Bab 2

Gadis yang dulu bersikap manis dan penampilan sederhana kini berubah. Biasa tampil dengan wajah polos kini penuh dengan make up lengkap dengan lipstik merah tanpa kawat gigi.. Berdandan modis dan sepatu high heel, penuh pesona siap memikat hati para kaun pria. Meluluhkan hati tanpa status hubungan. Semata-mata untuk melampiaskan kekesalan terhadap papanya, yang memaksanya mencari jodoh padahal dirinya belum mau menjalin kasih dengan pria.

Banyak pria yang telah jatuh hati pada Indira. Memintanya untuk menjadi sepasangan kekasih bahkan mau menjadikan Indira istri tapi dia akan selalu menolak dengan berbagai macam alasan. Membuat Indira mendapat julukan ‘PHP Girl’. Sang Pemikat Hati Pria sekaligus Pemberi Harapan Palsu.

💐💐💐

“Happy Birthday Honey..” kata seseorang dari belakang Indira sambil menyodorkan sebucket bunga mawar merah.

Indira menerima dengan malas.

“Kenapa gak bunga Bank sih?” ucap Indira ketus dan melempar bunga ke meja.

“Sejak kapan pujaan hati mas Ray jadi matre?”

“Sejak biaya sewa apartemen naik.”

“Honey tenang saja, mas Ray sedang menabung untuk menyiapkan istana kita nanti.”

“Gombal terus!” sahut Dewi.

Dewi adalah senior di tempat Indira bekerja. Sekaligus teman curhatnya. Indira selalu menceritakan segala tentangnya pada Dewi. Mereka sangat dekat. Terlebih Indira anak tunggal, kehadiran Dewi membuatnya senang seakan memiliki seorang kakak. Selama ini dia hanya sendiri tanpa saudara yang bisa menjadi teman curhat.

“Namanya juga usaha mbak Dewi,” ucap Ray memelas dan memasukkan ke dua tangannya ke saku celana.

“Kalau Indira ngadain Boyfriends Award pasti kamu bakal jadi pemenang paling setia, bertahun-tahun usaha tanpa hasil dan kalau ada juara Favorit aku pasti pilih kamu Ray karena terus berjuang walau tanpa kepastian.”

Wajah Ray yang tadinya ceria berubah jadi cemberut seperti awan mendung. Sementara Indira menahan tawa dan mengalihkan pandangnnya.

“Makanya bantuin dong mbak bujuk Indira biar mau sama aku.”

“Boleh asal bayarannya cocok,” Dewi manadahkan tangan kanannya pada Ray.

“Memang anak kecil di bujuk segala, mbak Dewi lagi sudah jadi wanita bayaran,” kata Indira ketus.

“Bayaran atas misi jodohin anak gadis orang, mana tahu berhasil! kan bisa buka usaha sampingan biro jodoh,” bela Dewi.

Indira menghela nafas dan rebahkan badannya ke kursi.

Melihat Indira tidak bersemangat Dewi mengedipkan mata pada Ray sambil menyerongkan kepalanya mengisyaratkan untuk Ray pergi menjauh. Dengan malas Ray berjalan menjauh.

“Maaf ya!” kata Dewi sambil mengelus pelan pundak Indira.

“Untuk apa?” jawab Indira pelan.

“Maaf sudah ungkit soal jodoh,” sahut Dewi dengan senyum lebar melihatkan giginya.

Indira tidak menyahut hanya menggeleng pelan.

“Senyum dong jangan bete begitu jadi menbuatku merasa bersalah saja.” Dewi menyentuh pipi Indira dengan ujung jarinya. Berulang kali. Sampai Indira tersenyum dan mereka berdua tertawa bersama.

“Dari bunda kamu?” tanya Dewi. Tangannya menujuk pada bingkisan yang sudah tak rapi lagi di sudut meja.

“Iya,” jawab Indira singkat. Matanya memandang senduh syal yang mengintip keluar dari bingkisan.

“Aku punya besok ya, maklum emak-emak rempong sibuk urus anak jadi gak sempat untuk beli.”

“Santai saja mbak! tapi boleh Request gak,” Indira menggangam kedua tangannya. Memohon. Menatap dengan mata memelas untuk menarik simpati.

“Lihat dari gelagatnya sudah tercium bau tidak enak nih.”

“Ngidam kepengen tas brand Chanel mbak,” kata Indira merangkul tangan Dewi dan menyandarkan kepalanya di pundak Dewi. Matanya di kedip-kedipkan berulang-ulang.

“Buset! Belum hamil saja ngidamnya tas harga jutaan, bagaimana ntar hamil beneran. Mending aku beli susu anak deh Dir..!” sahut Dewi dan menghempaskan tangan Indira dari pundaknya.

“Namanya juga Request mbak. Dibelikan ya syukur gak dibelikan juga gak apa-apa.”

Indira memonyongkan mulutnya. Diraihnya pulpen dan mencoret kertas yang ada di atas meja dengan tulisan yang tak jelas. Dewi tersenyum geli melihat tingkah Indira.

💐💐💐

Malam hari di sebuah cafe ternama Indira merayakan ulang tahunnya bersama rekan kerjanya. Sebuah pesta kecil. Di meja sudah penuh hidangan dengan berbagai makanan dan minuman dan yang tidak terlewatkan sebuah cake cantik berbentuk miniatur tas dengan logo Chanel yang lucu. Senyum sumringah terus menghiasi wajah Indira. Kebagaian terpancar di wajahnya.

“Mohon perhatiannya teman-teman, bagaimana kalau kita mulai acara,” Ray menggunakan ponselnya seakan-akan microphone.

“Perasaan aku gak ada bayar MC deh,” Indira menyilangkan kedua tangannya di dada.

Hhhuhuuu..

Teman Indira yang lain menyoraki Ray.

“Tenang Honey tanpa diminta ataupun dibayar mas Ray siaga untukmu.”

Huhuuuuhu..

Yang lain kembali menyoraki Ray.

“Usaha terus!”

“Jangan kasih kendor.”

“Maju terus pantang mundur.”

Indira mendorong tubuh Ray untuk duduk. Memakaikan topi ulang tahun miliknya ke kepala Ray dan memberikan terompek kecil ke mulut Ray, untuk membungkamnya.

“Duduk tenang di sini, biarkan Princess imut ini yang beraksi,” bisik Indira dan memberikan senyuman manis.

Ray tidak dapat berkutik. Ia hanya mengangguk memandang Indira. Lagi-lagi dia terpesona dengan kecantikan Indira. Dia menelan ludah memandang bibir sexy berisi Indira.

“Ayoo guys kita mulai.. putar musiknya.” Indira bersemangat.

Musik selamat ulang tahun di putar. Mereka semua bertepuk tangan sambil bernyanyi. Diakhiri Indira meniup lilin yang sebelumnya dia menutup mata memohon harap dalam hati.

“Kadonya sudah ya.. itu di sana,” bisik Dewi tangannya menunjuk pada cake.

“Aku mau yang asli,” ucap Indira manyun mengkerutkan bibirnya.

“Kalau begitu aku tabung dulu,” ucap Dewi nyengir.

Pasrah. Indira hanya bisa mengunyah cake yang di sulangkan untuknya.

Walau hanya sebuah pesta kecil. Cukup meriah. Penuh hangat. Tawa canda terpancar di setiap wajah. Melupakan rutinitas kerja seharian.

Satu persatu berlalu pamit pulang tidak lupa mereka memberikan hadiah ulang tahun pada Indira, sampai-sampai Indira harus meminta kantong plastik besar pada pihak restauran untuk membawanya. Banyaknya hadiah membuat Indira kewalahan membawanya.

“Sekali lagi selamat tambah tua ya Dir,” Dewi mencium pipi kanan dan kiri Indira.

“Terima kasih My Sis..”

“Aku pamit pulang ya, suami tercinta sudah jemput.”

“Iya mbak.”

“Kamu pulang naik apa?”

“Naik taksi.”

“Sayang banget rumah kita nggak searah.”

“Tenang mbak! Indira pulang sama Ray,” sahut Ray.

“Ogah!”

“Sudah Dir sama Ray saja. Bawa banyak barang begitu. Lagian sudah malam.”

“Iya Honey.”

Indira terdiam sejenak melirik Ray dengan cemberut. Repot juga harus bawa barang sebanyak ini. “Ya sudah deh!,” ucapnya terpaksa.

Ray membantu Indira mengangkat kantong plastik. Indira berjalan pelan di belakangnya. Kakinya berat untuk melangkah. Apa boleh buat benar kata mbak Dewi sudah larut malam dan dia membawa begitu banyak barang terpaksa pulang bareng Ray.

Setelah Ray meletakkan hadiah milik Indira di jok belakang mobil dengan cepat dia berlari membukakan pintu untuk Indira. Karena terlalu bersemangat kaki Ray tersandung dan jatuh merangkul tubuh Indira. Tangannya menahan di kaca mobil. Wajah Indira dan Ray saling berdekatan. Dan semakin dekat. Ray menutup matanya hendak mencium bibir Indira. Geram dengan kelakukan Ray tanpa aba-aba Indira membenturkan kepalanya dengan Kepala Ray dan segera mendorong Ray.

Sialnya Indira kehilangan keseimbangan. Terjatuh. High heels yang dia kenakan patah membuatnya kakinya terkilir.

💐💐💐

Terpopuler

Comments

Anita

Anita

lanjut,

2020-11-29

1

@salma#

@salma#

lanjut ...

2020-11-28

0

Caramelatte

Caramelatte

jangan kasi kendor thorr
semangat terosss

2020-11-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!