My Lover Is My Boss (Sweet Love Lian &Yumna)
"Kenapa kamu harus pergi, sih? Emang kamu gak mau ya main berdua sama aku sampe kita dewasa nanti!" ucap anak perempuan bermata sendu berkulit putih itu kepada teman laki laki sebayanya. Teman laki-lakinya itu terlihat sedang menggenggam tangannya sambil menunduk lesu.
"Yumna ...." sahut teman lelakinya dengan nada lembut. "Aku minta maaf, bukan aku bermaksud untuk meninggalkanmu dan berhenti bermain bersamamu, keadaan yang memaksaku seperti ini, aku harus ikut orang tuaku pindah ke Singapore, Papaku memilih untuk tinggal di sana, Papa ingin aku melanjutkan study di sana," terangnya dengan penuh rasa kecewa.
"Aku juga udah memohon kepada Papa, agar aku tetap bersekolah di sini, tapi kamu tahukan bagaimana sifat Papa?" Anak lelaki itu terlihat sedih dan masih terus memandang iba ke wajah Yumna, gadis kecil yang sudah lima tahun ini selalu bermain bersamanya.
Yumna masih tertunduk, air matanya perlahan membasahi pipi. Wajahnya masih sangat polos. Tangan kanannya yang sedari tadi digenggam Lian, kini semakin tidak kuasa untuk ia lepaskan.
Senja itu disalah satu pelabuhan di Sumatera Utara, dua orang anak kecil berusia sekitar delapan tahun merasakan yang namanya perpisahan setelah lima tahun bermain bersama.
Belum selesai mereka bersendu-senda, ibu dari anak laki laki itu datang mendekati dan merangkul pundak anaknya.
"Lian," sapa wanita itu pelan. "Ayo Nak, kapal akan segera berangkat," ucap ibu Lian. Pandangannya terpacu pada Yumna yang sedari tadi tidak berhenti menangis.
"Yumna," lanjutnya. "Tante tahu perasaan kamu saat ini, dari kecil kalian adalah sahabat yang selalu bersama dan saling membantu satu sama lain. Tapi Tante minta maaf, ini semua sudah jalannya untuk kalian berpisah," ucap ibu Lian dengan segenap perasaan bersalah.
Yumna masih tertunduk sedih. Hanya air matanya yang terus mengalir. Lian yang melihat Yumna menangis, ingin rasanya ia menghapus air mata temannya itu. Tapi dia pun tak kuasa untuk mengangkat tangannya.
Sedang asik-asiknya terlena dalam suasana kesedihan itu, tiba-tiba mereka semua dikejutkan oleh suara kapal yang akan segera berangkat. Pandangan mereka pun tertoleh kepada sebuah kapal mewah yang sejatinya akan membawa Lian dan orang tuanya pergi meninggalkan pulau tersebut. Semakin kacaulah hati Yumna, begitu juga dengan Lian.
"Ayo Ma, tunggu apa lagi kapal akan segera berangkat!" Suara seorang laki-laki dewasa menghentak mereka. Mereka menoleh ke arah suara tadi. Ternyata suara itu adalah suara Papa Lian.
"Yumna!" ucap Lian cepat. "Berjanjilah padaku kamu tidak akan pernah melupakan aku! Aku janji, suatu hari nanti, jika aku sudah dewasa aku akan datang menemuimu! Aku janji akan main lagi bersamamu. Aku janji Yumna aku janji!" seru Lian mencoba menyemangati Yumna. Tetapi, Yumna masih saja terlarut dalam tangisnya.
Sirene dari kapal mewah yang akan berangkat tersebut berbunyi lagi. Kali ini cukup panjang. Yang mengartikan bahwa kapal akan segera berangkat dalam waktu sesingkatnya.
Ibu Lian perlahan menarik bahu anaknya yang sejak tadi ia rangkul. Genggaman tangan Lian dan Yumna perlahan terlepas seiring menjauhnya Lian dari hadapan Yumna. Semakin pecahlah tangisan Yumna. Gadis itu belum bisa bahkan tidak rela melepas kepergian sahabat sejatinya, apalagi untuk waktu yang cukup lama.
Beberapa menit berlalu, Lian dan orang tuanya sudah berada di atas kapal. Dari atas kapal, Lian tidak juga melepas pandangannya kepada Yumna yang berada tak jauh di bibir pantai. Untuk beberapa lamanya dua anak manusia itu terdiam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Bahkan, ketika sirene yang menandakan kapal mulai bergerak menjauh dari pelabuhan berbunyi, keduanya pun tak urung melepas pandangan mereka. Hingga kapal yang ditumpangi Lian dan orang tuanya tak lagi memperlihatkan sosok Yumna, kedua orang tua Lian pun membawa putranya itu untuk masuk ke dalam kapal menuju kamar yang sudah mereka booking sebelumnya.
"Tuhan ... jaga dia untukku!!" gumam Yumna.
Gadis itu menangis sejadi-jadinya. Ia berdoa dalam hati kecilnya agar Lian selalu dilindungi oleh Tuhan dan meminta agar suatu hari nanti, secepatnya ia bisa bertemu kembali dengan sahabat terbaiknya itu.
Air mata Yumna belum juga berhenti mengalir. Kedua bola matanya masih terus memandang kapal mewah yang terus menjauh dari pelabuhan tempatnya berpijak. Gadis itu memandangnya hingga hilang dari pandangan mata.
****
Sudah tiga hari Yumna terlihat murung. Bahkan ketika diajak main oleh temannya yang lain pun ia terlihat tak bersemangat. Hal itu membuat teman-temannya yang lain menjadi bingung. Mereka memandang satu sama lain. Saling mencari jawaban atas berubahnya sikap Yumna saat ini, meskipun mereka tahu hal apa yang membuat Yumna menjadi murung. Ya, mereka tahu kalau teman mereka yang satu itu sedang merindukan sosok Lian yang merupakan sahabat terbaiknya.
"Yumna. Kamu kenapa, sih?" Mili teman sebaya Yumna membuka suara.
"Iya kamu kenapa Yumna? Kami tahu kamu sedih karena Lian gak di sini lagi, kami juga sama, tapi kamu gak boleh terus-terusan murung seperti ini," cetus Rafka temannya yang lain.
"Maaf, ya, teman-teman! Aku juga gak tau kenapa aku jadi sesedih ini. Mungkin karena aku dan Lian dari kecil sudah bermain bersama, sampai umur delapan tahun ini kami suka saling bertukar cerita, makanya aku sangat merasakan kehilangan dirinya,," jawab Yumna sedih. Boneka beruang putih yang pernah diberi ayah Lian untuknya, kini menjadi benda yang sering ia peluk seperti sekarang ini.
"Iya kami ngerti kok, tapi kamu gak boleh terus-terusan murung kayak gini nanti kamu sakit," ucap rafka lagi.
"Iya Yumna! Jangan gitu, dong! Nanti kita jadi ikutan sedih."
Yumna menatap sendu kedua temannya itu. Matanya sedikit sembab. Wajahnya layu tak bergairah.
"Sudahlah, ayo kita main," ajak Rafka sambil menarik tangan Yumna.
Yumna tersenyum tipis. Gadis itu menghela nafas berat. Kemudian ia mencoba bangkit dan mengikuti saran dari teman-temannya itu. Anak-anak yang masih berusia 8 tahun itu pun bermain di pantai di sekitar tempat tinggal mereka. Sesekali Yumna memaksakan tawa untuk menghargai kedua temannya yang saat ini berusaha menghiburnya dengan bermain. Sejenak, Yumna sedikit bisa melupakan kepergian Lian, sahabat terbaik yang sudah dianggapnya seperti kakak laki-lakinya.
*****
Malam menjelma. Ibu Yumna masuk ke kamar anaknya dengan langkah pelan. Wanita paruh baya yang masih cantik di usianya itu mendapati anaknya yang tengah duduk di tempat tidur sembari menatap sebuah foto yang bingkainya terbuat dari kerajinan kerang-kerangan. Yumna masih saja memeluk boneka beruang pemberian ayah Lian. Melihat itu, ibu Yumna menghela nafas. Ia mendekati ranjang Yuma kemudia duduk di samping anaknya.
"Yumna.." sapa Bu Afni pelan. Wanita itu membelai lembut rambut anaknya.
"Ya, Bu!" jawab Yumna tak bersemangat. Bu Afni memaksakan senyum di bibir sebelum melanjutkan pembicaraan.
"Besok kita harus pindah ke Jakarta, Nak!" kata bu Afni pelan. Sontak Yumna kaget mendengar apa yang dikatakan ibunya.
"Ada apa Bu, kenapa kita harus ke Jakarta? Enggak Bu! Yumna gak mau pindah! Yumna mau tetap di sini!" tolak Yumna tak terima.
"Yumna, Ayahmu dipindah tugaskan oleh perusahaannya ke Jakarta, mau gak mau kita harus pindah ke sana, Nak," tutur Bu Afni menjelaskan.
"Tapi, Yumna ingin tetap di sini, Bu!" jerit Yumna pilu.
"Ibu tahu Yumna gak mau pindah dari sini, ibu tahu kamu suka banget sama pantai, tapi mau gimana lagi, Nak, kamu harus ikut Ayah dan Ibu, mana mungkin kamu kami tinggal di sini!" ujar Bu Afni lagi.
Mendengar perkataan ibunya, semakin murunglah hati Yumna. Belum lagi hilang rasa kecewanya yang satu, sudah hadir pula rasa kecewa yang lain.
"Benar Yumna!" sambung Ayah Yumna yang sejak tadi berada di depan pintu kamar anaknya. Rupanya sedari tadi ayah Yumna menguping pembicaraan istri dan anaknya itu. Lantas, ayah Yumna mendekati mereka sambil tersenyum kecil, kemudian duduk di antara mereka.
"Maafkan Ibu dan Ayah, karena udah bikin Yumna kecewa. Ayah tahu Yumna suka tinggal di sini, banyak kenangan yang sudah kita lakukan di sini. Tapi, apa boleh buat Nak, Ayah hanya karyawan biasa. Perusahaan ingin Ayah dipindah tugaskan ke Jakarta!" terang ayah Yumna dengan lemah lembut. "Kamu jangan khawatir Yumna. Nanti Ayah dan Ibu akan berusaha mencari tempat tinggal di sekitar pantai di sana, biar kamu gak ngerasa bosan dan bisa menciptakan kembali suasana seperti di sini," janji ayah Yumna sambil tersenyum manis.
"Gak akan ada yang bisa membuat Yumna bahagia selain orang orang di sini yah," jerit hati Yumna, namun kalimat itu tak kuasa ia lepaskan.
Yumna hanya dapat menerima kenyataan saat ini. Walau sejujurnya dia tak mau meninggalkan tanah kelahirannya itu.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-12-16
0
Susilawati Dewi
lanjut
2022-01-10
1
Bee mi amore
persis plek yg pernah sy alami sm yuma padahal itu kejadian sdh lebih dr 35 th.ingatan masa kecil terpaksa pisah dg sahabat dan tanah kelahiran membekas smp skr
2021-09-18
1