Memulai hidup baru

Yumna dan kedua orang tuanya sudah berada di bandara Soekarno Hatta. Ayahnya segera memanggil taksi dan kemudian mereka pergi menuju rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka.

Waktu berlalu. Setelah beberapa saat kemudian, tibalah mereka di sebuah rumah sederhana yang terletak disalah satu pantai di daerah Jakarta.

Yumna keluar dari taksi yang ia dan kedua orang tuanya tumpangi. Seketika rambut panjangnya dihembus semilir angin pantai. Gadis itu memutar bola matanya, memandang rumah berlantai dua yang berada di hadapannya. Terlihat sebuah kamar di lantai dua yang balkonnya mengarah langsung ke pantai. Sepertinya kamar itu adalah kamar yang selama ini ada di mimpi-mimpinya.

"Nah! Yumna kita sudah sampai," seru Bu Afni dengan semangat. Perlahan ibu dan ayahnya mengajak Yumna untuk berjalan memasuki rumah itu.

"Yumna suka gak sama rumahnya," tanya ayah Yumna pelan.

Yumna tersenyum kecil, kemudian mengangguk pelan.

"Ya udah, yuk Ayah bantu bawakan barang barang Yumna ke kamar. Kamu pasti penasaran sama kamar kamu kan, Nak!" ajak ayahnya lagi. Kemudian pria itu merangkul anaknya, dan berjalan pelan ke arah kamar yang akan menjadi kamar Yumna. Kamar itu berada di lantai atas. Kamar yang mempunyai balkon yang menghadap ke pantai.

Namun baru beberapa langkah mereka berjalan, suara seorang laki laki paruh baya dari depan pintu, seketika menghentikan langkah mereka.

"Selamat datang Pak Ardhi!"

Secara bersamaan mereka menoleh ke arah pintu depan. Yumna terperanjat kaget. Pria paruh baya yang menyapa mereka tadi tak asing di matanya. Lidah gadis itu tiba-tiba menjadi kaku. Ia tak menyangka bahwa pria yang dilihatnya itu adalah papa Lian!

Dengan langkah santai, pria paruh baya itu mendekati mereka dengan senyum manis di bibirnya.

"Selamat menempati rumah baru kalian," ucap pak Mirwan, yang mana ia adalah ayah Lian. Pria itu berkata sambil membentangkan kedua tangannya.

Pak Ardhi, ayah Yumna tersenyum lebar.

"Pak Mirwan, terima kasih ya Pak! Saya jadi terkesan dengan pertolongan Bapak. Saya sangat suka tempat ini Pak, lebih lebih Yumna. Dia pasti bakalan betah tinggal di sini," ujar Pak Ardhi senang.

"Baguslah kalau begitu, saya sangat senang mendengarnya, mudah-mudahan kalian betah tinggal di sini!" Pak Mirwan menyemangati dengan senyum sumringahnya.

"Pasti Pak! Pasti kami betah tinggal di sini! Suasana di sini sama seperti tempat tinggal kita sebelumnya. Jadi tidak ada alasan bagi kami untuk tidak menyukai tempat ini," balas Pak Ardhi tersenyum lebar.

"Syukurlah kalo begitu, anggap saja ini sebagai rasa terima kasih saya karena dulu Bapak sudah mendonorkan darah untuk Lian, anak saya," ucap Pak Ardhi seraya mengenang budi karyawannya itu.

Seketika terlintas diingatan Yumna kejadian setahun lalu, dimana Lian mengalami kecelakaan fatal yang hampir merenggut nyawanya. Ia ditabrak oleh sepeda motor hingga badannya terlempar ke badan jalan. Lian tak sadarkan diri di tempat dengan kondisi kepala banyak mengeluarkan darah, hingga ia mengalami pendarahan hebat dan membutuhkan donor darah sesegera mungkin. Saat itu kebetulan Pak Ardhi, seorang karyawan yang kebetulan bekerja di perusahaan Pak Mirwan, memiliki golongan darah yang sama dengan Lian.

Pak Mirwan tidak dapat mendonorkan darah untuk anaknya, karena dia mempunyai riwayat penyakit yang tidak memungkinkan dirinya untuk mendonorkan darah kepada anaknya. Sedangkan bu Sofie memiliki golongan darah yang berbeda dengan anaknya. Pak Ardhi yang sudah menganggap Lian sebagai anaknya sendiri, tidak sungkan segera mengajukan pendonoran darah untuk Lian yang saat itu sedang koma. Atas dasar pendonoran itu dan kerja keras dari para dokter profesional, membuat Lian akhirnya bisa selamat dari maut.

Ah, jika mengingat kejadian itu, ingin rasanya Yumna menjerit. Sebab, hampir saja saat itu ia kehilangan sahabat sejatinya.

"Yumna!" Panggilan pak Mirwan menghentak Yumna.

Yumna terperanjat. Buyar dari lamunannya.

"Om tahu pasti kamu bingung dan bertanya-tanya dalam hati kenapa Om ada di sini padahal kemaren Om, Tante dan Lian pergi ke Singapore." Pak Mirwan mencoba memecahkan rasa penasaran Yumna.

Yumna menatap dengan serius wajah Pak Mirwan. Seakan menunggu lelaki paruh baya itu menyelesaikan kalimatnya. Hati kecilnya tidak sabar ingin segera mendengar penjelasan Pak Mirwan tentang semua ini.

"Om dan Tante hanya mengantar Lian saja, Lian di sana baik-baik aja kok. Dia harus menyelesaikan studynya sampai selesai. Saat ini dia tinggal bersama Tantenya, pekerjaan Om di sini tidak bisa untuk Om tinggali. Itu sebabnya Ayahmu Om panggil kemari karena Om sangat berhutang budi padanya, dan Ayahmu ini adalah seorang karyawan terbaik di perusahaan Om. Beliau karyawan jujur. Kinerjanya juga sangat bagus. Jadi Om perintahkan Ayahmu untuk pindah tugas di kota ini," terang Pak Mirwan menjelaskan.

Seketika Yumna tertunduk lesu. Hatinya ciut. Rasa kecewa yang ia rasakan semakin dalam. Sejenak tadi dia merasa sedikit lega karena berharap Lian ada di kota ini bersama orang tuanya. Namun, sekejap harapan itu buyar kembali setelah mendengar penjelasan dari pak Mirwan. Gadis cantik itu hanya bisa berharap semoga Lian cepat kembali.

*****

Lima belas tahun berlalu..

Kini gadis kecil yang bernama Yumna itu telah berumur 23 tahun dan tumbuh menjadi perempuan yang cantik. Penampilannya sederhana, namun terlihat anggun karena postur tubuhnya yang sangat sempurna sebagai seorang perempuan remaja.

Yumna berdiri di tepi pantai. Matanya memandang ke laut lepas. Ia tersenyum kecil melihat pemandangan yang ada di depannya. Dia takjub melihat ombak yang tak henti-hentinya berkejar-kejaran. Wajah putihnya disapu semilir angin pantai. Rok panjang yang ia kenakan terlihat melambai-lambai terhembus angin.

"Yumnaaaaa ...!"

Teriakan itu menyadarkan Yumna dari lamunan. Ia menoleh ke belakang dan mencari ke arah sumber suara. Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat wanita paruh baya yang melambaikan tangan sambil tersenyum kepadanya.

Ternyata suara itu suara bu Afni yang tak lain adalah ibunya. Bu Afni memanggil Yumna dari balik pintu sebuah cafe yang berada tepat di sebelah kediaman mereka. Yumna pun membalas lambaian tangan ibunya dengan senyuman hangat.

"Ya, Bu ...." seru Yumna sembari berlari kecil menuju ke tempat ibunya berada.

"Yumna, ayo bantu Ibu menyiapkan makanan. Kebetulan hari ini Bu Dewi tidak bisa datang untuk membantu Ibu, karena dia sedang tidak enak badan," pinta bu Afni.

"Siap, Bu! Misi akan segera dijalani," jawab Yumna sambil menirukan gaya hormat pasukan militer.

Bu Afni tertawa melihat tingkah anaknya. Kemudian mereka masuk menuju dapur di cafe kecil yang mereka kelola. Sudah tujuh tahun ini bu Afni membuka cafe sederhana yang bersebelahan dengan rumahnya. Sejak ayah Yumna meninggal karena kecelakaan, bu Afni mulai banting setir agar dapat melangsungkan hidupnya dengan putrinya. Berkat bantuan dari pak Mirwan dan bu Sofie, bu Afni akhirnya dapat berjualan makanan dan minuman di cafe sederhana yang dibangun oleh orang tua Lian. Sebuah cafe yang mungil namun terlihat indah karena tempatnya berhadapan dengan pantai.

****

Pagi ini di kampus Yumna duduk di bangku perpustakaan. Ia membuka tasnya lalu mengambil selembar foto ayahnya di sana. Ia tersenyum kecil.

"Ayah ... Yumna kangen!" gumamnya. Yumna memeluk foto ayahnya seakan-akan benda tersebut adalah raga Ayahnya.

"Yumnaaaaa ...."

Panggilan ketiga temannya menyadarkannya dari lamunan. Ketiga gadis itu lantas duduk di dekat Yumna.

"Kalian, bikin kaget aja!" protes Yumna dengan bibir lima centinya.

"Kamu tuh yang kebanyakan melamun! Masih juga pagi, dah ngehalu!" ledek Karin. Gadis manis yang gayanya sedikit maskulin dari mereka.

"Biasalah, dia pasti lagi ngehalu cowok masa lalunya itu, berharap dia datang dengan seekor kuda putih, lalu membawanya ke istana, trus ketika tiba di istana, mereka berpelukan dan berciuman mesra. Oohhhh sooo sweeeettt," tambah Firly, gadis feminim dengan menirukan gaya centilnya.

"Iiihhh,, apaan, sih," seru Karin dan Raras bersamaan. Mereka berdua memandang geli ke arah Firly.

"Sekarang ini, Yumna yang sedang menghalu, atau kamunya?!" timpal Raras lagi.

Firly seketika memonyongkan mulutnya. Komat kamit tak jelas. Mengumpat Raras dan Karin yang meledek dirinya. Yumna yang melihat itu hanya dapat mengeleng-gelengkan kepala. Gadis itu merasa gemes melihat tingkah lucu dari para sahabatnya.

"Kalian ini pada kenapa, sih? Aku lagi mandangi foto almarhum Ayahku, bukan lagi menghalu! Nih lihat nih!" ucap Yumna menerangkan.

Melihat benda tipis yang dipegang Yumna sejak tadi, ketiga temannya pun langsung terdiam. Mereka seketika memahami apa yang Yumna rasakan saat ini.

"Yumna!"

Panggilan dari seorang teman pria mereka yang bernama Juna terdengar. Laki-laki berkulit sawo matang, bertubuh tinggi dan berwajah tampabn itu datang menghampiri. Ia menarik kursi yang ada di sebelah Yumna, kemudian duduk manis di dekat gadis itu.

"Ya." Yumna menyahut.

"Buku catatanku kemaren tinggal di rumahmu, ya?!" tanya Juna sambil melemparkan senyum manis yang menjadi ciri khasnya.

"Oh, ya? Maaf Juna aku gak tau kalau buku catatanmu tinggal di rumahku. Aku gak membawanya," ucap Yumna menyesal.

"Ya, udah ga pa'pa kok, itu bukan salahmu, aku yang lalai kemarin, hari ini aku belum membutuhkannya, entar aku ambil sendiri ya ke rumah mu," ucap Juna dengan santai.

"Oke," seru Yumna tersenyum lebar.

Setelah mendapatkan pernyataan dari Yumna, Juna pun beranjak kembali. Ia Kemudian pamit dan berlalu dari keberadaan keempat gadis-gadis yang menatapnya sejak tadi.

"Hoohhh ... kenapa Tamvan banget sih kamu, Juna!" seru Firly sambil memejamkan matanya. Tangannya tampak saling menggenggam. Hal itu membuat Raras dan Karin saling memandang geli.

"Nah tuh! Mulai deh ngehalu lagi ni anak!" cerca Karin geram.

"Pantang banget liat cogan!" sambung Raras sambil menjitak pelan kening Firly.

Seketika Firly pun tersadar dari lamunannya. Gadis itu tersenyum malu-malu.

Yumna menghela nafas seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berdiri dari tempat duduknya.

"Ya udah, yuk keluar! Bising banget tau gak kita di sini! Liat tuh penjaga perpus matanya kayak udah mau keluar lihat kita dari tadi!" titah Yumna. Kemudian gadis itu berjalan keluar perpustakaan diikuti ketiga teman-temannya.

***

(Bersambung..)

Terpopuler

Comments

deinna Yuliyanthi

deinna Yuliyanthi

seru juga cerita yah. lanjut baca🤭😊

2021-04-16

2

Iins Colletion

Iins Colletion

lanjut

2021-03-29

1

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

Wiselovehope🌻 IG@wiselovehope

👍🤗💋🔥😁❤️

2021-03-03

1

lihat semua
Episodes
1 Perpisahan
2 Memulai hidup baru
3 Pertemuan Yang Tak Disangka
4 Menahan Rasa
5 Pertemuan Yang Tertunda
6 Di Pesta
7 Di Kampus
8 Tentang Hari ini..
9 Masih Dihari Yang Sama
10 Malam Ini Di Kamar Yumna
11 Cerita Hari Ini
12 Hari Sial Nita
13 Hati Tegar Juna
14 Lian Yumna
15 Ketegaran Juna
16 Juna Patah Hati
17 Hari Ini Milik Kita
18 NgeMall Pertama
19 Wisuda
20 Ngumpul Malam Ini
21 Sekretaris Pribadi Sang Kekasih
22 Kecurigaan Bu Sofie
23 Sesaat Setelah Meeting
24 Kemunculan Nita
25 Sepulang Ngantor
26 Kesiangan
27 Hasrat Juna
28 Amarah Lian
29 Lakukan Sesukamu
30 Perdebatan Orang Terdekat
31 Bekas Dari Perbuatanmu
32 Menikahlah Denganku
33 Haruskah Aku Menjauhimu
34 Perasaan ini!!
35 Perhatianmu Kepadaku Membuat Perasaanku Semakin Dalam! (Part 1)
36 Perhatianmu Kepadaku Membuat Perasaanku Semakin Dalam! (Part 2)
37 Perasaan Yumna?!
38 Kehujanan
39 Sekamar..
40 Satu Malam Bersamamu
41 Hilang Permataku
42 Apa Yang Harus Aku Katakan Pada Ibumu
43 Sudahkah Ibu Tahu??
44 Kerapuhan Juna
45 Lihat Aku!
46 Lihat Aku! (Part 2)
47 Dua Minggu Berlalu
48 Di Ruang Makan
49 Jangan Masuk ke Kamarku!
50 Apa Yang Kalian Lakukan di Ruangan Ini!!
51 Tenanglah, Sayang!
52 Cukup! Hentikan!
53 Jangan Masuk ke Kamarku, Lagi!
54 Percayalah Padaku, Yumna!
55 Syair Cinta Yumna
56 Sadarlah, Sayang!
57 Kamu Obat Mujarab Bagiku
58 Hati Ini Hanya Untukmu
59 Masakan Ibu Menusuk Hidungku
60 Ada Apa Denganmu, Juna?!
61 Bubur Ayam
62 Aku Kangen!
63 Rencana Jahat Nita
64 Aku Baik Baik Saja, Ma!
65 Tauco Udang
66 Oh, Mbah Google
67 Opname
68 Test pack
69 Tenanglah, Yumna!
70 Ada Apa Dengan Kalian?!
71 Yumnaku Hamil?!
72 Sayang, Ini Papa!
73 Janji Kita
74 Oh, Randa!
75 Jaga Dirimu Untukku
76 Aku Pergi
77 Check Out
78 Kedatangan Pak Mirwan
79 Jangan Pergi, Yumna!
80 Maafkan Aku Harus Pergi Dari Hidupmu
81 Desa Ini?
82 Tunggu Aku, Sayang
83 Menyambut Hari
84 Payung
85 Danau Kenangan
86 Apa Yang Terjadi Pada Yumnaku?
87 Di mana Yumnaku?
88 Tunggu Aku Sayang
89 CCTV
90 Arjuna's Villa
91 Kembalilah Sayang
92 Aku Rindu....
93 Saldo Bank
94 Toko Buku
95 Keterpurukan Lian
96 Hujan
97 Maafkan Aku
98 Ke mana Arah Janjimu!
99 Lukaku
100 Pagi
101 Aku Masih Hidup?
102 Semak- Semak
103 Bunga
104 Strawberry's
105 Hasratku
106 USG
107 Size Bra
108 Sekamar Lagi??
109 Selimut oh Selimut
110 Laki-laki Misterius
111 Tolong Aku!
112 Kemurkaan Lian
113 Penyesalan Yumna
114 Jangan Ganggu Yumnaku!
115 Lian ...! Bangun ...!
116 Sadarlah Sayang
117 Tes Darah
118 Takdir Cinta Ini?
119 Ketika Lian Tersadar
120 Pengakuan Lian
121 UGD
122 Dia Yumnaku!
123 Sadarlah Yumna
124 Keputusan Pak Mirwan
125 Persiapan Pernikahan
126 Alhamdulillah, Sah!
127 Malam Pertama????
128 Ini Malam Pengantin Kita! Titik!
129 Pagi Pertama Kita
130 Pancake
131 Istriku, Canduku
132 Bulan Madu?
133 Aku, Suamimu!!
134 So Sweet
135 Cekcok lagi
136 Salah Paham
137 Welcome to Phuket
138 Bubur Ayam Rasa Kasih Sayang
139 Ngidam Naik Speed Boat
140 Perfect Honeymoon
141 Back to Indonesia
142 Rasa Jengkel Mecca
143 Main Kuda-kudaan?
144 Nafkah Batin
145 Cake Buah
146 Persalinan Caesar
147 Welcome to My World, My Baby Girl
148 Baby Mentari (Tamat)
149 Pengumuman Novel Baru
Episodes

Updated 149 Episodes

1
Perpisahan
2
Memulai hidup baru
3
Pertemuan Yang Tak Disangka
4
Menahan Rasa
5
Pertemuan Yang Tertunda
6
Di Pesta
7
Di Kampus
8
Tentang Hari ini..
9
Masih Dihari Yang Sama
10
Malam Ini Di Kamar Yumna
11
Cerita Hari Ini
12
Hari Sial Nita
13
Hati Tegar Juna
14
Lian Yumna
15
Ketegaran Juna
16
Juna Patah Hati
17
Hari Ini Milik Kita
18
NgeMall Pertama
19
Wisuda
20
Ngumpul Malam Ini
21
Sekretaris Pribadi Sang Kekasih
22
Kecurigaan Bu Sofie
23
Sesaat Setelah Meeting
24
Kemunculan Nita
25
Sepulang Ngantor
26
Kesiangan
27
Hasrat Juna
28
Amarah Lian
29
Lakukan Sesukamu
30
Perdebatan Orang Terdekat
31
Bekas Dari Perbuatanmu
32
Menikahlah Denganku
33
Haruskah Aku Menjauhimu
34
Perasaan ini!!
35
Perhatianmu Kepadaku Membuat Perasaanku Semakin Dalam! (Part 1)
36
Perhatianmu Kepadaku Membuat Perasaanku Semakin Dalam! (Part 2)
37
Perasaan Yumna?!
38
Kehujanan
39
Sekamar..
40
Satu Malam Bersamamu
41
Hilang Permataku
42
Apa Yang Harus Aku Katakan Pada Ibumu
43
Sudahkah Ibu Tahu??
44
Kerapuhan Juna
45
Lihat Aku!
46
Lihat Aku! (Part 2)
47
Dua Minggu Berlalu
48
Di Ruang Makan
49
Jangan Masuk ke Kamarku!
50
Apa Yang Kalian Lakukan di Ruangan Ini!!
51
Tenanglah, Sayang!
52
Cukup! Hentikan!
53
Jangan Masuk ke Kamarku, Lagi!
54
Percayalah Padaku, Yumna!
55
Syair Cinta Yumna
56
Sadarlah, Sayang!
57
Kamu Obat Mujarab Bagiku
58
Hati Ini Hanya Untukmu
59
Masakan Ibu Menusuk Hidungku
60
Ada Apa Denganmu, Juna?!
61
Bubur Ayam
62
Aku Kangen!
63
Rencana Jahat Nita
64
Aku Baik Baik Saja, Ma!
65
Tauco Udang
66
Oh, Mbah Google
67
Opname
68
Test pack
69
Tenanglah, Yumna!
70
Ada Apa Dengan Kalian?!
71
Yumnaku Hamil?!
72
Sayang, Ini Papa!
73
Janji Kita
74
Oh, Randa!
75
Jaga Dirimu Untukku
76
Aku Pergi
77
Check Out
78
Kedatangan Pak Mirwan
79
Jangan Pergi, Yumna!
80
Maafkan Aku Harus Pergi Dari Hidupmu
81
Desa Ini?
82
Tunggu Aku, Sayang
83
Menyambut Hari
84
Payung
85
Danau Kenangan
86
Apa Yang Terjadi Pada Yumnaku?
87
Di mana Yumnaku?
88
Tunggu Aku Sayang
89
CCTV
90
Arjuna's Villa
91
Kembalilah Sayang
92
Aku Rindu....
93
Saldo Bank
94
Toko Buku
95
Keterpurukan Lian
96
Hujan
97
Maafkan Aku
98
Ke mana Arah Janjimu!
99
Lukaku
100
Pagi
101
Aku Masih Hidup?
102
Semak- Semak
103
Bunga
104
Strawberry's
105
Hasratku
106
USG
107
Size Bra
108
Sekamar Lagi??
109
Selimut oh Selimut
110
Laki-laki Misterius
111
Tolong Aku!
112
Kemurkaan Lian
113
Penyesalan Yumna
114
Jangan Ganggu Yumnaku!
115
Lian ...! Bangun ...!
116
Sadarlah Sayang
117
Tes Darah
118
Takdir Cinta Ini?
119
Ketika Lian Tersadar
120
Pengakuan Lian
121
UGD
122
Dia Yumnaku!
123
Sadarlah Yumna
124
Keputusan Pak Mirwan
125
Persiapan Pernikahan
126
Alhamdulillah, Sah!
127
Malam Pertama????
128
Ini Malam Pengantin Kita! Titik!
129
Pagi Pertama Kita
130
Pancake
131
Istriku, Canduku
132
Bulan Madu?
133
Aku, Suamimu!!
134
So Sweet
135
Cekcok lagi
136
Salah Paham
137
Welcome to Phuket
138
Bubur Ayam Rasa Kasih Sayang
139
Ngidam Naik Speed Boat
140
Perfect Honeymoon
141
Back to Indonesia
142
Rasa Jengkel Mecca
143
Main Kuda-kudaan?
144
Nafkah Batin
145
Cake Buah
146
Persalinan Caesar
147
Welcome to My World, My Baby Girl
148
Baby Mentari (Tamat)
149
Pengumuman Novel Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!