Bagian 4

Nyamuk.

Tirta membuka kamarnya, ia mendapati Allura masih terlelap dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya, ia berjalan mendekat, ragu-ragu membelai wajah tersebut, ia ingin mengecup kening dan berkata good morning dengan senyum casual yang mematikan miliknya.

Namun, Allura menyibak selimutnya lebih dulu.

Tirta memalingkan wajahnya.

"Kenapa? Apa wajahku berantakan? Apa air liur ku menempel? Aku akan mencuci muka terlebih dahulu," ia berlari menuju kamar mandi.

Tirta menghembuskan napas,

Allura menghampiri Tirta yang asik dengan pikirannya sendiri, "ada apa?" Tanyanya berdiri di depan Tirta.

"Kenapa tidur dengan baju casual? Apa piamanya tidak ada yang cocok denganmu?"

"Bukan, aku .. letih jadi,"

"Baiklah, segera bersiap, semua orang menunggumu di bawah," kata Tirta menyela jawaban Allura.

Allura mematung melihat Tirta keluar kamarnya tanpa berkata apa-apa lagi, ia mengharapkan Tirta menjelaskan tentang semalam.

Semalam Allura menunggunya di kamar, setelah dua jam berlalu ia mencoba mencari Tirta di aula ataupun di taman, taku-takut dalam keadaan mabuk dan tidak ada yang tahu.

Namun, ia tidak mendapati Tirta dimanapun, ia mencoba bertanya pada pelayan yang masih membersihkan beberapa meja, jawaban mereka sama tidak ada yang tahu, Ia juga berkali-kali menelponnya dan sama sekali tidak ada jawaban bahkan yang terakhir di nona aktifkan.

Allura berfikir, kalau Tirta memang menghindari malam pernikahan.

Ia sudah rapi dengan dress coklat berpadu flatshoes putih, rambut panjangnya di blow sedikit hingga menambah kesan elegant, riasan yang sedikit membuatnya tetap menjadi Allura yang manis.

Ia menatap dirinya di depan cermin, mengibas rambutnya ke belakang dan membetulkan letak anting-antingnya, ia berdecak kecil, apa ini betul-betul stayle untuk santai di rumah, bukankah terlalu mencolok, ia membatin dan membedakan pakaian yang di kenakannya saat santai di rumah dengan ayahnya, hanya dengan kaos gombrong berpadu celana joger, rambut yang di gulung sekenanya tanpa riasan dan aksesoris.

Ya, ini keluarga terpandang.

Ia menuruni tangga dengan pelan, beberapa pelayan menunjukan ruang makan keluarga untuk berkumpul, saat ia memasuki ruangan semua mata tertuju padanya.

"Waah, lihat, nona muda, winata," sepupu Tirta melambaikan tangannya.

Semua menatapnya dengan tersenyum lebar, tak lebih dengan Tirta yang merentangkan tangannya mempersilahkan Allura duduk di sampingnya.

"Cantik, bukan?" tanya Tirta seakan memujinya secara tidak langsung.

Sepupunya mengangguk, ia mengulurkan tangannya kepada Allura, "hallo, aku, Putra, lebih tepatnya ... Saputra Winata," jelasnya dengan intonasi yang sangat ceria dari semestinya.

"Oh, Allura, Rainy Allura," jawabnya dengan tersenyum, membalas uluran tangan Putra.

Tirta memukul pelan tangan Putra, "kau membuatnya tidak nyaman," ia kembali mengunyah rotinya.

"Wah, Kak, kau cemburu?"

Tirta berlaku masa bodo.

Allura mengambil sepotong roti, lalu bertanya kepada Tirta, "selai apa yang kau suka?"

"Apa saja, " jawabnya.

Allura mengoleskan selai kacang di atas roti dan meletakannya di piring Tirta.

"Oh, istri mu chef bukan? Pantas dia tidak bisa mengandalkan pelayan, " celetuk Putra.

Allura terdiam sejenak, entah itu teguran atau sindiran yang keluar dari mulut sepupu suaminya tapi, berhasil membuat hatinya menciut, ia menyeruput susu di gelasnya.

Putra sibuk dengan poselnya sedangakan Tirta hanya menatap koran didepannya tanpa berkata apapun, ia mencoba memulai pembicaraan tp Tirta lebih dulu bangkit dari duduknya.

"Kau akan ke cabang A?"

"Ya, perkerjaanmu sudah ada yang menggantikan jadi nikmatilah hari mu layaknya, Nona muda," Tirta meraih jas serta tasnya, dengan cepat ia mencium kening Allura dan melangkah dengan tegap bahkan sangat sempurna.

Allura tertegun memgangi keningnya, ia sangat malu saat mertuanya mulai meledek, ia bangkit dari duduknya, hanya dengan kecupan di kening membuatnya melayang jauh, ia mengerjapkan mata dan meminta jiwanya untuk sadar.

Ia terduduk di kursi panjang kamarnya, haruskah ia begini sepanjang hari atau harus keluar rumah untuk mencari udara segar?.

Handphone nya bergetar ditangannya, ia melihat layar handphone, ternyata Bagas yang menelpon.

"Ya," ia memulai pembicaraan sebelumnya diam selamana semenit.

"Bisa kita berbincang?"

"Ya, aku juga tidak melakukan apapun."

"Aku tunggu di caffe dekat rumahmu."

Bagas menutup telponnya, ia mengenggam telponnya erat, mungkin ia harus menawarkan jemputan atau lebih baik mengatakan "mau ku jemput?".

Ia menunggu Allura ditemani secangkir teh vanilla, saat ia memalingkan wajah ke jendela ia hampir mengumpaet, sebab kaget . Allura telah berdiri tepat di depan jendela kaca, saat ia melambaikan tangan senyum Allura terlihat sangat cerah bahkan lebih indah dari biasanya.

Keduanya duduk berhadapan, selama beberapa menit menikmati minuman mereka tanpa ada yang memulai pembicaraan, Bagas mulai merasa canggung setelah kejadian kemarin.

"Apa aku selalu melakukan hal yang aneh saat mabuk?"

Allura mengangguk cepat, "kemarin yang ke-4 kalinya aku menolongmu, pertama kali kau minum berkaleng-kaleng bir di kantor, meracau tidak jelas di jalan trotoar mungkin saat itu kau akan mengalami kecelakaan, jika aku tidak menolongmu, kau meracau tidak jelas seperti , bisnis ku hancur, oh ,dia cantik saat memegang pisau, siapa yang mengerti perasaanku dan banyak lainnya," cerita Allura panjang lebar.

Bagas tertunduk, ia menunjukan kedua jari nya meminta Allura menceritakan kejadian yang kedua.

"Ck, aku melihatmu mengobrak-abrik toko kelontong di sana," Allura menunjuk ke sebrang jalan, sebuah toko kelontong cukup besar.

Bagas membulatkan mulutnya, ia mengerti kenapa penjaga dan pemilik toko melihatnya dengan seksama dan merasa aneh.

"Kau menghancurkan beberapa snack, lalu membanting botol coke ke lantai hingga berserakan dilantai, apa kau tidak sadar? Total ganti rugi Rp, 500.000," Allur membentangkan kelima jarinya didepan Bagas

Bagas meminta maaf.

"Dan yang ke tiga, kau .. bertingkah aneh didepan rumahku, bernyanyi, menari, mengatakan cinta, bilang melamar, banyak kekacauan terjadi tapi, ke esokannya kau bahkan seperti tidak mengenalku di restorant, kau acuh, seakan semalam tidak ada yang terjadi antara kau dan aku," Allura menjelaskan dengan kesal.

"Kau dan aku?" Bagas balik bertanya seperti orang bodoh menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, bahkan tidak ada terimakasih sekecil apapun itu, kau seprti nyamuk, dimanapun membuat keadaan tidak nyaman."

"Hah, nyamuk?"

"Mm, bayangkan saat kau nyaman tidur lalu ada satu ekor nyamuk dan berdengung di telingamu, itu sangat tidak nyaman," Allura menunjukan eksperesi ketidak nyamanan itu.

Bagas mengikuti ekspersi itu dengan mengelengkan kepala, ia mengeluarkan dompet, "Allura, terimakasih," ucapnya sambil menyerahkan uang Rp,500.000 diatas meja.

"Tidak, Pak," Allura mengembalikan itu kedepan meja Bagas.

"Tetaplah, menjadi teman, itu cukup."

"Teman? untukmu?"

"Untuk ku dan, Tirta," Allura mengulas senyum.

Bagas memasukan kembali uang tersebut kedalam dompetnya, ia menatap Allura, "kau bisa memanggilku kapanpun saat kau butuh bantuan, aku ...," ia menghela napas, "aku akan selalu menjadi teman mu."

Allura tersenyum mendengarnya.

"Apa selama ini kau tidak punya teman?"

Allura menggeleng.

"Kau, introvert."

"Tidak , tapi, kau nyamuk," ledek Allura.

"Hah, sial," gumamnya, ia tertawa.

"Aku punya beberapa teman akrab sewaktu sekolah, mereka tidak di indonesia ... bisa di bilang mereka orang luar negri, " ucapnya bangga.

Bagas membulatkan mulut seakan mengerti, tetapi di mata Allura seakan meledek tidak percaya.

"Aku betul, kau ... tidak percaya?"

Keduanya menoleh kearah jendela ketika mendengar seseorang mengetuk kaca, Tirta melambaikan tangan ke Allura, Ia terkesiap, meletakan cangkir dengan asal hingga membuat teh tersebut tumpah ke roknya.

Bagas beringsut memberikan tissue, tapi tangannya di tepis oleh Tirta.

Bagas mengepal tissuenya, ia kembali duduk dan menghabiskan teh.

"Tidak terbakar?" Tanya Tirta tanpa menghiraukan Bagas yang ada di hadapan Allura.

"Tidak, beruntung tehnya hampir dingin," Allura membersihkan roknya dengan sapu tangan milik Tirta.

"M, Allura, sepertinya aku ada janji dengan teman," Bagas beranjak dari tempatnya dan meninggalkan keduanya.

Allura hanya mengangguk, ia masih sibuk membersihkan roknya.

"Ayo, pulang," ajak Tirta sambil menggandeng tangan Allura.

Allura melihat mobil Bagas yang sudah melaju, kenapa Bagas pergi begitu saja, batin Allura, padahal sebelumnya dia terlihat sangat santai, kenapa mereka berdua tidak saling bercengkrama, setidaknya menukmati teh bertiga juga bukan hal yang buruk.

Tirta membuka pintu mobil untuk Allura, mempersilahkannya masuk ke mobil.

"Kau akrab dengan Bagas ?"

Ia mengangguk pelan.

Tirta terus menatap lurus kedepan, membiarkan keadaan hening. Pikirannya hanya terfokus pada Allura yang mengembangkan senyum lebar terhadap Bagas.

Bagas sendiri jelas mengatakan tidak menyukai Allura, tetapi mata saat memandang Allura jelas terlihat cinta yang mengebu-ngebu juga lembut, ia menginjak gas dengan cepat mobil melaju kencang.

Mengebut.

Allura memegang sabuk pengamannya erat, ia menoleh kearah Tirta yang terus menginjak gas tanpa peduli jalan aturan lalu lintas, napasnya tercekat hingga rasanya ia mual dan ingin muntah.

"Tirta, berhenti, " teriaknya, "Tirta!" Kini lebih keras, hingga membuat Tirta kembali tersadar.

Ia menoleh, Allura memgangi mulutnya. Dengan cepat memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan membiarkan Allura turun, ia memuntahkan seluruh isi perutnya di balik rumput-rumput panjang.

Tirta menghampirinya.

"Kau baik-baik saja?"

Hanya anggukan.

"Maaf," lirihnya seraya merangkul Allura membantunya kembali ke dalam mobil.

Setelah memberinya air mineral, ia kembali menyetir mobilnya dengan sangat pelan.

...----------------...

Dari author:

Terimakasih dukungannya serta kalian yang mampir di novel ku ini, maaf setiap komen tidak terbalas 🙏

Selalu komen, like dan vote.

Terimakasih 🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Lin_nda

Lin_nda

masi nyicil bacanya

2021-02-03

1

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

hai kak😊

asisten dadakan masih setia berkunjung kembali😉

mampir yuk

semangaaatt ya💪

2020-12-25

0

Daratullaila🍒

Daratullaila🍒

semangat up nya

2020-11-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!