecel, wajik kletik, roti orion pesenan tante Diana, dan madih banyak yang lain.

Tante Diana merasa nggak enak melihat teman dan anak angkatnya membawa oleh-oleh sangat banyak.

" Itu oleh-olehnya bawanya banyak banget, kalian bawanya gimana?"

" Semalem dibantu Pak Slamet, tetangga rumah yang tukang becak itu lo Na, tetangga belakang rumah", jawab ibu.

" Ooo yang pas aku kesana dia bantuin negor gedang itu ?"jawab bu Diana.

" Hooh yang itu".

Mereka ngobrol sampai tak sadar sudah sampai di rumah keluara Adinata.

Rumah besar bercat putih, dengan beberapa pilar di depanya.

Garasi mobil terletak di samping rumah, dengan beberapa mobil berjajar rapi.

Halamanya sangat luas dengan taman di tengahnya. Untuk masuk dan keluar mobil ada jalannya sendiri-sendiri.

Tampak kekaguman di mata bu Indri ibu Gendis, sahabatnya memiliki rumah mewah di tengah kota Jakarta. Luar biasa, ini rumah apa istana, pikir beliay.

" Yuk, turun, biar bawaanya nanti diambil sama asisten sama sopir".

" Nggih bu, monggo duluan saja, nanti saya yang bawa", jawab pak Sugeng supir bu Diana.

" Nggih Pak, matur suwon" Jawab ibu dan Gendis serempak.

Mereka memasuki ruang tamu yang lebar, Bu Diana langsung mengajak mereka ke ruang makan. Rumah ini berkonsep garden, sehingga setiap ruangan pasti bisa memandang taman yang ada di luar.

Ruang dalam tanpa sekat, antara ruang keluarga, ruang makan dan dapur bersih, sehingga tampak luas dan lega. Semua ruang menghadap ke taman samping rumah yang dilengkapi dengan kolam renang.

Pak Adinata dan bu Diana memiliki tiga anak, dua putri dan satu putra.

Anak pertananya Sean membantu usaha ayahnya dan dia masih singgle, anak kedua perempuan sudah nenikah dan sekarang satu rumah dengan orang tuanya namanya Airin , sedang yang paling kecil masih kuliah bernama Shelomita.

Shelomita ini sedang berada di luar negeri, tepatnya di Amerika, dia melanjutkan kuliahnya disana.

Kebetulan anak kedua-nya yaitu Airin sedang ada di rumah, usia Airin dan Gendis tidak begitu jauh, sehingga mereka cepat banget akrab.

"Kata mama Gendis habis wisuda, S1 hanya ditempuh tiga tahun ?, luar biasa".

" Ah tante Diana besar-besarin itu".

" Ya lah itu luar biasa, aku S1 lima tahun, itupun ijazah ngga kepake keburu ngurus si krucil haha..." Kata Airin enteng.

Mereka tertawa bersamaan, mereka ngobrol sampai tak menyadari tuan rumah dan putra pewaris datang.

" Syukurlah kalian sudah datang, nyampao jam berapa kalian?"

" Sampai jam empatan tadi Om".

" Ooo ya ya bener, eh lupa ini anak pertama Om, namanya Sean, kenalkan ".

" Hallooo ", Sapa Sean ramah.

Kesan pertama Gendis bertemu dengan Sean, ramah, cakep dan berkelas.

" Capek ya, datang jauh-jauh dari Blitar ?" sambung Sean dengan ramah.

" Ya begitulah" jawab Gendis dengan ramah juga.

"Yok makanan sudah siap k8ta sekalian makan aja, papa sudah lapar, ngobrolnya nanti dilanjut, kita mandinya nanti aja Sean".

" Kita juga belum mandi kok Om, asik ngobrol".

" Oooo hahaha jadi Om nggak sungkan nih berbagi bau asem di meja makan ".

Mereka tertawa berbarengan.

Sambil makan mereka meneruskan ngobrol.

" Sean besok bawa Gendis ke gerai kita, kasih penjelasan buat pengalaman bisa dibawa ke Jawa ilmunya".

" Ya pa"

"Gendis, besok ke gerai bareng kamu juga Airin, jadi kamu nggak kaget kalau nanti papa kasih kepercayaan buat kelola salah satu gerai kita".

" Ya ya Pa, besok aku nemenin mereka jalan".

" Kok nemenin... kamu ikut belajar juga".

Airin nyengir kuda,

" Baik papa, besok aku ikut be la jar, kelola swalayan".

" Kamu sudah wisuda Ndis ?" Tanya Sean pada Gendis.

" Belum mas, sebulan lagi".

" Selamat ya kamu cum laude". pungkas Sean.

" Bukan cum laude lagi, tapi suma cum laude" potong mama.

" Wow perfect, makanya tiga tahun udah selesai ya?"

" Kalau Gendis mau, dia bisa ambil S 2 sampai S 3".

" Gimana Ndis?" Tanya Airin. Airin suka sekali dengan cewek yang duduk di depannya, cantik, sederhana dan smart.

" Itu dipikir nanti aja, yang S1 juga baru selesai".

" Bener nih Om mau biayain lagi, kalau kamu mau kuliah lagi".

" Maulah Om, tapi kan sekarang Gendis musti mikir gimana supaya gerai yang di Blitar tambah sukses".

Mereka tepuk tangan,

" Good, good, good" ujar Om Adinata sambil tertawa.

Saat makan sudah usai, mereka masuk ke kamar masing-masing. Dari obrolan itu mereka tidak menyadari bahwa waktu sudah menunjuk ke angka sembilan malam.

Untunglah besok hari sabtu, sehingga Om Adinata nggak perlu kerja.

Kamar tamu yang ditempati oleh Gendis dan ibunya berada di belakang persis berdampingan dengan garasi. Mereka harus melewati titian dulu untyk menuju kamar tamu tersebut.

Sampai di dalam kamar, mereka merasa seolah berada di kamar hotel berbintang, tatananya mirip dengan hotel yang pernah Gendis tempati saat lomba Olimpiade IPA tingkat nasional di Surabaya.

" Kamu mau mandi Ndis ?" Tanya ibu pada Gendis, sebab Gendis langsung merebahkan diri di kasur kamar".

" Nggih buk, ibuk saja dulu, nanti gantian sama aku".

" Yo wes, ibu tak mandi dulu". Ibu masuk ke kamar mandi, ia mulai memutar shower untuk air panas dingin. Walaupun sudah tua dan bukan orang berada, tapi ibu pernah tinggal dan bersuamikan orang Belanda, jadi hal-hal semacam ini tidak membuat bu Indri menjadi gagal paham.

Saat keluar kamar mandi bu Indri lihat anak gadisnya sudah tertidur pulas.

" Nduk, nduk, bangun, kamu belum sholat isya'lo"

Gendis membuka matanya dengan pelan, ia tersenyum

" Ya buk, aku ngantuk banget, tadi keasikan ngobrol".

" Yo wes sana mandi, terus sholat baru istirahat, ibu juga capek pingin tidur, AC ne adem banget yo Nduk, cilikno ( AC nya dingin banget Nduk, kecilin)".

Gendis tersenyum,

" Nggih bu tak kecilin,,,, selamat bobo putri tidur" pungkas Gendis sambil menggoda ibunya.

" Wong ibuk belum sholat kok tidur, enek-enek ae kamu Nduk".

Gendis terkekeh sambil menuju ke kamar mandi.

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

happy is simple

2022-10-20

0

Sofhia Aina

Sofhia Aina

So sweet ibu ma anak 😍😍😍😍👍👍👍

2020-12-12

0

Haica

Haica

syukaa

2020-12-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!