Semakin lama berjalannya waktu, Metha dan Olivia menjadi semakin dekat. Mereka sering kemana - mana bersama. Metha juga tidak sependiam dulu lagi seperti awal bertemu dengan Olivia.
Tapi Metha belum mengetahui alasan Olivia pindah sekolah saat kelas 3 SMA yang sangat tanggung, sebentar lagi juga lulus.
Hari ini Metha memberanikan diri bertanya pada Olivia, sembari makan di kantin jam istirahat mereka mengobrol.
“Vi. Aku boleh tanya sesuatu nggak? Tapi kamu jangan tersinggung!” tanya Metha ragu pada Olivia yang tengah memakan bakso yang di pesannya di kantin sekolah.
“Tanya apa? Tanya aja nggak pa pa kok. Kita ‘kan temen!” jawab Olivia ramah.
“Em... kok kamu pindah sekolah kesini? Kalau udah kelas 3 ‘kan tanggung kalau pindah,” tanyanya berhati - hati takut menyinggung Olivia.
Olivia menyudahi kunyahan baksonya. “Nggak tahu. Ayah sama Bunda aku, maksa banget nyuruh pindah. Aku nggak bisa bantah, dan terpaksa nurut aja,” jawab Olivia menjelaskan alasannya pindah ke sekolah yang sama dengan Metha.
Metha yang mendengar itu hanya ber oh ria. Dia tidak ingin bertanya terlalu bersifat pribadi sekali pada Olivia.
Mereka pun melanjutkan kegiatan makan mereka lagi.
“Kalau aku mau tanya sesuatu ke kamu, boleh nggak?” giliran Metha mengjukan pertanyaan yang sama pada Metha, meminta izin juga.
Metha tersenyum karena Olivia juga meminta izin padanya. “Boleh tanya aja!” jawabnya dengan masih mengunyah bakso.
“Kamu... sama Jeno itu adik - kakak atau pacaran...?” tanya Olivia memelankan suaranya ragu.
Seketika pertanyaan Olivia membuatnya menghentikan kunyahan pada baksonya. Dia tiba - tiba dia jadi teringat Jeno. Semenjak ungkapan Jeno yang mengajaknya pacaran, Metha mencoba menjaga jarak dengan Jeno mencoba menghindarinya.
Olivia yang sadar dengan raut wajah Metha seketika berubah pun mengurung niatnya untuk menunggu jawaban dari Metha. “Kamu nggak usah jawab, maaf terlalu pribadi, ya?” tanya Olivia ragu dan tidak enak hati.
Metha tertawa di paksakan. “Nggak pribadi kok! Aku sama Jeno itu adik - kakak, bukan pacaran. Jeno emang gitu dia, suka ngelantur. Nggak usah di dengerin kalau dia ngomong. Anaknya suka becanda!” jelas Metha pada Olivia.
Metha tidak ingin Olivia berpikiran yang tidak - tidak tentang dia dengan Jeno.
Olivia yang mendengar itu hanya ber oh ria. Dia merasa tidak perlu lagi bertanya lebih lanjut. Karena sudah paham dengan penjelasan dari Metha.
“Kirain kalian pacaran!” ucapnya terkekehnya pada Metha.
“Soalnya serasi banget!” sambungnya.
...***...
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua murid di sekolah itu merasa merdeka dari penjajahan. Semuanya pulang dengan senang hati. Apalagi sekarang hari Sabtu dan tentu saja besok tidak sekolah, alias libur karena hari Minggu.
Olivia dan Metha memasukkan bukunya ke dalam tas. “Tha, ke toko buku yuk!” ajak Olivia pada Metha.
“Kok mendadak, Vi? Aku belum izin sama Mama!” tolaknya halus. Takut nanti Ibunya khawatir karena pergi tidak izin terlebih dahulu.
Olivia tampak lesu, karena ternyata Metha tidak langsung menerima ajakannya ke toko buku.
“Kamu kirim pesan aja, Tha! Kita nggak lama kok. Lagian kita juga perginya sama supir aku,” saran Olivia pada Metha dan membujuknya juga.
Metha merasa tidak enak hati juga dengan Olivia. Setiap hari libur, Olivia juga sering mengajaknya untuk pergi jalan - jalan tetapi selalu di tolak Metha, dengan alasan takut di marahi Ayahnya.
Metha menyerah dan mengangguk sebagai respon mau di ajak ke toko buku oleh Olivia. “Aku kasih tau Mama dulu ya!” katanya sambil mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan pada sang Ibu di rumah.
Metha mengirim pesan pada Ibunya meminta izin untuk pergi ke toko buku dengan Olivia, dan menyuruh supir untuk tidak menjemputnya hari ini karena dia pulang dengan Olivia.
Beberapa saat kemudian Ibunya Metha membalas pesan dari Metha yang memberinya izin pergi dengan Olivia.
“Gimana? Di izinin nggak sama Mama kamu?” tanya Olivia penuh harap.
Metha tersenyum dan mengangguk. “Dibolehin kok!”
Olivia pun tersenyum lebar, senang karena dia punya teman ke toko buku.
“Yuk berangat! Pasti supir aku udah nungguin di depan!”
...***...
Karena keasikkan di toko buku, Metha dan juga Olivia sampai lupa waktu.
“Tha, gimana nih? Hari udah gelap! Aku taku di marahin sama Mama kamu!” cemas Olivia karena takut Metha di marahin orang tuanya, di karenakan dia yang mengajak Metha pergi tadi.
“Semoga Mama nggak marah deh. Ini bukan salah kamu, nggak usah di pikirin ya!” balas Metha mencoba membuat Olivia tenang.
“Iya semoga. Yuk, kita pulang! Aku minta supir aku anterin kamu duluan,” ujar Olivia.
“Yuk!”
Sesampainya mobil Olivia di depan rumah Metha, Metha pun langsung turun dan berpamitan.
“Makasih ya Vi, udah anterin aku pulang!”
“Sama-sama. Maaf ya, Tha. Karna aku, kamu jadi pulang malam,” sesal Olivia merasa bersalah.
“Nggak pa pa, Vi. Mama nggak bakalan marah kok. Kalau gitu aku masuk dulu yah!” pamitnya.
“Iya,”
“Pak, makasih ya udah anterin, Thata. Hati - hati ya pak!” katanya pada supir pribadi Olivia.
“Iya, Non."
...***...
Metha merasa takut saat ingin masuk ke dalam rumahnya sendiri. Takut di marahin oleh Ibu dan juga Ayahnya. Baru kali ini Metha pulang sekolah malam hari.
Metha membuka pintu rumahnya dan langsung melihat Ibunya berdiri yang seakan sedang menunggunya pulang.
“Mah... maafin Thaha, pulangnya udah malem...” ucapnya meminta maaf pada Sonia sambil menghampiri dan memeluknya.
“Ngapain minta maaf? Thata nggak salah kok. Lain kali kabarin Mama, kalau pulangnya bakalan telat,” jawab Sonia lembut mengusap rambut Metha sayang.
“Thata sama Via keasikkan di toko buku, Mah. Sampe lupa waktu. Sekali lagi maafin Thata ya, Mah?” jelasnya pada Sonia, Metha memang tidak bisa berbohong pada Ibunya.
“Iya... sekarang ganti baju gih. Mama mau panasin makanan dulu. Nanti makan sendiri ya, Mama sama Jeno udah makan duluan tadi” katanya pada Metha.
“Loh, Papa belum pulang, Mah?” heran Metha karena Ibunya tidak menyebut Ayahnya untuk ikut makan malam.
“Hari ini Papa nggak pulang. Ada pekerjaan penting,” balas Sonia lagi.
Metha hanya ber oh ria, sudah biasa jika Ayahnya jarang di rumah. Sibuk dan banyaknya pekerjaan di kantor membuat Davin mempunyai waktu yang sedikit untuk berkumpul dengan keluarganya.
"Selesai makan langsung istirahat ya sayang, jangan begadang," nasihat Sonia lagi pada anak gadisnya itu.
Metha memang suka begadang kalau tengah belajar ataupun mengerjakan tugas. Sonia dan Davin sangat beruntung karena putra dan putri mereka terlahir cerdas dan juga membanggakan.
Sonia dan Davin senang dengan hidupnya yang sekarang, mempunyai 2 orang anak yang juga menyayangi mereka.
Setelah selesai makan malam, Metha pun kembali beristirahat di kamarnya. Lelahnya terbalaskan karena bisa bersenang-senang mampir ke toko buku tadi.
_Ini cerita pertamaku, mohon dukungannya:')_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments