Sekuat apapun ia menolak. Udayana pasti memiliki seribu jurus yang dapat membuat dirinya harus mengalah dan menurut.
Ya, seperti sekarang ini. Akhirnya ia mengalah dan menerima permohonan wanita menyebalkan itu. Berlian terpaksa mengiyakan. Jika tidak, wanita itu pasti sudah melibatkan seluruh keluarga untuk membuat Berlian terpojok dan malah semakin membuat mood paginya memburuk.
Aryan sesekali melirik Berlian yang sedari tadi sibuk menatap keluar jendela mobil. Beberapa kali mendengar Berlian menghela nafas kasar, ia sudah bisa menyimpulkan bahwa Berlian sedang kesal karena perbuatan mamanya. "Maaf atas perbuatan nyonya Mahesvara."
Tanpa menoleh Berlian menganggukkan kepalanya. "It doesn't matter to me." Berlian lebih dulu keluar dari dalam mobil setelah melihat antrian panjang, dibandingkan menunggu terlalu lama didakam mobil sebaiknya dia bergegas pergi keluar. Mungkin dengan melihat buku banyak mampu mengembalikan moodnya.
Membiarkan Aryan menajamkan pandangan dan meneliti setiap pengunjung bazar mencari dirinya setelah selesai memarkirkan mobil.
Sebuah tepukan mendarat dipundak Berlian.
"Dicariin juga." Berlian menyerongkan badannya sedikit menghadap Aryan dan mendongak karna memang Aryan memiliki tubuh yang tinggi.
"Gue disini." Jawab polos Berlian.
Aryan tersenyum. "Iya tau."
Setelah sekian lama memutari taman kota. Mereka duduk disebuah kursi rotan ditaman. "Haah capek juga," melihat paper bag berisi buku yang baru dia beli tadi. "Banyak juga ternyata."
Aryan yang membeli minuman di kedai di area dekat taman langsung berjalan mendekati Berlian dan menyodorkan sebotol minuman dingin yang ia beli tadi, Berlian langsung merampasnya karena merasa sangat kehausan. "Thanks." Dibalas anggukan oleh Aryan.
"Lanjut kemana lagi?" tanya Aryan ketika duduk disebelah Berlian.
"Balik aja."
"Gak mau makan dulu." tanyanya lagi. Yah, setidaknya berikan waktu bagi Aryan untuk mengenal Berlian.
"Beliin gue burger aja gih." Aryan mendapat perintah itu sontak mengangguk dan berjalan mencari kedai burger.
"Uh nurut juga lo. Gak sia-sia gue bawa bodyguard. Haha." Setelah beberapa menit menunggu Aryan datang dengan membawa burger dan minuman dingin ditangannya.
"Tau aja lo, kalo minuman gue udah habis." Aryan hanya tersenyum. "Kok cuma satu, gue gak mau berbagi burger ya sama lo."
Aryan tertawa. "Makan aja, aku engga terlalu suka."
Mereka berjalan pelan, Paper bag berisi buku diambil alih oleh Aryan karena Berlian sedang asik memakan burger dengan lahap. Tiba-tiba langkah Berlian terhenti, membuat Aryan juga ikut berhenti.
"Ada apa?" Aryan maju dan melihat wajah pucat Berlian, sama sekali tidak menjawab panggilan darinya Aryan menepuk bahu Berlian. "You ok?" Berlian masih terdiam.
"FARREL...." Berlian berlari mengejar sosok yang mirip dengan Farrel, hentakan tangannya membuat burger yang di pegang terjatuh.
Gue gak salah lihat itu benar-benar farrel.
"FARREEEEEELLLLLLL......" Berlian merasa sudah berteriak sangat keras, membuat para pengunjung ditaman menatap kearahnya. "FARREEEEEELLLLLL.." Beberapa kali Berlian meneriaki pria itu yang tidak kunjung berhenti. Berlian sangat berusaha lari dengan kencang, kakinya juga sudah terasa berdenyut karena kelelahan.
Maklumi saja, dia tidak pernah olahraga.
Berlian tersenyum tipis, sebentar lagi dia akan bertemu dengan Farrel. Ia sudah menyiapkan beberapa pertanyaan dibenaknya. "Farrel" Ditariknya Sweetshirt yang pria itu kenakan hingga membuat pria itu berhenti dan membalikkan badannya. Berlian berusaha mengatur pernapasannya yang masih memburu.
"Siapa?" Berlian yang sedang membungkuk masih mengatur nafasnya lantas mendongak. Seluruh tubuhnya membeku, Berlian perlahan melepas genggaman pada Sweetshirt pria itu. Langkahnya beringsut mundur. "Kamu siapa?" Tanya pria itu ulang.
"Sorry.. Gue salah orang." Saat membalikkan badan Berlian melihat Aryan berlari kearahnya.
"Berlian.. Ada apa?" Aryan bertanya bingung. "Kamu kenapa? apa yang terjadi?" Berlian tidak bisa menahan bulir air mata yang keluar. Dadanya terasa sesak. Dia menyandarkan kepalanya didada bidang pria yang berlari mengkhawatirkan dirinya.
Aryan sedikit terkejut. Apalagi Berlian tiba-tiba memeluknha dengan sangat erat, seperti menginginkan seseorang agar mengerti perasaannya. Aryan yang masih bingung berusaha menenangkan dengan mengelus punggung Berlian dengan lembut.
Sepanjang perjalanan pulang, Berlian masih menutup mulutnya rapat-rapat. Pandangannya kosong menatap kedepan. Aryan berusaha mengajaknya bicara dan Berlian hanya mendengarkan tanpa mau menjawab.
Itulah mengapa ia tidak ingin berada diluar lama-lama. Dia selalu menangkap sosok Farrel dari diri siapapun. Entah pria tadi sudah pria keberapa dalam beberapa tahun yang Berlian kira itu Farrel. Kegalauan macam apa ini, membuatnya tidak semangat untuk menjalani hari-harinya.
********
Basagita melihat putri sulungnya tampak tidak bersemangat saat turun dari mobil. Merasa terjadi sesuatu pada Berlian. Basagita langsung mendekat. "Ada apa sayang?" Basagita mengelus lengan Berlian.
Tanpa menjawab Berlian berjalan melewati mamanya yang khawatir. Basagita langsung menghampiri Aryan yang sedang mengeluarkan barang-barang Berlian dari dalam mobil.
"Aryan, ada apa dengan Berlian?" Aryan sempat berdiam diri dan berpikir sebelum menceritakan apa yang terjadi pada Berlian, Aryan menatap tersenyum kearah Basagita. "Aryan ngerti kok tante." Aryan dapat mengerti kekhawatiran yang Basagita rasakan.
"Tante mohon, kamu tetep mau ngertiin perasaan Berlian dulu ya?" Aryan mengangguk. "Tante permisi."
"Iya tante."
********
Udayana tidak sengaja melihat Basagita menyibukkan diri di dapur, dilihat dengan saksama sepertinya calon besannya itu sedang menyiapkan makanan dinampan. "Mau dibawa kemana Gita?"
"Untuk Berlian mba. Dia keliatannya kurang sehat." Basagita terkejut tiba-tiba Udayana mengambil nampan itu.
"Biar aku saja, hitung-hitung untuk mendekatkan diri." Udayana tersenyum kepada Basagita dengan penuh keyakinan. Sudah berapa banyak wanita ini ingin mengambil hati Berlian yang batu. Tapi, tetap saja Berlian tidak peka.
Suara ketukan pintu menyadarkan Berlian dari lamunan, dilihatnya Udayana masuk membawa nampan yang di bantu oleh Chacha membukakan pintu. "Makasih Chacha cantik."
"Sama-sama calon ibu Chacha." Chacha menyengir kuda kearah Berlian. Wanita itu cuma menatapnya datar, Chacha kembali menutup pintu dan pergi setelah melihat Udayana menjauh dari pintu.
Melihat Udayana menaruh nampan didekatnya, Berlian yang sedang berbaring langsung memposisikan badannya untuk duduk bersila diatas kasur menatap bubur ayam di hadapannya. "Repot-repot tante, Berlian belom laper padahal."
"Apa'an, kamu aja belum sarapan. Kata Aryan juga kamu gak mau diajak makan. Terus juga dijalan sempet macet, kamu sampai rumah langsung masuk kamar sampai malam belum keluar. Gak mungkin belum laper." Berlian hanya tersenyum, lidahnya keluh untung mengeluarkan kata-kata lebih banyak lagi.
"Kamu kenapa? Sakit?" Berlian menganggung.
Sakit hati tante..
"Tante suapin ya?" Berlian mengangguk. Karena dia juga sedang malas menggerakkan tanggannya.
Sekedar menghargai niat baik wanita ini, Berlian mengiyakan permintaan Udayana. Dirinya juga enggan berdebat saat ini. Mood yang buruk akibat wnaita ini, barangkali membaik karena wanita ini juga kan.
Namun, satu hal yang Berlian lewatkan. Membiarkan wanita ini mendekati dirinya ada suatu awal kebodohan yang mungkin akan ia sesali di kemudian hari atau,,, sebaliknya...
...☘️☘️...
ARYAN TARA MAHESVARA
BERLIAN WIJAYA VALFREDO
...*****...
Haloo......
Jangan lupa kasih like di cerita aku ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
ani nurhaeni
masiih misterii
2022-01-25
1
Ahmad
sabar ya Berlian
lanjut
2020-10-03
1