BAB 2 : Pertanda

Seorang gadis kecil berlarian di sebuah halaman rumah. Ia bermain sendirian, dengan bahagia. Tak jauh darinya, seorang wanita duduk mengamati gadis kecil itu. Ia melambaikan tangan pada gadis kecil yang sedang berlarian.

"Hati-hati, Nduk ...."

Baru saja wanita itu terdiam, Mesha kecil jatuh tersungkur, tapi terlihat, anak itu terdiam menatap lurus dengan matanya membelalak.

Di dalam penglihatannya, Mesha melihat seorang laki-laki berwajah pucat dan memakai pakaian serba hitam berdiri di depannya.

"Haloooo, gadisku. Maukah kamu bermain denganku?"

Mesha hanya terdiam, mata Mesha terbelalak melihat laki-laki yang berdiri di depannya.

"Om siapa?"

"Aku? Calon suamimu," kata laki-laki itu dengan tawa seramnya.

Mesha menangis ketakutan, sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan mungilnya.

"Ibu ... ibu ...!" panggilnya di sela-sela tangisan.

Mayang segera berlari mendekati anaknya ketika ia melihat gadis kecil itu menangis histeris. Mayang kebingungan, kenapa putrinya bisa menangis histeris seperti itu. Dipeluklah gadis kecil itu.

"Sayaaang ... Genduk nangis kenapa? Apa ada yang sakit?"

Gadis itu menggeleng dalam pelukannya.

"Bu ... Ibu ... calon suami itu apa?" tanya Mesha kecil, ketika tangisnya mereda.

Mayang tersentak kaget.

"Kamu tau kata-kata itu darimana?"

"Dari om-om yang tadi berdiri di sini, Bu. Echa takut, omnya sereeemmm ...."

Mayang memeluk kembali putrinya, dengan perasaan yang tak menentu.

Malam harinya, setelah menidurkan Mesha, Mayang berjalan mondar-mandir dengan gelisah di ruang tengah. Bagas, suaminya memperhatikan Mayang dari kejauhan. Bagas tidak bisa menahan diri ketika Mayang mulai menghela nafas dan duduk membantingkan tubuhnya di sofa.

"Ibu kenapa sih?" tanya Bagas dengan wajah menyelidik.

Mayang terperanjat, ia memegang dadanya.

"Bapak ih ... bikin kaget ibu saja ...."

"Dari tadi, bapak perhatikan, Ibu tuh mondar-mandir kayak setrikaan, kenapa?"

Mayang menghela napas, kemudian ia merendahkan suaranya.

"Mesha, Pak ...."

"Kenapa dengan Mesha, Bu?"

"Sudah beberapa kali, ibu perhatikan. Ada yang aneh dengan anak ini ...."

"Aneh? Maksudnya?"

"Entahlah, ibu juga ndak tahu, Pak ... anak itu seperti melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat orang lain."

"Apa besok bapak tanya sama saudara bapak yang bisa liat 'begituan' , Bu?"

"Boleh, Pak."

"Yaudah ... ibu sekarang istirahat aja."

Mayang mengangguk, sementara Bagas masuk ke dalam kamar.

Tiba-tiba bulu kuduk Mayang meremang. Ia mengelus-ngelus tengkuknya, matanya berkeliling mencari sesuatu. Ia terbelalak, ketika melihat sebuah bayangan hitam tak jauh darinya. Ia memejamkan mata, dan ketika matanya terbuka, bayangan itu sudah lenyap.

Mayang buru-buru berjalan masuk ke kamar, dan cepat-cepat menutup pintu. Bagas yang melihat kelakuan istrinya, terpana.

"Kenapa lagi Bu?"

"Ndak ... ndak apa-apa, Pak. Yuk tidur!"

Mayang langsung menyelusup ke dalam selimut, begitu sampai di ranjang.

Sementara itu, sosok bayangan hitam tadi, berjalan menuju kamar Mesha yang terlelap memeluk boneka beruang coklat kesayangannya. Bayangan itu menjelma menjadi sesosok laki-laki. Ia duduk di tepi ranjang Mesha, ia memerhatikan wajah Mesha, menyeringai, kemudian mengelus pipi kemerahan itu.

Laki-laki itu, tersenyum lagi, kemudian berubah menjadi gumpalan asap, dan menghilang.

*******

Keesokan harinya, Bagas sedang berbicara di telpon dengan seseorang.

"Iya, Kang ... minta tolong dengan sangat Kang. Pokoknya, panjenengan kudu liat anakku ya...ya Mesha to, siapa lagi? yaaa ... ya ... aku tutup dulu telponnya Kang."

Mayang memperhatikan suaminya itu, sambil menyuapi Mesha yang duduk sambil bermain bonekanya.

"Gimana, Pak?"

"Nanti sore, katanya Kang Suryo mau mampir kesini, Bu. Mau lihat, ada apa sama Mesha."

Mayang hanya manggut-manggut.

"Emang ada apa sama Echa, Bu?" tanya Mesha kecil dengan polos.

"Ndak ada apa-apa kok sayang ... inget sama pakde Suryo kan? Yang dulu pernah belikan Echa mainan gangsing kayu itu ...."

Mesha mengangguk.

"Nah, pakde itu pengen ketemu Echa lagi."

"Ooohhh ...." jawab mesha membulatkan bibir mungilnya.

"Ah ... panas ...." Tiba-tiba Mesha memegangi bahu kirinya.

Mayang bergegas mendekati Mesha. Ia membuka baju bagian pundak Mesha, melihat tanda berwarna merah kecoklatan sebesar koin, dan mulai mengusapnya. Meskipun ratusan kali Mayang melihat tanda lahir Mesha, Ia masih saja heran, kenapa tanda lahir putrinya itu seperti terlihat tidak biasa.

"Masih panas ndak, Nduk?"

Mesha menggeleng, dan melanjutkan bermain bonekanya.

Mayang memeluknya, dan mengelus kepala Mesha. Di dalam hatinya ia berkata,

"Sebenarnya ada apa to, Nduk?"

Hari sudah semakin sore, terlihat ada sebuah dokar memasuki pekarangan rumah. Dari dokar tadi, turun lah seorang laki-laki memakai blangkon dan berbaju lurik. Mayang yang sedang menyapu teras segera memanggil Bagas, suaminya.

"Monggo ... pinarak dulu Kang." kata Bagas, sambil mengacungkan jempolnya ke arah sebuah kursi teras yang terbuat dari kayu jati.

Laki-laki tadi masih memandang berkeliling, matanya seperti mencari dan meneliti, kemudian ia duduk di kursi.

Tak berapa lama, Mayang keluar dengan membawa senampan minuman dan makanan ringan.

"Gimana kabarnya, Kang Suryo? Sehat?" kata Bagas memecah keheningan di antara mereka berdua.

Suryo menyunggingkan senyumnya.

Mesha berlari keluar menuju halaman, Mayang mengikuti dengan tergopoh-gopoh di belakangnya.

"Hati-hati to, Nduk ...."

Seketika, Suryo melihat ke arah Mesha. Ia melihat seperti gumpalan asap hitam, gumpalan asap itu terlihat di belakang Mesha. Suryo langsung berdiri karena keterkejutannya.

Bagas melihat reaksi Suryo ketika mengamati Mesha, ia makin khawatir.

"Echa! Sini, Nduk. Salim dulu sama pakde!" kata Bagas.

Mesha berjalan mendekat dengan pelan dan malu-malu, kemudian ia mengulurkan tangan mungilnya ke arah Suryo.

Setelah menyentuh tangan Mesha, Suryo melihat sebuah "penglihatan". Dalam penglihatannya, seorang laki-laki berpakaian serba hitam, sedang duduk menatapnya tajam. Suryo buru-buru menarik tangannya.

Bagas memberi kode kepada Mayang.

"Nduk, ayo! Sudah sore, mandi dulu ya Cah ayu ...." kata Mayang sambil menggandeng tangan Mesha, untuk masuk ke dalam rumah.

"Gas, anakmu itu, ada yang ndak beres ...." Suryo seperti ragu-ragu mengucapkan kata-kata itu.

"Maksudnya, Kang? Yang ndak beres itu apanya?"

Suryo memberi kode kepada Bagas untuk mendekat. Setelah Bagas mendekat, Suryo berkata di telinga Bagas,

"Anakmu ini, disukai bangsa lelembut ...."

Bagas tersentak, dan spontan menjauh.

"Yang bener aja, Kang!"

"Aku ndak bisa bicara panjang lebar, mungkin makhluk ini sedang mengawasiku sekarang," kata Suryo setengah berbisik.

"Tapi apa ndak ada akibat buruknya buat putriku itu, Kang?

"Ya ada, itu pasti. Untuk sementara ini, sepertinya aman. Tapiiii ... mungkin makhluk itu kadang-kadang akan muncul menyapa Mesha."

Bagas masih belum percaya dengan apa yang didengarnya.

"Ini kutukan, Bagas. Percaya ndak percaya ...."

Suryo pergi meninggalkan rumah Bagas. Seorang tukang ojek langganan Bagas, mengantarkan Suryo pulang. Dalam perjalanan, ia melihat seorang laki-laki berdiri di bawah sebuah pohon, dengan tatapan tajam ke arahnya. Siapa sebenarnya laki-laki itu? Suryo bertanya-tanya di dalam hatinya.

Bersambung ....

******

Kang : sebutan untuk kakak laki-laki, atau laki-laki yang dituakan/dihormati.

Panjenengan : Kamu, dalam bahasa jawa halus.

Pakde : Sebutan untuk kakak laki-laki dari ibu/ayah.

Monggo pinarak : Silahkan duduk.

Salim : tradisi bersalaman dengan mencium tangan, sebagai rasa hormat.

Cah ayu : Sanjungan, yang berarti anak yang cantik.

Terpopuler

Comments

Wine Bae

Wine Bae

bahasanya bagus banget penyusunannya. love u author

2022-07-06

1

Umi Chomsarifah

Umi Chomsarifah

horor tp penisirin thoor.agak takut mau lanjut baca

2022-01-19

1

Kustri

Kustri

Lanjuuut..

2021-11-13

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 Kelahiran Yang Diharapkan
2 BAB 2 : Pertanda
3 BAB 3 : Ikatan
4 BAB 4 : Pertalian Takdir.
5 BAB 5 : Perjodohan.
6 BAB 6 : Nontoni.
7 BAB 7 : Pergolakan Batin.
8 BAB 8 : Pembuktian.
9 BAB 9 : Menata Hati.
10 BAB 10 : Awal Mula.
11 BAB 11 : Dilema.
12 BAB 12 : Hari ( seharusnya ) Bahagia.
13 BAB 13 : Goyah?
14 BAB 14 : Malam Pertama.
15 BAB 15 : Kepergiannya.
16 BAB 16 : Sesuatu Menjadi Bermakna Saat Menghilang.
17 BAB 17 : Bangkit Lagi.
18 BAB 18 : Laki-Laki Itu ....
19 BAB 19 : Dua Dunia.
20 Bab 20 : Membuka Lembaran Baru.
21 Bab 21 : Sebuah Rasa Yang Lain.
22 Bab 22 : Kegundahan Hati.
23 Bab 23 : Salah Paham.
24 Bab 24 : Kecurigaan.
25 Bab 25 : Mencari Petunjuk.
26 Bab 26 : Pencarian.
27 Bab 27 : Pertemuan.
28 Bab 28 : Cemburu Menyiksa.
29 Bab 29 : Dendam Mulai Menguasai.
30 Bab 30 : Keyakinan Tentang Sesuatu.
31 Bab 31 : Awal Nestapa.
32 Bab 32 : Melanjutkan Hidup.
33 Bab 33 : Jangan Dipikirkan!
34 Ayem Kambek! (Apaan sih, gaje! )
35 Bab 34 : Meyakinkan Diri.
36 Bab 35 : Gundah Gulana.
37 Bab 36 : Sisi Lain yang Mulai Tersingkap.
38 Bab 37 : Ilusi Takdir.
39 Bab 38 : Gadis yang Lain.
40 Bab 39 : Menghitung Waktu
41 Bab 40 : Perseteruan Batin
42 Bab 41 : Merasa Bersalah
43 Bab 42 : Ketulusan Hati Seorang Pria
44 Bab 43 : Kenangan itu ....
45 Bab 44 : Perasaan Yang Tak Menentu
46 Bab 45 : De Javu
47 Bab 46 : Kenyataan Pahit
48 Bab 47 : Mutiara Kehidupan
49 Bab 48 : Rahasia yang Mulai Terbuka
50 Bab 49 : Untaian Benang Merah Takdir
51 Bab 50 : Meminta Pertolongan
52 Bab 51 : Keinginan yang Kuat
53 Bab 52 : Teror Cinta
54 Bab 53 : Tidak Semua Laki-laki Itu Buruk
55 Bab 54 : Wujud Kebahagiaan Itu ....
56 Bab 55 : Tautan Perasaan
57 Bab 56 : Keputusan Terberat
58 Bab 57 : Perubahan
59 Bab 58 : Kerinduan
60 Bab 59 : Ujian Hati
61 Bab 60 : Pertemuan Lainnya
62 Bab 61 : Mimpi-mimpi Buruk Itu
63 Bab 62 : Mulai Terbuka
64 Bab 63 : Kegamangan
65 Bab 64 : Perasaan yang Tersi(k)sa
66 Bab 65 : Berjalan ke Masa Lalu
67 Bab 66 : Membongkar Rahasia Kelam
68 Bab 67 : Perasaan yang Bersemi
69 Bab 68 : Jalan atau Berhenti?
70 Bab 69 : Pendamping dan Undangan
71 Bab 70 : Pemenang Hati
72 Bab 71 : Canggung
73 Bab 72 : Itikad Baik
74 Perjuangan Dimulai
75 Bab 74 : Beradu Keteguhan
76 Bab 75 : Jalan Pulang
77 Bab 76 : Keputusan Penting
78 Bab 77 : Mencari Jalan
79 Bab 78 : Permulaan dari Akhir.
80 Bab 79 : Penentuan atas Penantian
81 Bab 80 : Permulaan Kebahagiaan.
82 *Boncabe, Eh, Bonchap!*
Episodes

Updated 82 Episodes

1
BAB 1 Kelahiran Yang Diharapkan
2
BAB 2 : Pertanda
3
BAB 3 : Ikatan
4
BAB 4 : Pertalian Takdir.
5
BAB 5 : Perjodohan.
6
BAB 6 : Nontoni.
7
BAB 7 : Pergolakan Batin.
8
BAB 8 : Pembuktian.
9
BAB 9 : Menata Hati.
10
BAB 10 : Awal Mula.
11
BAB 11 : Dilema.
12
BAB 12 : Hari ( seharusnya ) Bahagia.
13
BAB 13 : Goyah?
14
BAB 14 : Malam Pertama.
15
BAB 15 : Kepergiannya.
16
BAB 16 : Sesuatu Menjadi Bermakna Saat Menghilang.
17
BAB 17 : Bangkit Lagi.
18
BAB 18 : Laki-Laki Itu ....
19
BAB 19 : Dua Dunia.
20
Bab 20 : Membuka Lembaran Baru.
21
Bab 21 : Sebuah Rasa Yang Lain.
22
Bab 22 : Kegundahan Hati.
23
Bab 23 : Salah Paham.
24
Bab 24 : Kecurigaan.
25
Bab 25 : Mencari Petunjuk.
26
Bab 26 : Pencarian.
27
Bab 27 : Pertemuan.
28
Bab 28 : Cemburu Menyiksa.
29
Bab 29 : Dendam Mulai Menguasai.
30
Bab 30 : Keyakinan Tentang Sesuatu.
31
Bab 31 : Awal Nestapa.
32
Bab 32 : Melanjutkan Hidup.
33
Bab 33 : Jangan Dipikirkan!
34
Ayem Kambek! (Apaan sih, gaje! )
35
Bab 34 : Meyakinkan Diri.
36
Bab 35 : Gundah Gulana.
37
Bab 36 : Sisi Lain yang Mulai Tersingkap.
38
Bab 37 : Ilusi Takdir.
39
Bab 38 : Gadis yang Lain.
40
Bab 39 : Menghitung Waktu
41
Bab 40 : Perseteruan Batin
42
Bab 41 : Merasa Bersalah
43
Bab 42 : Ketulusan Hati Seorang Pria
44
Bab 43 : Kenangan itu ....
45
Bab 44 : Perasaan Yang Tak Menentu
46
Bab 45 : De Javu
47
Bab 46 : Kenyataan Pahit
48
Bab 47 : Mutiara Kehidupan
49
Bab 48 : Rahasia yang Mulai Terbuka
50
Bab 49 : Untaian Benang Merah Takdir
51
Bab 50 : Meminta Pertolongan
52
Bab 51 : Keinginan yang Kuat
53
Bab 52 : Teror Cinta
54
Bab 53 : Tidak Semua Laki-laki Itu Buruk
55
Bab 54 : Wujud Kebahagiaan Itu ....
56
Bab 55 : Tautan Perasaan
57
Bab 56 : Keputusan Terberat
58
Bab 57 : Perubahan
59
Bab 58 : Kerinduan
60
Bab 59 : Ujian Hati
61
Bab 60 : Pertemuan Lainnya
62
Bab 61 : Mimpi-mimpi Buruk Itu
63
Bab 62 : Mulai Terbuka
64
Bab 63 : Kegamangan
65
Bab 64 : Perasaan yang Tersi(k)sa
66
Bab 65 : Berjalan ke Masa Lalu
67
Bab 66 : Membongkar Rahasia Kelam
68
Bab 67 : Perasaan yang Bersemi
69
Bab 68 : Jalan atau Berhenti?
70
Bab 69 : Pendamping dan Undangan
71
Bab 70 : Pemenang Hati
72
Bab 71 : Canggung
73
Bab 72 : Itikad Baik
74
Perjuangan Dimulai
75
Bab 74 : Beradu Keteguhan
76
Bab 75 : Jalan Pulang
77
Bab 76 : Keputusan Penting
78
Bab 77 : Mencari Jalan
79
Bab 78 : Permulaan dari Akhir.
80
Bab 79 : Penentuan atas Penantian
81
Bab 80 : Permulaan Kebahagiaan.
82
*Boncabe, Eh, Bonchap!*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!