Danny
Rose
"Mama... Aku capek harus hidup begini terus!! Maa, Paa, maafin aku. Tapi kenapa hidup ini begitu kejam? Delapan tahun aku harus terus menerus mimpi buruk. Nggak ada seharipun lewat tanpa mengingat perbuatan jahat om Juna sama aku!! Tega-teganya dia merebut kesucianku!! Tega-teganya dia merusak masa remajaku. Bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan keadaan seperti ini?" isak tangis Rose sambil memegang alat rekam kecil. Dia sedang berdiri ditepi tebing diatas gunung memakai topi kupluk merah dan ransel mendaki.
Cuaca diatas gunung rinjani pagi itu masih sangat dingin, angin menyambar rambut panjang Rose. Air mata yang membasahi pipinya terasa dingin saat diterpa angin, suara terpaan angin bisa terdengar jelas menutupi kesendirian Rose saat itu. Dia memanfaatkan keadaan yang sepi dan teman-temannya yang masih tidur untuk pergi ke puncak agak jauh dari tempat mereka mendirikan tenda, mimpi buruk yang membangunkannya membuat Rose nggak bisa tidur lagi sejak jam 5 subuh tadi.
Seorang pria tinggi memakai jaket hitam tebal tiba-tiba datang dari belakang Rose, kaget dengan kedatangan orang asing Rose cepat-cepat melap airmatanya. Sejenak mereka berdua saling menatap dari jauh, ditangan pria itu memegang tongkat yang dia gunakan untuk membantunya mendaki.
Rose memalingkan wajahnya lalu melihat pemandangan dibawah, tangannya mengisi alat perekam kecil disaku kirinya. Dia bersikap seolah nggak peduli.
Apa dia dengar apa yang aku bilang tadi?? Duh, harusnya aku cek dulu ada orang yang mendekat atau nggak.. Rose membathin cemas
Setelah meletakkan ranselnya pria tadi berdiri nggak jauh dari tempat Rose sambil melihat pemandangan, dia menyeruput segelas kopi hitam hangat yang dia keluarkan dari termos kecilnya.
"Hey." sapa cowok tadi memecah keheningan
Rose hanya melirik tanpa membalas sapaan pria disampingnya.
"Kamu nggak ada niat lainkan?" tanya pria disampingnya lagi
Rose melirik tersinggung "Maksud kamu??"
"Yahh tanya aja, seorang cewek sendirian dipuncak gunung. Berdiri ditepi tebing, dan kalo dilihat kalo jatuh bisa langsung game over." jawab cowok itu sambil melirik kebawah "Dan, nggak akan ditemukan dalam waktu dekat."
Rose mendengus kesal "Kamu pikir aku mau bunuh diri???" tanyanya dengan nada bicara kesal
"Ohh nggak yah? Yaudah.." ucap pria tadi lalu menyeruput kopinya
Suasana kembali hening, Rose menyilangkan kedua tangannya didada sambil melihat pemandangan. Dia masih kesal dengan kehadiran pria asing disampingnya.
"Aku Danny, kamu??" ucap pria tadi tanpa mengulurkan tangannya
Mata Rose meliriknya sebentar lalu kembali melihat pemandangan didepannya "Nggak tertarik bicara sama orang asing."
Danny tersenyum lalu mengisi termosnya diranselnya, terdengar suara retsleting ransel bergesekan saat ditutup oleh tuannya.
"Aku nggak ngomong sama kamu kok, aku ngomong sama cewek diseblah kamu. Teman kamu yah? Yaudah karna kamu udah ada teman, jadi aku pamit dulu yah.."
Bulu kuduk Rose seketika berdiri, yah, memang disana suhunya dingin dan nggak heran jika membuat bulu kuduk berdiri. Tapi kali ini bedah, Rose melirik kesampingnya nggak ada orang. Dan dari tadi dia nggak mendengar suara langkah kaki lain selain langkah kakinya dan Danny, cowok asing yang belum lama datang.
Begitu berbalik Rose melihat Danny sudah berjalan agak jauh.
"Hiii.." Rose cepat-cepat memakai ranselnya dan mengejar Danny
Danny menyembunyikan senyumnya saat mendengar langkah kaki Rose berlari, begitu cewek iti berjalan disampingnya dia pura-pura biasa saja. Rose yang gengsi juga cepat-cepat mengatur nafasnya agar terdengar normal, dia mengatur langkahnya selaras dengan Danny.
"Loh? temannya ditinggal?" tanya Danny memasang innocent
Rose nggak menjawab pertanyaan Danny, dia terus berjalan berusaha mengiringi langkah kaki panjang Danny.
"Wah kamu kejam juga yah, masa teman ditinggal sendiri.."
"Kamu tuh!!! Bisa diam nggak? kalo lagi jalan digunung nggak boleh banyak ngomong." Rose mengomel kesal
Danny tertawa tanpa suara, mata Rose menangkap jelas tawa dibibir Danny.
"Kamu bohongkan??"
"Apaan??" tanya Danny pura-pura nggak tau
"Soal cewek tadi, kamu bohongkan?? nggak ada kan cewek disitu? Mata aku tuh masih bagus, telinga aku bagus. Daritadi cuma kita berdua disitu." serang Rose sambil terus mengikuti langkah kaki Danny
"Nggak kok, memang ada cewek disamping kamu tadi." elak Danny sambil mempercepat langkahya
Rose berusaha mengimbangi langkah Danny namun karna tinggi Danny dan tubuh mungil Rose membuat Rose harus setengah berlari, nggak habis akal tangan Rose mencengkram ransel Danny dari belakang sekuat tenaga. Nggak menyangka akan mendapat serangan mendadak, Danny terjatuh.
"Ahhhh.." jerit Danny
"Rasain!!" Ejek Rose lalu berlari meninggalkan Danny
Danny yang masih terduduk ditanah tersenyum sendiri sambil melihat Rose yang berlari menjauh.
Dia sedari tadi sudah dibagian bawah, dia mendengar semua yang dikatakan Rose, mendengar isak tangis Rose. Namun, Danny tau, jika dia langsung muncul begitu saja Rose akan malu dan tersinggung. Karna itu dia menunggu Rose agak tenang dulu lalu berpura-pura baru sampai dipuncak.
"Biarin aja dia disana, dimakan serigala kalo perlu!! Kurang ajar, kenal aja nggak. Udah brani ngerjain aku." umpat Rose sambil terus berjalan kembali ke tenda tempat teman-temannya
Dari jauh teman-teman Rose terlihat sedang memasak sesuatu diatas api, suara tawa mereka makin jelas terdengar saat dia lebih dekat sampai ketempat temannya.
"Heii Rose, kemana aja lo?" seru Daniar temannya
"Ke puncak, kalian lagi bikin apaan? wahh mie yah." jawab Rose lalu melepas ranselnya dan duduk disamping Daniar
"Iya.. bentar lagi matang tuh." Jawab Daniar "Brani banget lo pergi sendirian?"
"Kenapa emangnya?" Tanya balik Rose sambil mencomot roti didepannya
"Lo nggak tau???" tanya Daniar lagi sambil memandang ngeri kearahnya dan teman-temannya
"Tau apaan?" Rose kembali bertanya sambil mengunyah roti dimulutnya
"Denger-denger nih, kalo kita jalan sendirian, teriak-teriak, apalagi kalo perasaan lagi galau. Akan ada penunggu digunung sini ngedatangin kita." cerita Daniar dengan suara ngeri
"Hiiiiii..." suara kompak Rose dan teman-temannya
"Dan yang lebih parah lagi nih yah, kalo iman kita nggak kuat, kita bisa dibawah ngilang... Daaannnn, nanti diketemuin udah jadi mayat..."
"Hiiiiiii....." suara ngeri mereka lebih nyaring
Sialan, untung tadi ada Danny. Bathin Rose
Rose tiba-tiba berdiri saat mengingat Danny, semua temannya melihatnya dengan wajah heran.
"Kenapa lo?" tanya Gugun heran
"Ni, ikut aku. Ada yang ketinggalan diatas." ajak Rose sambil menarik tangan Daniar
"Heii tunggu, mienya udah mau kelar tuhh.." seru Hamdi
"Sisainn.." balas seru Rose sambil berlari menarik tangan Daniar
Sembari berlari Daniar bertanya "Apaan sih yang ketinggalan??"
"Udah ikut aja, nanti aku jelasin diatas."
Rose dan Daniar berjalan setengah berlari menuju puncak yang dimaksud Rose, tiba disana Rose menunduk sambil ngosngosan. Nafasnya terasa berat karna tanpa pemanasan langsung lari menaiki gunung, Rose tampak celingak-celinguk melihat sekktar tempat itu.
Begitu nafasnya mulai teratur Daniar kembali bertanya "Lo cari apaan sih??"
"Aku cari cowok Ni, tadi aku ketemu dia disini." jawab Rose lalu duduk ditanah sambil mengatur nafasnya
"Nggak ada siapa-siapa disini Rose, dan kalo pun ada, dia pasti ketemu kita berdua tadi. Kan semua yang mendaki pasti lewat dicamp kita."
"Aku serius, tadi aku ketemu cowok disini Dia tinggi, kira-kira 180 centi meter dah, dia pakai kupluk hitam sama carrier orange." jelas Rose "Tadi aku ninggalin dia disitu, pas dibatu itu." tunjuknya kebatu dibelakang Daniar
Daniar tiba-tiba merinding "Apa jangan-jangan dia penunggu disini?"
"Daniarr!! jangan ngaco, cuma kita berdua disini."
"Balik yuk Rose, kan gue bilang kalo pun dia udah balik atau ada diatas sini, pasti kita lihat karna nggak ada jalan lain." Rengek Daniar yang mulai takut
Mulai merinding Rose lalu berdiri "Yaudah ayo balik kalo gitu." ucapnya lalu berjalan cepat meninggalkan Daniar
"Woyy... wah kurang ajar lo, dasar teman durhaka ninggalin gue disini.." teriak Daniar lalu berlari mengejar Rose
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Borahe 🍉🧡
beda thor ng pake 'H'
2022-10-01
0
Nia Assyfah
maaf thor, tinggi badan 180 cm bukan meter. terlalu tinggi kalau pakai meter :)
2022-06-28
1
Gren Gerungan
lanjut
2021-03-17
0