Model Celana Dalam

Setibanya di rumah,

Risti dan Vino tiba di rumah saat pukul 01.30 WIB. Risti membawakan salah satu tas yang berisi pakaian dalam agar mereka tidak keberatan dalam membawa masuk, tapi sepertinya itu tidak mengurangi beban berat yang mereka bawa karena beban berat itu berasal dari Minyak goreng, susu cair, detergen cair, dan satu krak minuman kaleng yang dibeli Vino tadi.

Melihat bodyguard yang jalannya lambat sekali lama-kelamaan jadi kesal juga.

“Heh kalian! lelet banget sih kaya orang belum makan aja!” bentak Vino, untungnya para bodyguard sudah biasa mendengar Vino yang emosional jadi tidak terlalu kaget. Ternyata yang kaget adalah Risti.

“Kamu apa-apaan sih, bikin orang spot jantung aja, kamu mau ku pukul dengan palunya Thor hah?!” bentak Risti. Thor adalah superhero yang menggunakan palu sebagai senjata andalan.

Alhamdulilah, selamat . (Batin kedua bodyguardnya dengan lega)

“I...iya maaf.” Vino berlagak takut di depan Risti.

Ini masih awal. Jangan sampai dia mengetahui sifat asliku. (Batin Vino)

“Sudahlah aku mau ke kamar, coba pakaian dalam baru.” Risti mengambil 4 tas yang digunakan untuk membungkus celana dalamnya dan segera melangkah ke arah tangga.

“Eh, katanya tadi apa?” tanya Vino pada bodyguard yang masih di sampingnya.

“Kata nyonya dia mau coba celana dalam,” jawab bodyguard pertama. Dengan secepat kilat Vino masuk ke dalam lift dan menyusul Risti masuk ke dalam kamar, untungnya pintu tidak dikunci sehingga Vino bisa langsung nyelonong begitu saja.

Di dalam kamar Risti sedang berada di kamar mandi, dalam rangka melihat lekukan tubuh Risti, Vino tidak mengeluarkan suara sedikitpun agar tidak ketahuan oleh Risti, kalau ketahuan bisa-bisa Risti ngga jadi nyoba.

Selang beberapa menit, Risti keluar dari kamar mandi hanya mengenakan daleman saja. Seketika hidung Vino mimisan melihat lekukan tubuh Risti, walau sudah menjelajahi tapi rasanya hari ini semakin besar saja.

“Memang benar-benar nyaman, tidak seperti dalemanku yang biasanya,” gumam Risti sambil membernarkan pemakaiannya tanpa melihat ke depan dan masih tidak sadar ada Vino di sana.

“Bagus banget sayang, coba ganti warna yang lain lagi,” pinta Vino.

Risti kaget ada Vino di dalam kamar, dia kira Vino masih di bawah, tidak menyangka akan secepat ini Vino menyusul ke atas, tangan Risti reflek menyilangkan kedua tangannya di depan dada, tapi apa daya tangan Risti terlalu kecil dan tidak bisa menutupi seluruh tubuhnya.

“Lihat ke arah mana kamu!” teriak Risti.

“Aku? emm...liat ke arah lukisan di belakang kamu tuh, indah gunungnya juga tinggi,” kata Vino beralasan. Risti menoleh ke belakang dan ternyata memang ada lukisan pemandangan di sana.

“Nah itu kenapa mimisan, dasar mesum.” Risti melempar bajunya ke arah muka Vino. Vino menangkapnya dan meletakkan di ranjang, dia bangkit kemudian berjalan ke arah cermin dan membuka laci untuk mengambil tisu.

“Ini bukan darah, ini cuma anu...emm...apa ya namanya lupa...oh iya pewarna makanan, pewarna makanan,” kata Vino beralasan lagi, Vino sebenarnya tidak pandai berbohong tapi kali ini Vino berharap agar Risti tidak mengetahuinya.

“Ohh, pewarna makanan toh, ku kira darah.” Rasti berjalan ke arah kaca untuk melihat penampilannya. Risti berpose di depan kaca bak model celana dalam. Ternyata memang bagus, sangat pas di tubuh Risti.

“Ganti, ganti, ganti warna lain,” pinta Vino sambil menutupi hidungnya menggunakan tisu. Risti manggut-manggut kemudian masuk ke kamar sambil menyahut satu set pakaian dalam berwarna warni. Motifnya sebenarnya sama tapi hanya warna saja yang membedakan.

Risti saat ini mengenakan celana dalam berwarna kuning, dia keluar dari dalam kamar mandi sambil berjalan gaya itik, sungguh menggelikan.

“Ganti, ganti, terlalu ngejreng,” kata Vino berkomentar dia tidak terlalu sreg dengan warna yang terlalu ngejreng. Risti berkali-kali berganti pakaian dalam dan yang terakhir Risti mengenakan celana dalam berwarna hitam.

“Nah, ini nih yang aku cari, tubuh kamu jadi keliatan lebih putih,” kata Vino sambil mengacungkan kedua jempolnya, hidung Vino disumbat dengan menggunakan tisu hingga terlihat seperti pocong yang siap dikafani.

“Hahaha, kamu itu aneh-aneh saja, kaya pocong tau nggak sih,” Risti tertawa terbahak-bahak melihat penampilan suaminya tersebut, niatnya mau marah karena Vino tidak mau menyebutkan langsung warna yang dia senangi tapi malah menyuruh Risti mencoba satu persatu.

“Senang? senang kalau suaminya jadi pocong? mau jadi janda muda ha?” tanya Vino dengan kesal. Risti mengehentikan tawanya dan mendekat ke arah Vino.

“Ya enggak lah, selagi aku belum mati, kamu nggak boleh mati duluan,” kata Risti.

“Ya nggak bisa gitu sayang, kelahiran, jodoh dan kematian itu tidak ada yang bisa menebak,” kata Vino berceramah.

“Iya pak ustadz Vino,” kata Risti sembari mengalungkan tangannya ke leher Vino, tubuh Vino terlalu jangkung jadi Risti harus berjinjit. Vino semakin tidak tahan dan membaringkan Risti di kasur.

***

Oke biarkan pengantin baru menikmati sedikit privasi mereka 😂

Sementara itu di rumah Pak Rian,

Pak Rian sedang pergi ke luar kota seperti biasanya, semua orang kecuali Rama sedang berpesta untuk merayakan kepergian Risti dari rumah. Mereka berpesta dengan cara makan-makan ber 4, Jesi, Leon, Bu Dewi dan juga Windi, Windi kembali ke rumah tadi malam sebenarnya Windi tidak kabur melainkan menginap di hotel yang sudah Bu Dewi pesankan untuknya. Memang benar semua ini telah direncanakan oleh mereka.

“Kak Rama mana Jes?” tanya Leon, Leon adalah anak nomor 3 setelah Windi dan Rama.

“Ada tuh, lagi di kamar mungkin sedang tidur atau main PS,” jawab Jesi, Jesi adalah anak bungsu Bu Dewi.

“Nggak mungkin banget, kalau kak Rama main PS kan selalu ngajak aku, lagian main PS sendiri apa serunya?” tanya Leon.

“Mana aku tau, mending kamu langsung saja tanyakan ke orangnya sana,” kata Jesi mendorong-dorong tubuh Leon untuk menjauh, Leon hanya pindah di sofa sebelah Jesi dia enggan menengok Rama di kamarnya.

“Ma, kita besok syukuran kaya gini lagi nggak?” tanya Windi sangat antusias.

“Iya dong, mumpung papa kalian masih di luar kota,” kata Bu Dewi sambil tersenyum jahat.

“Kalian sekarang bisa bayangkan berapa terpuruk si anak j*l*ng, dia pasti sekarang sedang melayani suaminya yang sudah om-om dan penyakitan itu,” kata Windi menebak-nebak.

“Atau nggak ya lagi menyuapi makan untuk minum obat, yahahaha,” timpal Leon.

“Aku nggak bisa bayangin kalau kamu yang tadinya akan menikah dengan om-om itu, hahaha,” kata Jesi.

“Udah yang lalu biarlah berlalu, yang penting sekarang tidak akan ada lagi sampah di rumah, anak j*l*ng itu tidak pantas tinggal di sini,” kata Bu Dewi nyengir.

.

.

.

.

.

.

Terima kasih sudah membaca 🌺

Dukung karya Author dengan cara tap tombol favorite 😗

Tbc.

Terpopuler

Comments

Yeni Asnir

Yeni Asnir

huuuu nggak tau ajj kl.risti sdg hepi.. kena tipu yee

2021-03-08

1

Shakila Rassya Azahra

Shakila Rassya Azahra

pada jahat banget mereka...

2020-12-30

1

Novita Dian

Novita Dian

kok r
kyk udh pcrn cara bicarany vino pdhl kan bru kenal aplgi dadakan nikahny, biasanya msh canggung, kek sikapny risti kek udh knl lama... tp terserah author yg pny crita..

2020-11-25

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!