Yumna duduk di balkon kamarnya. Malam ini terasa sunyi. Mungkin karena baru saja turun hujan. Hanya suara ombak yang terdengar merdu saling sahut menyahut. Belum lama Yumna termenung memikirkan kejadian tadi pagi, tiba tiba ibunya datang menghampiri.
"Yumna,, kamu sedang apa kok ngelamun?" tanya ibunya sambil tersenyum kecil.
"Eehh, Ibu!! Gak kok Bu, Yumna gak ngelamun, Yumna cuma menikmati suara ombak dan semilir angin," jawabnya datar sambil menghirup sejuknya angin malam saat itu.
"Ohh.. Ya udah kamu gak turun? Juna nunggui tuh di bawah!"
"Juna? Oh iya, Yumna baru ingat buku catatannya kemarin ketinggalan di sini, Bu," terang Yumna sambil berdiri dan melihat ke bawah halaman rumahnya. Di sana terlihat Juna melambaikan tangannya dengan senyuman manis.
"Nah, ya udah ke bawah gih, temuin dia, jangan lupa bawa catatannya," ujar ibunya sambil berbalik badan ingin berlalu.
"Bu.." Panggilan Yumna menghentikan langkah ibunya. Ibunya menoleh kembali.
"Ya??"
"Ada yang mau Yumna tanya ama Ibu."
"Tanya apa, Nak?"
"Hmmmm... Beberapa hari ini Om Mirwan dan Tante Sofie ada mengatakan tentang kepulangan Lian gak Bu??" tanya Yumna canggung. Tangannya tampak menggulung gulung ujung piyama yang ia gunakan.
"Yumna! Kan Ibu sudah bilang, Ibu tidak suka kamu bahas ini Nak! Ingat Yumna, kita ini sudah banyak berhutang budi pada mereka, jadi jangan kamu bebani lagi mereka dengan rasa penasaran kamu itu," balas ibunya ketus.
Yumna hanya menunduk kecewa mendengar jawaban dari ibunya.
"Yumna, jika benar Lian nantinya akan kembali ke Indonesia, apa kamu yakin dia akan ingat sama kamu? Kalaupun iya,, mungkin hubungan pertemanan kalian tidak akan seakrab dulu!! Kamu harus ingat, kalian sudah tidak berjumpa selama lima belas tahun, dan selama lima belas tahun ini juga, Ibu lihat kamu tidak pernah sehari pun untuk tidak memikirkannya," ucap bu Afni datar.
Mendengar perkataan ibunya, Yumna teringat akan kejadian tadi pagi. Sepertinya memang benar kalau Lian tidak lagi mengingatnya, apalagi untuk merindukannya. Atau mungkin karena ini di Jakarta? Mungkin setahu Lian saat ini Yumna masih berada di Sumatera. Tapi kenapa Lian tidak menyusulnya ke sana? Toh, studynya juga sudah selesai. Atau mungkin saja dia sudah pergi ke sana tapi tidak berjumpa dengan Yumna karena Yumna telah lama tinggal di Jakarta.
Apa orang tua Lian tidak memberitahu tentang keberadaannya di sini? Terus kenapa saat pertemuaan tadi pagi wajah Lian tampak berseri seperti tidak ada beban? Ah! Mungkin benar yang dikatakan ibunya. Mungkin saja Lian sudah melupakannya karena sudah lima belas tahun tidak berjumpa.
"Udah, sekarang kamu turun temui Juna!! Dan kamu harus ingat, selama kamu tinggal di sini Juna lah yang selalu menemani kamu dan membantumu jika kamu mengalami kesulitan!! Jadi jangan lagi menunggu orang yang belum pasti menunggumu juga!!" ucap ibunya tegas kemudian berlalu dari hadapan Yumna.
Untuk sesaat Yumna terdiam. Mencerna dengan baik yang dikatakan ibunya tadi. Kemudian, Yumna segera menyusul ibunya turun ke bawah.
******
Yumna menghampiri Juna dengan senyuman hangat yang terlintas di bibir.
"Juna, maaf nunggu lama, nih catatan kamu," ucap Yumna sambil menyerahkan notebook Juna.
"Makasih Yumna!" Juna mengambil notebooknya dari tangan Yumna.
"Oh iya, aku bawa sesuatu buat kamu, bentar ya." Juna mengambil sebuah bungkusan di atas meja teras yang dari tadi ia letakkan. Kemudian menyerahkannya pada Yumna.
"Apa ini??" Yumna mengambil bungkusan itu.
"Biasa dong, kesukaan kamu!! Pancake."
"Ohh, ya ampun Juna!! Kamu sering banget tau ga sih bawa ginian, aku jadi ga enak."
"Udah sering, tapi masih bisa bisanya kamu nanya ini apa!"
"Iiihh, emang gak boleh ya kalau aku nanya!"
"Boleh sih, tapi lain kali tanya harganya juga ya," canda Juna.
"Apaan sih kamu, Juna!!" Yumna tertawa lepas mendengar gurauan Juna.
"Masuk yuk,, biar aku buatkan mocca latte kesukaan kamu, aku buat yang special deh sebagai bayaran pancake kamu ini, kapan lagi coba, aku buatkan mocca latte hangat secara gratis buat kamu, kalau kamu pesan di cafe sebelah rumahku, hmm.. kamu harus bayar mahal, kena pajak lagi!" Yumna membalas candaan Juna sambil menunjuk ke arah restoran sederhana milik ibunya yang sudah tutup sejak tadi.
Mendengar candaan Yumna, Juna mengangguk dan tertawa lucu. Kemudian mereka sama sama melangkah masuk ke dalam rumah.
******
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara pintu diketuk pelan. Lian yang saat itu sedang fokus menatap layar laptop menoleh ke arah pintu kamar. Kemudian pintu kamarnya terbuka sedikit dan tampak bu Sofie mengintip dari balik pintu.
"Boleh Mama masuk??" Bu Sofie tersenyum kecil.
Lian membalas senyuman ibunya.
"Mama? Ya boleh dong Ma, kok tumben sih pakek nanya? Biasanya juga maen masuk aja," jawab Lian santai.
Bu Sofie lantas mendekati anaknya, kemudian duduk di sampingnya.
"Yaaa ... Mama tau kamu lagi sibuk, Mama takut nganggu kerjaan kamu."
Lian tersenyum sekilas. Kemudian menutup laptopnya.
"Aku udah selesai kok Ma,, tadi cuma koreksi tugas ku yang kemaren aja," balas Lian seraya mengeliatkan badan yang sejak tadi terasa kaku karena kebanyakan duduk di depan meja kerja.
"Ohhhh ....." Bu Sofie manggut manggut.
"Oh iya Ma, ada yang mau aku tanya ke Mama."
"Apa itu, Nak?"
"Hm, Mama selama ini pernah dengar gak kabar Yumna?" tanya Lian serius.
"Yumna??"
"Iya."
"Yumna sahabat kecil kamu ya?" Bu Sofie menggoda Lian.
Lian tertawa pelan.
"Iya, Ma.. Kemaren aku ke Sumatera, tempat di mana kita tinggal dulu, tapi Yumna gak ada di sana!! Kata orang orang di sana, Yumna udah lama pindah, Mama tau gak keluarga Yumna pindah ke mana??" tanya Lian. Ada sedikit kekecewaan yang menyapa wajahnya.
"Emang kamu kangen banget sama dia??"
Lian menarik nafas panjang, menghembusnya kasar.
"Aku hanya penasaran bagaimana keadaan Yumna sekarang. Udah lima belas tahun kami berpisah, bagi Lian dia udah seperti saudara sendiri. Mungkin karena kami sama sama anak tunggal, jadi kami saling bergantung satu sama lain. Dan, saat ini kesempatanku untuk bertemu dengannya, karena sudah sejak lama aku ingin bertemu dengannya. Pertemuan inu selalu aku tunggu-tunggu, Ma!" terang Lian.
"Hm, berarti memang betul dong kamu itu kangen Yumna!!" goda bu Sofie lagi.
"Haahaa ... iya iya aku ngaku kalah, Ma."
"Tu kan!" Bu Sofie tersenyum jahil. Membuat Lian nyengir seperti kuda.
"Lian, Yumna dan keluarganya sudah lama pindah dari sana sejak kamu pergi ke Singapore!!"
"Mereka pindah kemana, Ma??"
"Mereka pidah ke Jakarta, Lian," ujar bu Sofie datar.
"JAKARTA!!"
"Iya, mereka ada di sini!! Sejak kamu pergi ke Singapore, Papamu memindah tugaskan almarhum Ayahnya ke Jakarta."
"APA?? ALMARHUM?? Ma-maksud Mama Yumna sudah ...." Lian tidak sanggup melanjuti perkataannya.
"Iya, Nak!! Pak Ardhi, Ayah Yumna telah meninggal beberapa tahun yang lalu, saat Yumna duduk di bangku SMA, sekarang Yumna menjadi yatim, ini membuat Yumna menjadi semakin tertekan. Makanya Papa dan Mama sering mengunjunginya, karna dia sudah kami anggap seperti anak kandung sendiri," jelas bu Sofie.
Lian menghembuskan nafas berat.
"Di mana Yumna tinggal saat ini, Ma? Di mana? Apakah dia baik baik saja?" desak Lian.
"Tenang Lian. Yumna dan ibunya dalam keadaan baik kok, malah saat ini Yumna sedang kuliah di salah satu kampus ternama di Jakarta. Papa dan Mama yang membiayai kuliahnya, dia anak yang pintar!! Sangat sayang jika studinya tidak dia lanjutkan," ucap bu Sofie sambil menggenggam tangan Lian.
"Syukurlah kalau begitu, Ma!! Tapi, di mana mereka tinggal Ma? Aku ingin segera menemuinya," tanya Lian tak sabar.
Kemudian, bu Sofie memberitahu alamat di mana Yumna dan ibunya tinggal. Dan, tidak lupa pula bu Sofie bercerita tentang restoran kecil yang dibangunnya bersama suaminya untuk diberikan kepada bu Afni sebagai tempat mereka mencari pundi pundi rupiah.
"Oke, Ma! Lian akan segera menemuinya," papar Lian sambil bergerak ingin beranjak dari tempat duduknya.
"Eeeeeeehhh ... mau ke mana kamu malam malam begini!!" bentak bu Sofie seraya menarik tangan anaknya.
"Mau menemui Yumna dan ibunya, Ma."
"Apa gak ada hari esok?! Kalau pun kamu pergi ke sana sekarang, mereka pasti sedang istirahat!! Apa kamu mau mengganggunya?? Pokoknya Mama gak mau tau!! Sekarang kamu harus istirahat!! Seharian Mama lihat kamu belum ada istirahat!!" protes bu Sofie dengan nada sedikit tinggi. Lian pun akhirnya duduk kembali. Menarik nafas dalam.
"Ya, sudah kalau begitu, Ma." Lian menurut.
"Tapi, Ma," lanjutnya lagi. "Apa Yumna tidak tahu dengan kepulanganku?? Apa Mama dan Papa tidak memberitahunya??"
"Mama dan Papa sengaja tidak memberitahunya, Lian!! Karena Yumna saat ini sedang menghadapi ujian di kampus. Kami takut itu akan menganggunya. Tapi, karena kamu ngotot ingin menemuinya, yaaahhhh.. mau gimana lagi?" jelas bu Sofie yang membuat Lian tampak manggut manggut tak karuan.
Lian semakin tak sabar menunggu hari esok. Dia mengambil selembar foto masa kecilnya bersama Yumna dari dalam laci meja kerja. Foto yang sama seperti yang Yumna miliki. Lian menatap foto itu dan tersenyum sumringah.
******
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
fa_zhra
jakarta singapura 15 tahun ga pernah mudik gitu?? terlalu
2021-09-14
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
bukannya temennya Yumna nyebut nama Yumna saat mereka tabrakan di kampus ya,,,ko Lian ga sadar kl itu Yumna 🤔🤔🤔
2021-05-29
0
Evanafla
ketemuannya jadi kebutuhan primer
2021-05-17
0