Malam harinya,
Hujan tiba-tiba turun saat pukul 9 malam, hawa dingin menyerebak ke ruangan bercampur dengan AC. Risti meminta Vino untuk mengecilkan suhu AC. Vino kemudian naik ke ranjang dan duduk di sebelah Risti.
“Ris,”
“Dingin, peluk dong,” rengek Vino seperti anak kecil yang minta dipeluk.
“Yaudah sini,” Risti merentangkan tangannya untuk menyambut pelukan dari Vino, Vino bergelayutan di tubuh Risti.
“Uhh, kamu itu berat tau,” ucap Risti sembari menahan beban berat tubuh Vino.
“Yaudah sini tidur aja, biar leluasa meluk kamunya,” kata Vino, dia mempunyai maksud terselubung.
“Hmm? oke.” Risti mengangkat sebelah alisnya, tanpa curiga langsung berbaring di sebelah Vino yang kini sudah berbaring miring ke arah Risti.
Vino mendekat, menarik tubuh Risti agar menghadap kearahnya semula Risti menengadah dan sekarang miring ke arah Vino, Vino bergeser ke bawah dan menempelkan kepalanya ke dada Risti dan menggesekkan kepalanya.
“Kamu, apaan sih geli tau.” Risti menjambak rambut Vino.
“Aduh, siapa suruh di sini hangat,” jawab Vino, dia masih tidak mau bergeser ke atas dan malah terus menenggelamkan kepalanya ke puncak gunung yang sudah Ia jelajahi semalam.
“Hmmm." Risti berdehem tidak mau protes lagi, takutnya Vino malah melakukan lebih.
Lama-kelamaan Risti dan Vino pun tidur dengan posisi kepala Vino masih di dada Risti dan Risti memeluk kepala Vino sambil mengalungkan kakinya ke tubuh Vino.
***
Keesokan harinya,
Vino bangun, tangannya serasa menyentuh sesuatu yang empuk.
Ini apa? (Batin Vino masih setengah sadar)
Vino meremasnya, dia tidak tau jika itu adalah gunungnya Risti,
“Emmhh.” Risti bergerak-gerak membuat Vino tersadar jika itu adalah milik Risti, dia langsung menarik kembali tangannya dan berniat bangun tapi niat itu terhalang karena kaki Risti yang mengunci tubuh Vino hingga Vino tidak bisa bangun.
“Bangunn sayang, udah pagi.” Vino mencubit pipi Risti.
“Bentar, 5 menit lagi ya kak Rama, Risti masih ngantuk,” kata Risti masih belum bangun dan masih memejamkan mata tanpa melihat siapa yang bangun.
Vino jadi punya akal untuk menjahili Risti, Vino membisikkan sesuatu ke telinga Risti.
“Ris, ada maling, ada maling.” bisik Vino ke telinga Risti.
“Mana-mana, mana malingnya?” tanya Risti, tiba-tiba dia langsung terbangun dan kepala mereka berdua terbentur.
“Aduh, sakit.” Risti memegangi dahinya, untungnya tidak sampai benjol.
Vino juga memegangi dahinya yang kemerahan.
“Ehhh, jadi yang ngebangunin aku tadi itu kamu? bukannya kak Rama ya?” tanya Risti bingung.
“Iya, kan sekarang kamu dirumah suami kamu Ris, masaiya Rama mau nerobos masuk ke kamar pengantin baru?” tanya Vino sembari tersenyum.
“Iya juga ya, selamat pagi Vino.” Risti mengecup dahi Vino yang memerah karena benturan kepalanya. Vino jadi terdiam sebentar dengan pipi yang ikut memerah.
“Selamat pagi juga sayang.” Vino memeluk Risti mencari kehangatan. Risti mendorong tubuh Vino dan secepat kilat menyahut handuk di gantungan dan langsung masuk ke kamar mandi. Ini adalah bentuk antisipasi agar mereka tidak mandi bersama.
Selamat. (Batin Risti mengelus dada)
“Cih, tau aja kalau aku mau mandi bareng.” Vino berdecak kesal, ternyata Risti lebih pintar dari yang Ia kira.
Sebenarnya Vino sudah merencanakan hal ini sejak lama, dia ingin menikahi Risti bukannya Windi, saat itu dia menawarkan bantuan kepada pak Rian saat perusahaan keluarga Hendrawan sudah sangat parah dan terancam bangkrut, dia sempat melihat Risti saat di perusahaan Pak Rian, dia langsung tertarik kepadanya. Saat menawari bantuan dia memberi syarat kalau pak Rian harus menyerahkan salah satu putrinya untuk menikah dengannya.
Vino menyuruh Pak Rian untuk mengatakan bahwa dia adalah pria tua yang penyakitan. Dengan siasat seperti itu maka saudari-saudarinya tidak akan mau menikah dengannya.
Vino juga sudah tau jika selama Rasti di rumah dia selalu diperlakukan seperti pembantu oleh saudara dan juga ibu tirinya, mereka berani berbuat seperti itu karena Pak Rian jarang di rumah dan selalu dinas keluar kota. Tapi Risti selalu diancam agar tidak memberitahukan semuanya pada ayahnya itu karena Risti merupakan satu-satunya anak kesayangan Pak Rian. Semua latar belakang Risti, sifat, hobi, keseharian dan bahkan hari ulang tahun Risti sudah Vino ketahui, dia mengetahuinya hanya dalam satu malam.
Kedepannya kita lihat saja, siapa yang berani menindas istriku dia akan berhadapan denganku tidak peduli laki-laki atau perempuan. (Batin Vino)
15 menit kemudian,
Risti keluar dari kamar mandi, dengan memakai 2 handuk, 1 handuk untuk menutupi tubuh dan satunya lagi dipakai di kepala.
“Segarnya,” gumam Risti.
“Udah? lama banget, kamu tadi nggak pingsan di kamar mandi kan?” tanya Vino.
“Enak saja, sana cepetan giliran kamu yang mandi,” kata Rasti.
Vino masuk ke kamar mandi, Risti duduk di kursi menghadap ke arah kaca besar, Risti membuka-buka laci meja, dia mencari hair dryer tapi tidak kunjung ketemu.
“Vin, punya hair dryer nggak?!” teriak Risti.
“Punya, di dalam almari belum pernah ku pakai, ambil aja!” teriak Vino dari dalam kamar mandi.
Risti membuka almari dan menemukan sebuah kardus hari dryer, ternyata benar memang belum pernah di pakai, kardusnya saja belum pernah di buka, Risti segera menancapkan kabel ke colokan listrik, untungnya masih berfungsi.
***
Mereka sekarang sudah siap untuk pergi belanja ke mall, Vino memakai kaos dan juga celana jeans sedangkan Risti memakai rok plisket berwarna coklat susu dan baju berwarna putih.
“Kamu pakai itu?” tanya Vino.
“Iya, ini salah satu pakaianku yang bagus, lainnya hanya baju sehari-hari,” kata Rasti merenges. Vino membuka lemari pakaian Rasti dan ternyata memang benar, baju Risti hanya sedikit tapi kebanyakan semua baju-baju yang mirip dikenakan oleh pembantu bahkan ada yang sudah tidak layak pakai.
“Memangnya kamu tidak pernah beli baju?” tanya Vino.
“Dulu aku selalu dibelikan oleh ayah, tapi pasti disebut sama Winda dan Jesi saat ayah pergi,” kata Risti tertunduk lesu.
“Hmm, yasudah nanti kita beli baju sekalian, ini juga pakaian dalam kamu cuma 3, bisa bosan aku nanti liatnya warnanya pun monoton gitu,” kata Vino sambil memegangi ****** ***** Risti.
“Jangan dipegang, cepet taruh lagi, ayo kita berangkat sekarang aja.” Risti menyaut pakaian dalamnya dan segera keluar, pipinya merona kemerahan.
Saat di lantai satu,
“Eits, kalau berangkat kamu harus pakai masker,” pinta Risti.
“Kenapa?” tanya Vino bingung.
“Nanti kalau diliat banyak cewek gimana? wajah tampan kamu ini tidak boleh terlihat, apalagi Windi dan Jesi sangat suka pergi ke mall, kalau bertemu mereka bagaimana?” Risti ngotot agar Vino mengenakan masker.
“Iya deh iya,” Vino mengambil masker di dalam almari dan memakainya.
“Sudah, ayo kita berangkat,” kata Vino.
“Oke, sip, kalau gini kan jadi agak tenang.” Risti lega Vino mau menurutinya.
.
.
.
.
.
.
Terima kasih sudah membaca 🌺
Tolong dukungannya untuk karya baru Author ini 😗
Follow IG Author @feraaisha32_
Sampai jumpa di episode berikutnya
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Gontenk
aku mampir kk
2021-09-06
1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳Simple Hayati
boom like 5 episod dulu ya
ditunggu feedbacknya
2021-01-21
1
Najwatirta
cepet banget mereka akrabnya.. hihihi
2021-01-05
1