Jika ada yang membencimu itu wajar, yang tidak wajar adalah ketika semua orang menyukaimu.
Seperti Deja vu. Kejadian hari ini sama persis dengan kejadian kemarin saat tepat aku di keluarkan dari kelas. Bagaimana tidak? Aku dua kali di keluarkan disebabkan oleh hal yang sama hanya karena gara-gara tugas.
Hanya saja kali ini aku benar-benar tidak mengerjakannya sama sekali, bukan karena malas mengerjakan tugas, namun tepatnya aku tidak tahu keberadaan tugas itu ada atau tidak.
Yang sama lainya lagi adalah cuaca hujan gerimis, aku kembali lagi di keluarkan oleh istriku sendiri. Kau tahu, ini benar-benar menyedihkan.
Saat malam tadi, Bu Lisa tidak menceritakan tentang tugas yang di berikan olehnya padaku, dan tahu-tahu tepat saat jam pelajarannya dimulai barulah aku menyadarinya.
Hasilnya mudah di tebak, aku di keluarkan dari kelas. Aku menggerutu dalam hati. Awas saja! kalau nanti kami bertemu dirumah, kali ini aku akan benar-benar marah padanya.
Tiga puluh menit berlalu aku menunggu di luar. Bu Lisa akhirnya berjalan ke teras kelas setelah sebelumnya memberikan tugas pada murid di dalam.
Aku menatap wajahnya sesaat saat dia duduk di sampingku, tapi hanya sesaat sebelum aku mendengus dan memalingkan muka padanya.
Sebenarnya aku memang mau menuntut tentang hal ini, kenapa dia tidak memberitahukan tugasnya semalam. Tetapi aku tidak tahu harus memulai marahnya dari mana.
"Aku lupa memberitahukan tugas Ini semalam." Bu Lisa menyentuh pahaku sehingga wajahku menoleh padanya. "Aku minta maaf. Aku akan meringankan hukuman ini."
Aku tidak menjawabnya. Enak sekali Bu Lisa bilang maap, sedangkan aku sudah terhukum oleh kesalahannya.
"Yasudah, aku akan kembali ke kelas." Merasa tidak ada respon dariku, dia menghela napas pendek dan segera bangkit.
"Eh, sebentar! Setidaknya kamu temani aku disini." Aku memegang tangannya, mencegah ia lari dariku.
"Kenapa?"
Aku menghembuskan napas kasar, merasa kesal karena Bu Lisa masih saja bertanya. "Aku bosan, jadi setidaknya kamu temani aku di sini. Anggap saja ini hukuman karena kamu telah lupa."
Bu Lisa diam sebentar, ia tengah menimbang-nimbang tentang permintaanku, apakah ia akan menemaniku atau tidak. lalu setelah beberapa waktu ia akhirnya mengangguk setuju.
Aku tersenyum, tidak memasang wajah jutek lagi. Jujur saja, bahkan tadi menurutku dia akan menolaknya tegas. Bu Lisa kembali duduk di sampingku, sedangkan aku memegang tangannya erat.
Bu Lisa bereaksi ketika tiba-tiba aku bertindak demikian, tetapi alih-alih protes dia hanya diam, membiarkanku mempererat cengkraman tangan.
"Aku harus kembali ke kelas, tidak baik meninggalkan mereka begitu lama." Setelah beberapa menit berlalu bersama, dia meminta izin untuk kembali ke kelas.
Aku mengangguk dan melepaskan cengkraman tangannya, tidak lupa aku sempat mencium pipinya singkat.
Wajah Bu Lisa merona sekaligus salah tingkah, dengan segera ia buru-buru masuk.
Aku tertawa menatap punggungnya yang hilang dari belokan, apakah saat ini dia sudah benar-benar jatuh cinta padaku? Entahlah, aku tidak tahu.
Suasana hatiku jelas berbalik seratus delapan puluh derajat, yang awalnya aku marah dan kesal karena dia, namun kini berganti bahagia dengan bunga-bunga cinta.
\*\*\*
Jam istirahat berdering menyusuri semua lorong, semua murid bersuka cita keluar dari kelasnya dan langsung menuju kantin. Aku yang kini sudah bisa balik ke kelas dan belajar seperti biasa, menguap lebar merasakan kantuk yang amat sangat.
Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran kedua setelah matematika, saat jam pelajaran berlangsung, alih-alih mengajarkan pelajaran, gurunya malah mendongeng dan menceritakan kisah perjalanan hidupnya.
Para murid tidak protes sedikitpun tentang hal ini malah terkesan berlaga sok antusias mendengarnya. Tentu saja mereka melakukan itu karena niat tersembunyi, tepatnya karena mereka lebih suka mendengar cerita dibanding mendengarkan pelajaran-pelajaran membosankan.
Namun efek sampingnya kini membuat seluruh murid di kelas merasakan ngantuk, tak dapat di pungkiri menguap mereka saling menular dari satu ke yang lainnya dan itu termasuk aku diantaranya.
Kembali saat ini, Aku berjalan bersama temanku Zildan dan Reza menuju kantin. Ketika di sana, kantin itu hampir sepenuhnya diisi oleh semua murid.
Kebetulan sekali di sudut kantin terdapat meja yang masih kosong. Kami berdua bergegas berjalan ke sana, takut-takut ada murid lain yang datang.
Tepat beberapa langkah lagi kami sampai, tiba-tiba tiga murid perempuan datang dan langsung menyerobot kursi yang kami tuju.
“Hei, itu meja punya kita!" Reza melotot kesal. Dia tidak terima saat mejanya di curi.
“Lahh, emang kursi ini punya bapak situh?” Della menjawab ketus.
“Kalau kalian tidak menyerobot, mungkin kursi itu punya kami sekarang!”
“Siapa suruh lambat, siapa yang cepat dia yang dapat."
“Dasar GENDUT ... "
Della langsung reflek bangkit ketika mendengar kata 'gendut'. Wajahnya merah padam, dia sangat bersiap kapan saja meninju Reza. Untungnya kedua temannya sudah sigap menahannya.
Tiga perempuan itu sebenarnya adalah teman sekelas kami, namanya adalah Della, Arin, dan Airin.
Della merupakan ketua kelas kami yang tegas dan berjiwa pemberani, dia adalah perempuan yang sopan dan ramah pada yang lain, dan tentu saja pengecualian bagi Reza.
Sedangkan untuk Arin dan Airin, mereka adalah kembar seiras yang unik dan cantik. Arin yang sebagai kakaknya mempunyai watak yang ceria dan aktif. Lalu kebalikan dengan adiknya Airin, dia mempunyai sifat yang pendiam dan terkesan pemalu.
Agar bisa membedakan kedua wajah gadis kembar itu, kalian tinggal lihat pita rambut yang mereka pakai. Yang satu berwarna cyan dan satunya lagi berwarna ungu, itu adalah letak kami bisa menebak dari salah satu keduanya.
Pertengkaran Reza dan Della sebenarnya tidak asing di pandangan kami, Reza memang sering bertengkar dengan Della di setiap harinya, selalu ada perkara yang membuat mereka ribut.
Namun yang unik dari keduanya adalah, bahwa di kelas kami kedudukan mereka berdua adalah ketua kelas dan wakil ketua kelas. Anehnya bukannya saling akur dengan jabatan kelas itu, justru di setiap harinya mereka asik bertengkar, apalagi ketika berdekatan bersama.
“Sudah Za, kita mengalah...” Aku awalnya memang tenang-tenang saja tetapi karena melihat banyak para murid menoleh pada pertikaian kedua insan ini, membuatku risih dan tidak bisa berdiam diri.
Reza mendengus kesal saat menyadari tatapan murid tertuju padanya. “Ok, aku ngalah sekarang, tapi di masa depan awas aja kau."
“Emang aku takut gituh, wlee, ... pergi sana, hush hush.” Della mengayunkan tangannya, mengusir Reza seperti anak kucing.
Aku dan Zildan saling tatap, lalu kemudian menepuk jidat masing-masing.
\[**Sudah di revisi**\]
\*\*\****Like dan Votenya Jangan lupa***..!!
***Silahkan komen kekurangan novel ini dengan begitu author akan cepat bisa memperbaikinya***
***Terimakasih***\*\*\*..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Bayangan Ilusi
Di cium aja dah merona..
btw ga da yg liat tuh nyium guru d sekolah🤔
2021-04-23
3
Zifa Zifa
reza ama dela caring deh thooorrr😆😆😆😆
2021-03-25
0
Sujaandy
temennya baik2
2021-01-30
0