My Teletubbies Boy

My Teletubbies Boy

Episode 1

Metha masih celingak - celinguk mencari keberadaan adiknya, Jeno. Jeno berjanji akan pulang sekolah bersamanya. Sehingga Metha masih betah menunggu Jeno di parkiran sekolah.

“Nih anak bandel kemana sih?! Udah dari tadi di tungguin nggak muncul - muncul!” gerutu Metha menunggu Jeno di parkiran sekolah.

Metha terus menekuk mukanya masam, menghentak - hentakkan kakinya ke tanah seperti anak kecil yang tidak di turuti keinginannya.

Bagaimana tidak kesal, karena bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu, dan sekolah juga sudah mulai sepi karena sudah banyak yang pulang.

Metha teringat akan cerita teman - temannya yang menceritakan bahwa sekolah ini ada penunggunya. Metha juga menahan sakit perutnya karena ini hari pertamanya kedatangan tamu bulanan.

“Ihhh Jenooo... kemana sih tuh anak?” ucapnya pelan kerena ketakutan. Mereka memang selalu pulang sekolah jam 4 sore.

Jeno yang berjalan di koridor sekolah, melihat kakaknya yang tengah berdiri di samping motornya dengan kelakuan seperti anak kecil. Jeno menahan tawanya melihat kelakuan kakaknya itu.

Jeno berjalan perlahan, berhati - hati supaya tidak ketahuan oleh Metha, dan memang Metha tidak menyadarinya.

“Akak!!” pekik Jeno berdiri di belakang Metha.

Metha yang kaget langsung saja memukul kepala Jeno bertubi-tubi.

“Aww... kak! SAKIT KAK!” teriak Jeno kesakitan karena kepalanya di pukuli oleh Metha, memang tidak keras Metha memukulnya tapi karena sering dan bertubi-tubi makanya jadi sakit.

Metha masih belum berhenti memukul kepala Jeno.

“OI KAK! SAKIT! UDAH KAK! INI JENO!” teriak Jeno menyadarkan Metha sambil menepis tangan Metha yang memukuli kepalanya.

Metha seakan sadar ketika Jeno menyebutkan namanya sendiri dan kemudian berhenti memukul Jeno. Dia juga sangat sensitif hari ini karena sedang datang bulan.

“Kamu, Jen? Maafin kakak ya, Jen. Kirain orang yang mau culik anak!” ucap Metha kaget pada Jeno dan merasa bersalah sambil mengusap kepala Jeno lembut.

“Mana ada penculik anak nyuliknya orang tua kayak lo!” kesal Jeno yang masih meringis kesakitan dan merapikan rambutnya yang berantakan.

Mendengar dirinya disebut tua, Metha pun kesal dan sebal sambil mencubit lengan Jeno.

“Ih udah dong, kak! KDRT lo sama gue!” kesal Jeno yang masih saja di sakitin oleh Metha. Bukan hanya pukulan di kepala tapi sekarang Metha juga mencubit lengannya.

“KDRT apaan? Kita bukan suami - istri!” ketus Metha sambil menyilangkan tangan di dadanya.

Jeno tidak menggubris itu dia hanya cuek dan berjalan menaiki motornya.

“Sekarang belum, kita liat aja nanti,” balas Jeno enteng menaik turunkan sebelah alis matanya, menggoda Metha.

Mana mungkin kakak - adik akan jadi pasangan suami - istri?

“Terserah...” singkat Metha.

Metha memutar matanya jengah, sudah biasa dia mendengar Jeno berbicara ngelantur seperti itu.

Jeno memang selalu saja suka menjahili kakaknya, mengganggunya, dan selalu berbicara tidak jelas.

Selisih umur mereka cuma 1 tahun, Metha lebih tua 1 tahun dari Jeno. Namun, membuat Jeno lebih dewasa dari Metha. Dari fisik saja sudah Jelas terlihat, Metha bertubuh mungil dan juga kurus, sedangkan Jeno bertubuh tinggi dan kekar.

“Mau pulang nggak nih?” tanya Jeno pada Metha, kerena Metha hanya diam berdiri.

“Ya iyalah mau pulang. Udah dari tadi di tungguin!” ketus Metha dengan nada dingin.

Metha pun menaiki motor dengan bantuan Jeno. Alasan Metha jarang pulang atau pun berangkat sekolah dengan Jeno adalah ini, motor Jeno terlalu tinggi untuk Metha.

“Pegangan Po!” ucap Jeno menyuruh Metha berpegangan padanya.

“Nggak mau!” ketus Metha yang masih kesal dengan Jeno.

Jeno tersenyum misterius, kemudian dia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, sehingga mau tidak mau Metha harus berpegangan dengan memeluk Jeno dari pada jatuh terjengkang ke belakang.

‘Untung kamu adik aku, Jen!’ batin Metha mendengus kesal.

...***...

Perjalanan mereka belum jauh dari sekolah, Metha yang duduk di bonceng Jeno merasa tidak nyaman karena rok sekolahnya tersingkap karena tertiup angin. Rok sekolah Metha yang di atas lutut, ketika duduk di motor menjadi naik ke atas dan mengakibatkan pahanya yang putih dan juga mulus terekspos di tambah lagi dia tidak memakai dalaman tambahan.

Jeno yang sadar kalau Metha sedang gelisah pun agak memelankan motornya.

“Lo kenapa, kak?” tanya Jeno yang suaranya tertahan oleh helm yang di pakainya.

Metha menyerngitkan dahinya karena samar-samar mendengar suara Jeno.

Metha pun semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Jeno dan memajukan kepalanya agak ke depan.

“Kamu bilang apa barusan, Jen? Kakak kurang denger,” ucapnya bingung pada Jeno.

Jeno berdebar saat posisinya dengan Metha terlalu dekat. Tidak ada celah antara mereka, Metha begitu menempel pada Jeno. Jeno bisa merasakan benda kenyal yang menempel pada punggungnya.

Dan itu sukses membuat darah Jeno berdesir, tiba - tiba membuatnya panas. Tidak mau ambil resiko akhirnya Jeno pun memutuskan memberhentikan motornya di jalan yang agak sepi.

Jeno melepaskan helmnya dan menoleh ke arah Metha. “Lo kenapa, kak?” tanya Jeno lagi dengan nafas tidak teratur.

Jeno sedang tidak fokus saat ini.

Metha menunduk malu sambil memegang kedua sisi pahanya, memegang ujung roknya.

“Rok kakak di kibas - kibas sama angin. Kakak nggak pake daleman tambahan...” jawab Metha malu-malu.

Jeno mengerti apa maksud dari perkataan Metha. Metha juga tidak mungkin bilang kalau pahanya kelihatan.

Jeno pun jadi salah tingkah, suasana ketika jadi canggung. Untung tidak hening karena ada beberapa pengendara mobil dan motor yang masih lewat.

Jeno pun menyuruh Metha untuk turun dulu dari motor. Jeno heran karena melihat rok Metha yang ada bercak darah.

Jeno yang memang tidak tahu kalau Metha sedang haid pun panik.

“Lo ada yang luka, kak?” tanyanya panik memutar - mutar tubuh kecil Metha.

“Eng-nggak. Emng kenapa?” Metha juga jadi bingung karena memang dia tidak sedang terluka.

“Kok rok lo ada darahnya?” jawab Jeno masih tidak tenang menatap Metha.

Metha membeku dan membulatkan matanya. Darah yang dilihat Jeno adalah darah haidnya. Bocor.

“Bu-Bukan... Itu bukan darah. Kakak nggak pa pa kok. Nggak ada yang luka juga,” jawab Metha gugup. Dia tidak tahu menjawab apa lagi.

Jeno pun tiba - tiba ingat, kalau sekarang Metha tidak terluka melainkan sedang haid. Jeno jadi malu sendiri.

Tidak ambil pusing, dia membuka jaketnya dan langsung menutupi paha Metha dengan mengalungkan jaketnya di pinggang Metha.

Suasana menjadi awkward, secara mereka berdua terlihat sedang berpelukan. Kedua insan itu jantungnya sama-sama berdegup kencang.

“Udah kan, kak?” tanya Jeno pada akhirnya memecah suasana.

Metha merasa lidahnya kelu tidak dapat memproduksi kata - kata, apalagi pikirannya, dia hanya merespon Jeno dengan mengangguk.

‘Ada apa dengan jantungku?’ batin keduanya sama-sama bingung.

_Ini cerita pertamaku, mohon dukungannya:')_

Terpopuler

Comments

Alriani Hespiapi

Alriani Hespiapi

mampir thor

2022-10-20

0

❀TIWI☂

❀TIWI☂

Satu kata buat openingnya " BEST!"

Aq mau komen nih buat methha,,,, tha lu yg sabar ya punya badan kecil😅
Kita sama kok tha,,,gw kadang bingung gimna caranya gw naik motor gede pas boncengan ama abang gw😂

2020-12-13

1

Agam Nailun

Agam Nailun

nyimak dulu y kakak,,,,

2020-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!