UM (4)

Seperti yang diajarkan Mr.Bean Berlian sudah menghitung domba, seperti yang diajarkan Spongebob Berlian sudah berjalan menyusuri kamar, seperti yang diajarkan Mamanya, membaca do'a. Tapi, Berlian belum juga merasa ngantuk. Ada yang mengganjal dihatinya.

Mencoba sekali lagi untuk menutup mata. Tiba-tiba Berlian merasakan pipinya tersentuh tangan lembut yang dingin.

Berlian membuka mata. Terbelalak dengan sosok didepannya. "Farrel. Kamu disini?" Farrel mendekat.

Aku gak mimpi kan. Sembari menoel pipi farrel. Bener ini gak mimpi.

"Aku selalu buat kamu sedih, maaf." Berlian mengelus wajah Farrel, kekasih yang sangat ia rindukan. "Aku gak pernah buat kamu bahagia" Berlian langsung menutup mulut Farrel.

"Farrel, aku selalu bahagia sama kamu. Kamu jangan pergi lagi. Aku gak perduli sama kamu yang gimana. Aku terima kamu apa adanya." Ucap Berlian.

Farrel tersenyum, memeluk Berlian erat. "Makasih" Berlian merasakan dinginnya tubuh Farrel. Tidak perduli ini nyata, mimpi atau halusinasi yang terpenting Farrel kembali. Farrel melepaskan pelukannya dan turun dari atas ranjang.

"Bee aku janji gak akan bikin kamu sedih lagi." Farrel berjalan menuju pintu balkon kamar dan membukanya diikuti Berlian di belakangnya.

Farrel melambaikan tangan kearahnya, dia tersenyum manis. Berlian juga membalas senyuman itu. Tiba-tiba saja Farrel melompat,

Tunggu, ini lantai dua.

"Farreeeeelllll........." Berlian berlari dan melihat kebawah, Farrel tergeletak dengan tubuh berlumuran banyak darah. Detik itu juga Berlian langsung menangis keras.

"Farreeeeeelllllllll!!!!!!!!?" Berlian membuka mata dengan nafasnya terengah-engah menatap langit-langit kamar. Meraup wajah untuk menyadarkan diri, di lihatnya pintu balkon yang terbuka lebar.

Berlian bangun dan berjalan menutup pintu balkon, ia menahan tangannya di handle pintu. Tubuhnya terperosok jatuh dan gemetar hebat, tetes demi tetes bulir air mata meluap keluar, karena ia sudah tidak sanggup lagi menahan.

Berlian hanya terisak, takut penghuni rumah mendengar dan melempar sejuta pertanyaan. Berlian tidak tahu harus menjawab apa. Apalagi dirumah ini sedang kedatangan tamu. Masih saja memikirkan nasib keluarganya. Berlian memukul dadanya berulang-ulang, sesak sekali.

Oksigen, aku butuh oksigen.

Berlian tidak sanggup berdiri mencari cara agar dia dapat bernapas normal. Untung jarak menuju ranjang tidaklah jauh, Berlian mengambil kantong kertas dengan napas tersenggal, satu-satunya alat yang mampu membantu Berlian bernapas, Basagita selalu menaruh itu disamping tidur Berlian. Ia menangis memeluk kantong kertas yang digenggamnya. Sakit.

Saat Berlian terbangun, ia masih memeluk kantong kertas dengan dirinya yang masih terbaring dilantai tanpa alas. Berlian mengusap air matanya yang sudah mengering.

Tidak ingin beranjak dari tempat ia terbangun. Sambil memeluk lutut ia termenung. Berlian sudah sering bermimpi seperti itu. Mimpi yang membuatnya takut untuk tidur.

Merasakan tenggorokannya mengering sepertinya ia butuh minum. Berlian memopoh tubuhnya yang lemas sempoyongan menuju dapur untuk mengambil segelas air dingin.

Setelah meneguk air putih dingin Berlian merasa lega, ia melihat pintu dapur yang belum tertutup. Mungkin mbok Jem lupa menutup pintu, jadi dia akan menutupnya namun saat hendak menutup pintu, ia melihat Abraham duduk termenung di bangku belakang.

"Om" Abraham tersentak. "Om belum tidur??"

"Eh Berlian. Belum nih, kamu sendiri??" Menepuk kursi disampingnya.

"Terbangun." Berlian berjalan mendekat dan duduk disamping pria itu. Abraham melihat dari wajah Berlian yang tampak kusut.

"Do you have nightmare?" Tanya Abraham.

Berlian menoleh, dia terdiam sebentar. "Sepertinya." Abraham menyodorkan sebungkus rokok. Berlian melihat kearah pria yang sedang menghisap rokok ditangannya. "Berlian sudah lama berhenti merokok om."

"Oh ya? Sejak kapan? Kenapa?"

"Lupa. Ngerasa gak baik aja buat kesehatan." Abraham mengangguk mengerti. "Om gak terkejut, seperti tau kalau Berlian ini merokok?" Abraham mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya dan memberikan kepada Berlian. "Ini foto Berlian?"

"Waktu kami meminta untuk menjodohkan anak kami dengan keluarga Wijaya. Timo memberikan beberapa foto anak gadis yang masih lajang." Berlian masih menatap fotonya. "Yana langsung mengambil foto itu dan berkata 'dia terlihat cocok menjadi mantuku' hahaha I thought that woman was crazy. Disitu Timo menjelaskan baik dan buruknya kamu, termasuk merokok itu."

Berlian tidak enak, karena diusia 15tahun sudah menjadi pecandu rokok. Karena Farrel, ia berhenti merokok. Berlian memang suka merokok karena menurutnya itu membuat dirinya tenang, ia sempat stress atas kepergian Andronico Valfredo Papanya. Dia melampiaskan kesedihannya dengan urak-urakan.

Abraham beranjak dari bangkunya, berjalan mengelus kepala Berlian lembut membuat Berlian mendongak menatap Abraham. "Udah malem Masuk gih. Cuaca juga semakin dingin." Abraham mengambil foto itu di tangan Berlian. "Jangan ambil lagi, udah jadi milik om." Berlian tersenyum membiarkan Abraham menyimpan fotonya.

*******

Pagi ini Berlian tampak sudah siap akan pergi, Chacha yang mengintip kakaknya tengah berdandan berjalan mendekat. "Cie yang mau jalan."

"Lo bisa diem gak, gue pusing denger suara lo." Chacha memeluk kakaknya dari belakang.

"Gue sayang lo." Berlian hanya terdiam dan memukul tangan Chacha.

"Lepas, pengap gue." Bentak Berlian. Lalu lebih dulu turun meninggalkan Chacha yang malah kembali bergulat dengan selimut.

Dia sudah sangat bersemangat pagi ini, namun sebuah ucpan penyambutan paginya membuat mood seketika memburuk. "Selamat pagi Berlian." Entah sampai kapan wanita ini akan menyambutnya setiap bertemu. Berlian hanya membalasnya dengan senyum tipis. "Kamu rapi banget sayang, mau kemana?"

"Mau ketaman kota. Soalnya ada pameran buku gitu, barangkali ada yang bisa Berlian beli." Berlian menjelaskan. Sepertinya benar kata Abraham, wanita ini benar-benar mengagumi dirinya, dilihat dari dia menatap dan gerakan fisik yang selalu memeluk tubuh Berlian.

Chacha yang baru turun cemberut melihat adegan itu. Padahal tadi dikamar Berlian marah-marah karena dirinya memeluk. Chacha berjalan mendekat.

"Tante, kakaknya Chacha keliatan gak bisa nafas tu, kenceng bener." Dari nada Chacha Berlian tahu itu terdengar sedang cemburu. Udayana yang sadar langsung melepas pelukannya.

"Yaudah Berlian mau berangkat dulu ya Tante." Dan berjalan kearah Mamanya di meja makan. "Mi Berlian berangkat." Basagita menengok kearah Berlian.

"Gak sarapan dulu sayang." Berlian menggeleng. "Berlian berangkat Mi." Basagita mengangguk.

"Tunggu Berlian." Berlian menghentikan langkahnya. Menatap pergerakan tubuh Udayana. "Biar diantar sama Aryan saja ya?" Aryan yang sedang membaca novel langsung menoleh karena merasa ada yang memanggilnya.

...☘️☘️...

ARYAN TARA MAHESVARA

BERLIAN WIJAYA VALFREDO

...*****...

Guys,, jangan lupa vote sama like ya, coment juga menurut kalian gimana cerita aku ini.

oh iya, ikutin aku juga biar dapet notif dari karya-karya aku. peluk online.

(づ ̄ ³ ̄)づ

Terpopuler

Comments

Dernita Manurung

Dernita Manurung

berliannya diganti dong

2021-12-26

2

Kesya Putry Leonpiet

Kesya Putry Leonpiet

g suka foto berlianx...

2021-12-01

1

Ahmad

Ahmad

like

2020-10-03

1

lihat semua
Episodes
1 UM (1)
2 UM (2)
3 UM (3)
4 UM (4)
5 UM (5)
6 UM (6)
7 UM (7)
8 UM (8)
9 UM (9)
10 UM (10)
11 UM (11)
12 UM (12)
13 UM (13)
14 UM (14)
15 UM (15)
16 UM (16)
17 UM (17)
18 UM (18)
19 UM (19)
20 UM (20)
21 UM (21)
22 UM (22)
23 UM (23)
24 UM (24)
25 UM (25)
26 UM (26)
27 UM (27)
28 UM (28)
29 UM (29)
30 UM (30)
31 UM (31)
32 UM (32)
33 UM (33)
34 UM (34)
35 UM (35)
36 UM (36)
37 UM (37)
38 UM (38)
39 UM (39)
40 UM (40)
41 UM (41)
42 UM (42)
43 UM (43)
44 UM (44)
45 UM (45)
46 UM (46)
47 UM (47)
48 UM (48)
49 UM (49)
50 UM (50)
51 UM (51)
52 UM (52)
53 UM (53)
54 UM (54)
55 UM (55)
56 UM (56)
57 UM (57)
58 UM (58)
59 UM (59)
60 UM (60)
61 UM (61)
62 UM (62)
63 UM (63)
64 UM (64)
65 UM (65)
66 UM (66)
67 UM (67)
68 UM (68)
69 UM (69)
70 UM (70)
71 UM (71)
72 UM (72)
73 UM (73)
74 UM (74)
75 UM (75)
76 UM (76)
77 UM (77)
78 UM (78)
79 UM (79)
80 UM (80)
81 UM (81)
82 UM (82)
83 UM (83)
84 UM (84)
85 UM (85)
86 UM (86)
87 UM (87)
88 UM (88)
89 UM (89)
90 UM (90)
91 UM (91)
92 UM (92)
93 UM (93)
94 UM (94)
95 UM (95)
96 UM (96)
97 UM (97)
98 UM (98)
99 UM (99)
100 UM (100)
101 UM (101)
102 UM (102)
103 UM (103)
104 UM (104)
105 UM (105)
106 PENGUMUMAN
107 SEQUEL
Episodes

Updated 107 Episodes

1
UM (1)
2
UM (2)
3
UM (3)
4
UM (4)
5
UM (5)
6
UM (6)
7
UM (7)
8
UM (8)
9
UM (9)
10
UM (10)
11
UM (11)
12
UM (12)
13
UM (13)
14
UM (14)
15
UM (15)
16
UM (16)
17
UM (17)
18
UM (18)
19
UM (19)
20
UM (20)
21
UM (21)
22
UM (22)
23
UM (23)
24
UM (24)
25
UM (25)
26
UM (26)
27
UM (27)
28
UM (28)
29
UM (29)
30
UM (30)
31
UM (31)
32
UM (32)
33
UM (33)
34
UM (34)
35
UM (35)
36
UM (36)
37
UM (37)
38
UM (38)
39
UM (39)
40
UM (40)
41
UM (41)
42
UM (42)
43
UM (43)
44
UM (44)
45
UM (45)
46
UM (46)
47
UM (47)
48
UM (48)
49
UM (49)
50
UM (50)
51
UM (51)
52
UM (52)
53
UM (53)
54
UM (54)
55
UM (55)
56
UM (56)
57
UM (57)
58
UM (58)
59
UM (59)
60
UM (60)
61
UM (61)
62
UM (62)
63
UM (63)
64
UM (64)
65
UM (65)
66
UM (66)
67
UM (67)
68
UM (68)
69
UM (69)
70
UM (70)
71
UM (71)
72
UM (72)
73
UM (73)
74
UM (74)
75
UM (75)
76
UM (76)
77
UM (77)
78
UM (78)
79
UM (79)
80
UM (80)
81
UM (81)
82
UM (82)
83
UM (83)
84
UM (84)
85
UM (85)
86
UM (86)
87
UM (87)
88
UM (88)
89
UM (89)
90
UM (90)
91
UM (91)
92
UM (92)
93
UM (93)
94
UM (94)
95
UM (95)
96
UM (96)
97
UM (97)
98
UM (98)
99
UM (99)
100
UM (100)
101
UM (101)
102
UM (102)
103
UM (103)
104
UM (104)
105
UM (105)
106
PENGUMUMAN
107
SEQUEL

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!