Hari ini Bapak dan Ibu Adinata ke rumah Gendis. Mereka sengaja mampir ke rumah Gendis, toserba yang ada di kota ini harus sering dikunjungi, sebab memang hanya dikendalikan oleh orang kepercayaan Pak Adinata.
Sampai saat ini belum ada pendaftar manager yang memenuhi kriteria perusahaan, sehingga Pak Adinata hanya bisa mengendalikan pasar swalayan ini dari jauh, dan diteruskan oleh orang kepercayaannya.
Gendis tinggal menunggu wisuda, sehingga dia lebih banyak di rumah daripada di kampusnya yang ada di luar kota.
" Nduk, kamu kuliahnya kan hampir selesai, bentar lagi wisuda, melihat nilaimu setiap semester, Om yakin kamu bisa mengelola pasar swalayan yang ada disini, bisa bantu Om-kan?" Tanya Pak Adinata kepada Gendis.
" Insha allah saget Om, nanti kalau saya sudah lulus, saya akan bantu mengelola swalayan".
" Ndak usah nunggu setelah kamu lulus, sekarang saja, jadi Om dan Tante nggak perlu bolak balik, Jakarta Blitar setiap bulan, makin tua Om dan Tante makin capek, pergi jauh-jauh", jawab bu Diana.
"Kalau seperti itu terserah Om mawon, saya siap membantu kapan saja, sambil menunggu wisuda".
" Yo wes, mulai besok, kamu kelola swalayane yo, pokoknya Om cuma nunggu laporan dari kamu, Om percaya seratus persen sama kamu"
" Nggih Om"
Belum wisuda sudah bisa bekerja, kurang asik dimana coba.
Tapi, bila ada pilihan lain, Gendis sebetulnya memilih untuk berusaha mencari pekerjaan sendiri, Dia bukan tipe wanita yang menggantungkan hidup pada orang lain, tapi keadaanlah yang memaksa ia harus ikhlas menerima ini.
Ibu juga pernah berpesan, jangan sampai kita lupa akan budi baik orang pada kita. bagaimanapun sebisa mungkin kita harus membalas budi tersebut.
Dan inilah saatnya Gendis harus membalas budi pasangan baik hati sahabat ibu ini.
Pagi ini pukul tujuh pagi, Gendis sudah berpakaian rapi, semua yang ia pakai tampak maching dan enak dilihat. Gendis berusaha akan memajukan swalayan Om angkatnya ini, setidaknya ada sedikit beban yang terangkat dari pundaknya bila swalayan menjadi maju, dibawah kepemimpinanya.
Swalayan ini termasuk dalam kategori besar di kota kecil ini, semua ada dan tersedia, setiap item jumlahnya juga tidak sedikit.
Baik yang dipajang, maupun masih ada di gudang jumlah barangnya melimpah.
Dari bahan mentah, matang, peralatan rumah tangga, barang elektronik, pakaianpun ada.
Gendis berangkat pagi sekali, sebab orang kepercayaan Pak Adinata akan menerangkan apa yang harus dikerjakan oleh Gendis.
Walaupun belum menerima ijazah, Gendis akan ditempatkan sebagai manager.
Swalayan ini dari baru buka sampai sekarang tak pernah sepi, selalu ramai,
Gendis menanyakan semua yang ingin ia ketahui, apa kelebihan dan kekurangan swalayan, sehingga ia bisa mengubah pemasaran yang dirasa kurang.
Hari itu juga Gendis mulai ngantor. Menurutnya memang ada beberapa hal dalam pemasaran kurang tepat diterapkan di kota ini. Dan ia mengubahnya supaya lebih sesuai dengan kondisi kotanya.
Benar saja, setelah dua bulan dipegang oleh Gendis yang cerdas dan cekatan, swalayan semakin maju pesat, mengalahkan pesaing-pesaingnya.
Tante dan Om Adinata merasa perlu untuk mengucapkan selamat kepada Gendis secara langsung lewat telepon.
" Gendis, nggak salah Om kasih kepercayaan kamu mengelola swalayan itu, bener kan felling Om ? kamu memang berbakat luar biasa, selamat ya Nak".
" Ya Om terima kasih, ini juga berkat bantuan foa Om, tante dan ibu".
" Sini, aku mau ngobrol sama anak gadisku" terdengar dari seberang Tante Diana meminta ponsel diberikan padanya.
" Sayaaang, bahagia banget tante lihat kemajuan swalayan kita disana, kamu pindah kesini ya, bantuin juga yang ada disini, selamat ya sayang".
" Ya tante, makasih..."
" Siapa Ma, asik bener ngobrolnya ?" terdengar suara pria muda dari seberang.
" Oh ini Gendis, Sean, yang pegang swalayan kita di kota Blitar, keren nih anak, swalayan kita maju pesat disana"
" Oooh itu, papa dah cerita tadi di kanto, Congrat ya Ndis, moga makin sukses".
Gendis diam saja, ia merasa tidak kenal dan tidak tahu siapa pria muda tersebut.
" Itu tadi anak tante, namanya Sean, tante nggak pernah cerita ya? nanti kapan-kapan, tante kenalin kamu sama Sean, kalau pas tante pulang kampung, Nih Pa, aku dah ucapin selamat buat anak perempuanku"
" Ok Gendis, bulan depan kamu perlu ke Jakarta supaya tahu lebih banyak mengenai pengelolaan swalayan, buat perbandingan, pasti ada pelajaran yang bisa kamu ambil selama di Jakarta, siapa tahu ada yang bisa diterapkan di swalayan yang ada disitu".
" Baik Om"
" Ya udah gitu aja, sekali lagi selamat, dan terima kasih atas kemajuan swalayan kita, tetap ramah dengan semua orang ya".
" Hahaha ya Om makasih".
" Asalamuallaikum".
" Waalaikum Salam".
Setelahnya, Gendus bergabung dengan ibunya untuk membersihkan telur yang besok akan dibuat untuk telur asin.
" Sudah telponnya Nduk ?"
" Sudah Buk".
" Jaga kepercayaan Om dan tante kamu, alhamdulillah kamu bisa kuliah karena mereka, jangan sampai kamu sia-siakan kepercayaan mereka". nasihat ibu sambil terus mengaplas telur-telur bebek itu".
" Nggih bu", jawab Gendis singkat.
Sejak bekerja, sebetulnya Gendis meminta ibunya untuk berhenti membuat telur asin, tapi ibunya nggak mau, sebab bila ditinggal Gendis bekerja, ibu merasa kesèpian.
Membuat telur merupakan salah satu cara ibu, untuk membunuh rasa sepi di hatinya.
Biasanya, kalau malam-malam begini mereka mengamplas telur, besok pagi telur akan dibungkus dengan adonan bata merah yang sudah diberi garam, dan biasanya Gendis selalu membantu ibunya untuk membungkus telur dengan adonan.
Tapi sejak ia bekerja, ia tak pernah lagi membantu membungkus, ia menyuruh orang lain untuk membantu ibunya.
Mak Rah yang merupakan tetangganya ikut membantu bila ibu sedang proses membuat telur asin, dan Mak Rah akan dibayar mingguan oleh ibunya Gendis.
Malam inipun Mak Rah ikut membantu mengamplas telur-telur yang akan dibungkus.
Walaupun sudah sepuh Mak Rah bekerja dengan cekatan, sebetulnya beliau tidak menginginkan uang, beliau lebih memilih keluarga ini untul mengabdi, sebab ibu dan Gendis menganggap Mak Rah saudara sendiri.
Bahkan pernah beberapa kali Mak Rah tidur di rumah Gendis, karena diminta menemani ibunya oleh Gendis.
" Nduk, besok kamu kerja to ?, wes sana Mak Rah yang mbantu ibumu?"
" Ndak pa pa Mak, aku belum ngantuk og".
" Tapi takutnya besok kamu kecapekan, kan harus berangkat pagi lagi to?"Nasihat Mak Rah.
" Yo wes Nduk, sana istirahat dulu, wes ben ibu dibantu Mak Rah".
" Yo wes aku tak tidur dulu, aku juga ngantuk banget buk".
" Yo, ibu liat dari tadi kamu angop-angop terus hehehe", jawab ibu sambil menggoda Gendis.
" Saya duluan buk, Mak".
" Yo wes Nduk, istirahato disek ( Ya udah nak sana istirahat duluan)". Jawab Mak Rah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Neulis Saja
good luck gendis 🙏
2022-10-20
0
Yuyun Asri
wahh jowo banget bahasanya ,asli wong jowo yo thor
2021-09-12
1
Sofhia Aina
Salam.....thor semangat 💪💪💪💪👍👍👍👍
2020-12-12
0