Episode 4

Hari ini di kelas Metha kedatangan murid pindahan. Seorang gadis yang manis. Murid baru itu duduk di samping Metha yang kebetulan Metha duduk sendiri.

“Hai!” sapa gadis itu ramah pada Metha.

Metha yang memang jarang mempunyai teman dekat atau sahabat, bahkan bisa di katakan tidak ada agak merasa canggung pada murid pindahan itu. Metha tidak begitu pandai bergaul dengan orang yang baru di kenalnya.

Metha anak yang pendiam kalau dengan orang yang tidak dia kenal. Dia lebih memilih sendiri.

“Hai...” balas Metha sambil tersenyum pada gadis itu, Olivia.

“Nama kamu siapa?” tanya Olivia bertanya pada Metha.

Metha mengulurkan tangannya pada Olivia. “Metha...” jawabnya tersenyum.

Olivia pun menjabat tangan Metha. “Sejak kapan kamu duduk sendiri?” tanya Olivia.

“Udah lama, dari kelas 10 sampai sekarang belum pernah punya teman sebangku,” jelas Metha dengan masih mencoba tersenyum.

Miris sekali hidup Metha. Waktu kelas 10 Metha pernah punya teman tapi juga tidak sebangku, hanya dekat seperti biasa saja. Sebagai teman ngobrol dan juga teman makan ke kantin.

Tetapi semenjak Jeno masuk ke sekolahnya juga, tetapnya saat Metha kelas 11. Semuanya berubah, banyak murid perempuan di sekolah itu benci pada Metha karena dekat dengan Jeno. Karena murid di sekolah itu tidak tahu kalau Jeno dan Metha adalah adik kakak.

“Kenapa?” tanya Olivia.

Metha hanya tersenyum tipis tidak menjawab pertanyaan Olivia.

“Kalau kamu nggak mau cerita, nggak pa pa kok. Sekarang kamu ‘kan udah punya aku, teman baru kamu,” final Olivia, dia sadar kalau ini masih terlalu cepat bertanya masalah pribadi Metha.

Metha tersenyum, karena Olivia tidak memaksanya, Metha yakin kalau Olivia sepertinya anak yang baik.

“Makasih...”

...***...

Bel istirahat pun berbunyi, semua proses belajar mengajar di hentikan sementara. Semua murid di SMA FAJAR HARAPAN berbondong - bondong pergi ke kantin, mengisi perut mereka yang sudah kelaparan.-

Olivia dan Metha tampak sedang merapikan buku - buku mereka dan memasukkannya ke dalam tas.

“Yuk ke kantin!” ajak Olivia pada Metha.

“Perut aku sakit karena haid. Aku tiduran di kelas aja. Kamu pergi aja ke kantin,” tolak Metha halus, karena memang Metha sedang masa - masanya butuh istirahat kalau sedang haid.

“Beneran?" tanya Olivia dan Metha mengangguk.

"Aku pergi dulu yah,” pamit Olivia seraya beranjak dari kelas menuju kantin.

...***...

Di tempat lain

Jeno dengan cepat menyelesaikan semua tugasnya sebelum pergi keluar untuk istirahat. Jeno memang anak yang pintar, sama juga dengan Metha mereka berdua sama - sama mempunyai otak yang cerdas.

Motivasi Jeno yaitu menyiapkan semua tugas yang di berikan guru di sekolah, kalau di rumah dia tidak memikirkan tugas lagi dan bisa puas nonton Teletubbies.

“Lo nggak ke kantin, Jen?” tanya Brian temannya Jeno. Yang melihat Jeno masih sibuk dengan buku - bukunya.

“Duluan aja, gue mau siapin tugas dulu!” jawab Jeno tetap fokus dengan tugasnya.

“Udahlah siapin nanti aja, Jen. Kumpulnya juga minggu depan, masih lama,” sela Gino temannya Jeno juga, bagi Gino kalau kumpul tugasnya masih lama, tidak perlu buru-buru menyelesaikannya.

“Nggak bisa, gue di rumah sibuk,” acuh Jeno.

“Sibuk sama Teletubbies, lo? Dasar bocah!” ejek Gino. Mereka memang sudah tahu kalau Jeno suka nonton Teletubbies.

“Sok tau lo! Gue sibuk pacaran sama Metha!” jawab Jeno enteng sambil tertawa.

“Gila lo, Jen? Kakak sendiri di pacarin. Sakit jiwa lo yah?” heran Gino tidak percaya dengan temannya yang satu itu.

“Gue gila karna Metha!” jawabnya lagi santai.

Dia pun menyimpan bukunya ke dalam tas dan beranjak keluar kelas.

“Mau kemana lo?” teriak Gino bertanya pada Jeno.

“Ke kelas cewek gue!” jawabnya tanpa menoleh ke arah Gino.

Gino yang mendengar itu hanya geleng - geleng kepala tidak percaya.

Brian merangkul Gino mengajaknya menuju kantin. “Nggak usah di dengerin, tuh anak kelewat pinter jadinya gitu.”

...***...

Jeno melihat Metha di dalam kelasnya yang tengah tidur beralaskan tangannya sendiri.

Tebakan Jeno benar, kalau Metha tidak keluar kelas karena di perutnya masih sakit. Dan Jeno menyempatkan dirinya tadi ke kantin membeli roti dan juga susu untuk Metha.

Di dalam kelas itu sepi, hanya mereka berdua yang ada di sana. Jeno pun mengusap lembut punggung Metha dengan niat membangunkannya.

Metha yang merasa terganggu dengan usapan Jeno di punggungnya yang membuatnya geli pun bangun.

“Ngapain ke sini?” tanya Metha to the point.

“Bawain kamu roti sama susu,” balas Jeno.

“Kamu? Inget, aku kakak kamu, Jen kalau kamu lupa. Panggil kakak, mentang-mentang bedanya cuma setahun!” sewot Metha. Karena ketidaksopanan Jeno.

Jeno hanya tertawa kecil mendengar Metha kesal. “Hehe... aku sukanya gitu. Kayak orang pacaran Aku - Kamu-an,” jawabnya tanpa rasa salah.

“Tapi kita nggak pacaran, Jen. Aku itu kakak kamu!” geram Metha pada Jeno, walau di marahin atau di pukul sekali pun tidak akan mempengaruhi Jeno, malah semakin manjadi - jadi.

“Kalau gitu, ayok kita pacaran! Kamu mau ‘kan jadi pacar aku?” sambil memegang kedua tangan Metha menatap Metha penuh harap.

Sontak Metha mebolakan matanya kaget. “Dasar bocah gila!” pekik Metha kesal dan menarik tangannya dari pegangan Jeno.

‘Kan ngomong kasar lagi’ sesal Metha dalam hati.

Jeno tidak menghiraukan kemarahan Metha, dia hanya tertawa kecil. “Belum mau jawab sekarang juga nggak pa pa. Akan aku tunggu!” bisik Jeno genit di telinga Metha.

Membuat Metha merinding mendengarnya. “Kamu kemasukan setan dimana sih, Jen? Makin gila aja kamu!” heran Metha mencoba bersabar.

Jeno menggeleng dan memegang kedua bahu Metha membawa Metha untuk menatapnya. “Aku sadar kok, ngajak kamu pacaran,” tuturnya lembut dengan wajah serius menatap Metha.

Metha berdebar di tatap begitu intens oleh Jeno dan berusaha mengalihkan pandangannya, mencari objek lain agar tidak bertemu pandang dengan Jeno.

“Kamu tahu ‘kan kalau kita itu adik - kakak? Jadi jangan gila Jen, tolong...” mohon Metha lesu tidak mau lagi berdebat dengan Jeno.

“Aku nggak bakal lepasin kakak buat laki-laki lain. Kakak itu cuma milik aku!” tekannya dan berdiri dari tempat duduknya.

“Jangan lupa makan roti sama susunya. Aku pergi dulu,” tutupnya dan melangkah meninggalkan Metha.

Baru beberapa langkah Jeno beranjak, terhenti dengan suara seorang gadis. “Kamu cowok yang di supermarket waktu itu ‘kan?” tanyanya pada Jeno yang berdiri di depan Jeno, yaitu Olivia.

Sebenarnya Olivia sudah sejak tadi berada di dalam kelas itu, tetapi Metha dan Jeno tidak menyadarinya.

Dia melihat Metha dan Jeno bergantian dengan raut wajah bingung. “Jadi kalian berdua itu adik - kakak, atau pacaran?” sambungnya keheranan.

_Ini cerita pertamaku, mohon dukungannya:')_

Terpopuler

Comments

Agam Nailun

Agam Nailun

jeno bener" gila masa kakak sendiri mau dipacarin

2020-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!