Eps. 2- Panggilan Khusus

Perkataan orang lain bisa membuatmu bahagia layaknya laksana kamu terbang, dan juga bisa membuat sedih laksana terjatuh ke jurang kesedihan.

Sepulangnya sekolah, wajahku sedikit murung memikirkan tentang kejadian tadi.

Seharusnya aku memang tidak berbicara kasar padanya. Bagaimanapun perkataan Bu Lisa memang benar, dia disini sebagai guru, bukan menjadi seorang istri.

Untuk berpikir ke sana aku menghela napas pelan. Baiklah, kali ini aku tidak akan memalingkan muka padanya.

Sudah sejak sejam lalu sekolah dibubarkan, entah itu para murid dan guru sudah diperbolehkan untuk pulang. Namun kenapa meski jam hampir menunjuk ke angka 4, Bu Lisa masih tidak terlihat.

Kelima kalinya aku melihat jam tangan. Ini hampir satu jam lebih aku menunggu di pertigaan pasar. Untungnya hujan sudah reda, jadi tidak masalah menunggu lebih lama.

Baru saja dipikirkan, datang dari kejauhan ada angkutan umum yang berhenti tepat di pertigaan pasar. Wajahku tersenyum hangat melihat siapa yang turun. Dari semua penumpang yang berada di angkot, Bu Lisa terlihat mencolok dari lainnya. Tentu saja karena ia yang paling cantik.

Aku memandang wajahnya dari kejauhan saat di setiap langkah Bu Lisa mengarah kesini. Rambut lurusnya yang panjang beberapa kali tertiup miring, yang membuatnya harus bersusah payah membenarkan kembali.

Aku memandang wajahnya yang manis begitu lama sampai tak sadar dia sudah berada di depan tubuhku.

“Ayo pulang!" Seru Bu Lisa ketika sudah dekat.

“Kamu cantik.” kataku tersenyum mengabaikan kalimat dia sebelumnya.

“Bukannya tadi kamu selalu membuang muka saat bertemu di sekolah."

Aku menggaruk kepala sambil menyeringai lebar, "Tadikan di sekolah aku marah karena Ibu mengusirku dari kelas."

“Ohh, Kalau sekarang?”

“Kalau sekarang tentu saja tidak, mana bisa aku marah lama sama istriku ini."

Bu Lisa memutar bola matanya dengan malas mendengar gombalan tersebut. Ia tidak menjawab ucapanku melainkan langsung menaiki motor di jok belakang.

Saat beberapa waktu aku melihat ke langit. Awan sudah mendung di atas sana, jika benar, maka malam nanti akan ada hujan deras di kota ini.

Tidak ada yang aku lakukan selain bergegas maju menaiki motor, tidak terlalu lama, hanya membutuhkan lima belas menit berkendara hingga akhirnya bisa tiba di rumah.

Kata rumah, tentu saja maksudnya adalah rumahku dan dia. Tempat tinggal ini adalah hadiah dari pernikahan kami 3 bulan lalu, yang berasal dari orang tuaku.

Sesudah memarkirkan motor di garasi dan memasuki rumah, aku menghempaskan tubuh pada sopa tanpa peduli seragam yang masih melekat. Rasanya malas sekali jika bergerak atau beraktivitas apapun.

"Sayang, ambilkan minum dong... Aku haus!"

Bu Lisa yang baru saja meletakan sepatunya mendongak, dari wajahnya ia hendak berbicara padaku tetapi tidak jadi. Dia lebih memilih langsung mengambil air minum di dapur.

"Terima kasih." Kataku setelah menerima gelas darinya.

Bu Lisa menjawabnya dengan anggukan dan senyuman tipis, setelah itu ia pergi ke kamar berniat mandi dan ganti baju.

\*\*\*

Di malam harinya, hujan deras terdengar sayup-sayup dari luar rumah. Saat itu, aku baru bangun dari tidur akibat terlalu keenakan berbaring di sopa.

Hal pertama yang aku lakukan setelahnya adalah mencari keberadaan Bu Lisa. Tidak terlalu sulit menemukannya karena dari yang aku tahu, di jam seperti ini dia sekarang berada di kamar.

“Kenapa Ibu tidak membangunkanku?” Aku bertanya saat tiba dikamar, menganggu dia yang kini sedang memainkan laptopnya di kasur.

“Sudah hampir lima kali aku mencoba membangunkanmu, Raka. Tetap saja kamu tidak sadar-sadar, jadi lebih baik aku membiarkanmu lebih lama beristirahat." Jelasnya tanpa menoleh sedikitpun.

Aku menyeringai sekaligus menggaruk kepala. Ibuku saja dulu, untuk bisa membangunkan ku harus dengan air seember.

“Kamu mandi dulu gih, nanti aku akan siapkan baju juga makannya." Seakan tau apa yang harus dia lakukan, Bu Lisa segera bangkit dan mengambilkan handuk untukku.

Aku langsung mengangguk patuh dan dengan cepat menyambar handuk tersebut. Tidak terlalu lama di sana, karena perut kosong aku mempercepatnya sesingkat mungkin.

Aroma masakan Bu Lisa sudah tercium harum dari dalam kamar yang membuat perutku semakin lapar dan ingin segera menyantap makanan.

Sesampai di sana Bu Lisa tengah asik memasak. Bahkan kedatanganku ke dapur tidak di sadari olehnya. Aku tersenyum jail melihatnya dan sepintas ide jahat terlintas di dalam pikiran.

“DORR!”

Aku berkata dengan suara keras yang membuat Bu Lisa menjerit kaget. Dan setelah apa yang aku buat, ia malah reflek langsung memukulku dengan spatula yang di pegangnya.

Pukulan spatula itu memang pelan namun masalahnya adalah terdapat minyak panas yang masih menempel di sana, dan dengan telak tetesannya terbang pas ke arah wajahku.

Seketika aku berteriak kaget, mengusap wajah yang terkena minyak panas.

Bu Lisa tertawa lepas melihatku, “Lain kali jangan ganggu orang yang masak, kan tau sendiri akibatnya sekarang.”

Aku mengusap pipi yang masih terasa panas, “Dasar."

Beberapa menit berlalu untungnya masakan Bu Lisa sudah matang sehingga kekesalanku menguap di gantikan dengan senyuman.

“Bagaimana masakannya, enakan?”

Melihat wajah dari pertanyaannya, dia sepertinya mengharapkan penilaian atas masakan yang dia buat.

“Enak sayang, masakannya juga lezat-lezat.” Aku tersenyum memujinya.

“Benarkah?” Tanyanya lagi yang langsung aku jawab dengan anggukan.

Dia tersenyum bahagia, wajahnya yang cantik seakan lebih bersinar saking senangnya. Aku menghentikan ayunan sendok, menatap Bu Lisa. Apakah betul dia itu guru matematika yang galak?

“Eh, kamu tidak makan bersamaku?” Bu Lisa tiba-tiba bangkit dari kursi dan hendak pergi dari dapur.

“Aku sudah makan tadi." Jawabnya singkat.

“Kalau begitu temenin.”

“Memangnya kamu gak bisa makan sendiri?”

“Bukan gitu, kalau di temenin kan rasanya beda di banding sendiri, lebih asik.” aku menjawab asal, menyendokkan makanan ke mulut.

Dia menghela nafasnya pelan sebelum dengan terpaksa berbalik dan kembali duduk di kursi meja makan. Aku tersenyum melihatnya, dia selalu patuh dengan apa yang aku perintahkan dan tak pernah membantah. Benar-benar istri idaman.

Selesai makan aku hendak membereskan piring yang telah dipakai sebelumnya, itung-itung membantu Dia. Namun saat aku siap mencucinya dia tiba-tiba melarang, katanya ini adalah tugasku.

Aku pun mengalah dan membiarkannya. Sepintas adegan seperti ini terasa tidak asing, sampai aku akhirnya berani untuk melakukan sesuatu padanya.

Masih memakai celemek yang dia pakai, aku memeluk perutnya dari belakang, yang justru membuatnya terkejut dan protes. tetapi setelah aku mengatakan hanya lima menit saja, Bu Lisa pun diam dan menurut.

Tentu saja itu hanya kebohongan. Bahkan setelah lima menit pun aku tetap tidak melepaskan pelukan dengannya.

Lalu mungkin karena risih Dia mengomel padaku, “Raka lepaskan! Aku tidak bisa bergerak."

Aku menghiraukan ucapannya, saat ini aku tergoda mencium bau rambutnya yang harum, Entah apa merk shampo yang dia pakai, namun yang pasti dengan mencium aromanya membuatku tenang dan *rileks*.

“Raka aku mohon ..." Dia menatap mataku dengan wajah yang hampir menangis.

Aku menelan ludah, dia terlihat sangat cantik. Pada akhirnya, aku melepaskan pelukan itu yang setelahnya langsung dibalas cubitan keras di pinggang, “Dasar tidak sopan” celetuknya melotot padaku.

“Enggak apa-apa kali ... kan kita udah sah” kataku menyeringai.

Dia memutar bola matanya dengan malas, tidak membalas lagi.

Sekitar jam 9 malam aku dan dia duduk menyandar di kasur. Saat ini baik aku ataupun dia sama-sama memainkan ponsel, sibuk dengan dunia masing-masing.

“Sayang. Boleh gak aku meminta hak sebagai suami." Setelah berpikir terlebih dahulu, aku akhirnya mengatakan sesuatu yang terpendam sejak tadi.

Dia melirikku sebelum mematikan hp yang di pegangannya, dengan wajah sedikit ragu-ragu dia bertanya, “Kau meminta hak yang itu?”

Aku mengangguk, meski tidak mengerti maksud kata 'itu' dari ucapannya.

“Mm... sepertinya aku belum siap, Raka. Aku masih agak takut.”

Aku mengerutkan dahi, “Kenapa tidak siap dan takut? Aku hanya ingin meminta tentang pernikahan kita, maksudku, tentang aturan pernikahan."

Bu Lisa yang sebelumnya menunduk kini kembali mengangkat kepala dan menatapku, "maksudnya?”

“Aku ingin kita memiliki panggilan khusus biar romantis. Jadi aku menginginkan agar Ibu memanggilku dengan sebutan ‘Mas’ mulai detik ini, nahh sedangkan untuk sebaliknya aku tidak memanggil ‘ibu’ lagi, melainkan dengan sebutan 'Adek'. Gimana?"

Dia tiba-tiba seperti menghembuskan napas lega, seperti terselamatkan oleh sesuatu, “Sebenarnya permintaan ini agak ganjil mengingat bahwa aku lebih tua darimu, namun kamu adalah suamiku. Sudah kewajiban agar aku mematuhi apa yang kamu minta, jadi perlahan aku akan mencobanya." Dia tersenyum manis.

Saat itu hatiku tersentuh bahagia atas ucapannya, walaupun jika di pikir bahwa dia menikahi berondong. Dia tidak pernah membantah dan selalu menuruti permohonan ku yang aneh.

\[**Sudah Direvisi**\]

\*\****Jangan lupa vote dan likenya***..!!

***Terimakasih***\*\*..

Terpopuler

Comments

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

Raka sama kalisa ini beda brp taun sih Thor..

2021-08-31

1

ibah

ibah

ceritanya menarik..

2021-08-05

3

🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠

🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠

Lisa usianya brp thor 🙄

2021-05-07

2

lihat semua
Episodes
1 Eps. 1– Dia Istriku
2 Eps. 2- Panggilan Khusus
3 Eps. 3– Teman
4 Eps. 4– Saksi hujan
5 Eps. 5– Salah bicara
6 Eps. 6– Agak Lebih Dekat
7 Eps. 7– Toko Buku
8 Eps. 8 – Klub Membaca I
9 Eps. 9 –Klub Membaca II
10 Eps. 10– Minta Izin
11 Eps. 11–"Maaf Mas.."
12 Eps. 12 –Sakit
13 Eps. 13– Tidak Tersampaikan
14 Eps. 14 –Kami Ber'enam
15 Eps. 15– Hari Yang Buruk
16 Eps. 16 – Airin Yang Pemalu
17 Eps. 17 – Aku Dan Dia Dipagi Hari
18 Eps. 18– Kecepatan
19 Eps. 19– Di Jam Olahraga
20 Eps. 20– Arin Yang Ceria
21 Eps. 21– Pacaran I
22 Eps. 22– Pacaran II
23 Eps. 23– Pacaran III
24 Eps. 24– Sekeping Masa Lalu
25 Eps. 25– 4 Bulan yang lalu..
26 Eps. 26– 4 Bulan yang lalu.. II
27 Eps. 27– 4 Bulan Yang Lalu.. III
28 Eps. 28– Ngambek
29 Eps. 29 – Gara-Gara Game Online
30 Eps. 30– Serba-Serbi Game Online
31 Eps. 31 – Pertemuan Pertama Sesungguhnya
32 Eps. 32 — Dewi Kecilku
33 Eps. 33 — Pengungkapan
34 Eps. 34— Di Bawah Tetesan Hujan
35 Eps. 35 — Jam Belajar
36 Eps. 36 — Pak Farhan
37 Eps. 37 — Perasaan Pak Farhan
38 Eps. 38 — Hadiah
39 Eps. 39 — Hei! Hei! Hei!
40 Eps. 40 — 12 Keluarga Terpandang
41 Eps. 41 — Berkenalan Ulang
42 Eps. 42 — Sepotong Kebaikan
43 Eps. 43 — Sepotong Kebaikan II
44 Eps. 44 — Istri Baik
45 Eps. 45 — Peluang
46 Eps. 46 — Nina
47 Eps. 47 — Nina II
48 Eps. 48 — Persiapan Ujian
49 Eps. 49 — Mau
50 Eps. 50 — Cerita Horror
51 Eps. 51 — Mati Lampu
52 Eps. 52 — Paska Ujian
53 Eps. 53 — Bunga Lotus Kembar
54 Eps. 54 — Kesibukan
55 Eps. 55 — Pentas Sekolah
56 Eps. 56 — Hari Minggu
57 Eps. 57 — Hari Minggu II
58 Eps. 58 — Lamaran Kalisa
59 Eps. 59 — PKS
60 Eps. 60 — Yang Tak Diduga
61 Eps. 61 — Percakapan Kecil
62 Eps. 62 — Libur Semester
63 Eps. 63 — Libur Semester II
64 Eps. 64 — Libur Semester III
65 Eps. 65 — Identitas Kalisa
66 Eps. 66 — Identitas Kalisa II
67 Eps. 67 — Identitas Kalisa III
68 Eps. 68 — Perasaan Rahasia
69 Eps. 69 — Perasaan Rahasia II
70 Eps. 70 — Mamah
71 Eps. 71 — Pulang
72 Eps. 72 — Gara-Gara Remot TV
73 Eps. 73 — Kehidupan Baru
74 Eps. 74 — Panggilan
75 Eps. 75 — Pelakor
76 Eps. 76 — Salah Tingkah
77 Eps. 77 — Hujan Deras
78 Eps. 78 — Rasa Cemburu
79 Eps. 79 — Ralisa (Raka & Kalisa)
80 Eps. 80 — Rumah Lotus Kembar
81 Eps. 81 — Uang dan Kebahagiaan
82 Eps. 82 — Sentuhan
83 Eps. 83 — Telah Terungkap
84 Eps. 84 — Keisengan
85 [Bonus Eps. Ramadhan – Persiapan Puasa]
86 [Bonus eps. Ramadhan – Menyatakan cinta]
87 Eps. 85 – Sembilan Bulan
88 Eps. 86 — Della dan Reza
89 Eps. 87 — Dua Hati yang Sama
90 Eps. 88 — Bersamanya (Kue Bolu)
91 Eps. 89 — Bersamanya (Detik Melahirkan)
92 Eps. 90 — Bersamanya (Takdir)
93 Eps. 91 — Bersamanya (Amelia)
94 Eps. 92 — Syukuran
95 Eps. 93 — Murid Baru
96 Eps. 94 — Murid Baru II
97 Eps. 95 — Rena
98 Eps. 96 — Rena II
99 Eps. 97 — Rena III
100 Eps. 98 — Hubungan
101 Eps. 99 — Hukuman
102 Eps. 100 — Jalan-jalan
103 Eps. 101 — Cemburu
104 Eps. 102 — Lilyana Rena
105 Eps. 103 — Kemesraan
106 Eps. 104 — Kembali Mengajar
107 Eps. 105 — Berdua di Mobil
108 Eps. 106 — Demam
109 Eps. 107 — Emosi Signifikan
110 Eps. 108 — Surat Cinta
111 Eps. 109 — Perasaan Tertutup
112 Eps. 110 — Waktu Keluarga
113 Eps. 111 — Waktu Bersama
114 Eps. 112 — Wisata Sekolah
Episodes

Updated 114 Episodes

1
Eps. 1– Dia Istriku
2
Eps. 2- Panggilan Khusus
3
Eps. 3– Teman
4
Eps. 4– Saksi hujan
5
Eps. 5– Salah bicara
6
Eps. 6– Agak Lebih Dekat
7
Eps. 7– Toko Buku
8
Eps. 8 – Klub Membaca I
9
Eps. 9 –Klub Membaca II
10
Eps. 10– Minta Izin
11
Eps. 11–"Maaf Mas.."
12
Eps. 12 –Sakit
13
Eps. 13– Tidak Tersampaikan
14
Eps. 14 –Kami Ber'enam
15
Eps. 15– Hari Yang Buruk
16
Eps. 16 – Airin Yang Pemalu
17
Eps. 17 – Aku Dan Dia Dipagi Hari
18
Eps. 18– Kecepatan
19
Eps. 19– Di Jam Olahraga
20
Eps. 20– Arin Yang Ceria
21
Eps. 21– Pacaran I
22
Eps. 22– Pacaran II
23
Eps. 23– Pacaran III
24
Eps. 24– Sekeping Masa Lalu
25
Eps. 25– 4 Bulan yang lalu..
26
Eps. 26– 4 Bulan yang lalu.. II
27
Eps. 27– 4 Bulan Yang Lalu.. III
28
Eps. 28– Ngambek
29
Eps. 29 – Gara-Gara Game Online
30
Eps. 30– Serba-Serbi Game Online
31
Eps. 31 – Pertemuan Pertama Sesungguhnya
32
Eps. 32 — Dewi Kecilku
33
Eps. 33 — Pengungkapan
34
Eps. 34— Di Bawah Tetesan Hujan
35
Eps. 35 — Jam Belajar
36
Eps. 36 — Pak Farhan
37
Eps. 37 — Perasaan Pak Farhan
38
Eps. 38 — Hadiah
39
Eps. 39 — Hei! Hei! Hei!
40
Eps. 40 — 12 Keluarga Terpandang
41
Eps. 41 — Berkenalan Ulang
42
Eps. 42 — Sepotong Kebaikan
43
Eps. 43 — Sepotong Kebaikan II
44
Eps. 44 — Istri Baik
45
Eps. 45 — Peluang
46
Eps. 46 — Nina
47
Eps. 47 — Nina II
48
Eps. 48 — Persiapan Ujian
49
Eps. 49 — Mau
50
Eps. 50 — Cerita Horror
51
Eps. 51 — Mati Lampu
52
Eps. 52 — Paska Ujian
53
Eps. 53 — Bunga Lotus Kembar
54
Eps. 54 — Kesibukan
55
Eps. 55 — Pentas Sekolah
56
Eps. 56 — Hari Minggu
57
Eps. 57 — Hari Minggu II
58
Eps. 58 — Lamaran Kalisa
59
Eps. 59 — PKS
60
Eps. 60 — Yang Tak Diduga
61
Eps. 61 — Percakapan Kecil
62
Eps. 62 — Libur Semester
63
Eps. 63 — Libur Semester II
64
Eps. 64 — Libur Semester III
65
Eps. 65 — Identitas Kalisa
66
Eps. 66 — Identitas Kalisa II
67
Eps. 67 — Identitas Kalisa III
68
Eps. 68 — Perasaan Rahasia
69
Eps. 69 — Perasaan Rahasia II
70
Eps. 70 — Mamah
71
Eps. 71 — Pulang
72
Eps. 72 — Gara-Gara Remot TV
73
Eps. 73 — Kehidupan Baru
74
Eps. 74 — Panggilan
75
Eps. 75 — Pelakor
76
Eps. 76 — Salah Tingkah
77
Eps. 77 — Hujan Deras
78
Eps. 78 — Rasa Cemburu
79
Eps. 79 — Ralisa (Raka & Kalisa)
80
Eps. 80 — Rumah Lotus Kembar
81
Eps. 81 — Uang dan Kebahagiaan
82
Eps. 82 — Sentuhan
83
Eps. 83 — Telah Terungkap
84
Eps. 84 — Keisengan
85
[Bonus Eps. Ramadhan – Persiapan Puasa]
86
[Bonus eps. Ramadhan – Menyatakan cinta]
87
Eps. 85 – Sembilan Bulan
88
Eps. 86 — Della dan Reza
89
Eps. 87 — Dua Hati yang Sama
90
Eps. 88 — Bersamanya (Kue Bolu)
91
Eps. 89 — Bersamanya (Detik Melahirkan)
92
Eps. 90 — Bersamanya (Takdir)
93
Eps. 91 — Bersamanya (Amelia)
94
Eps. 92 — Syukuran
95
Eps. 93 — Murid Baru
96
Eps. 94 — Murid Baru II
97
Eps. 95 — Rena
98
Eps. 96 — Rena II
99
Eps. 97 — Rena III
100
Eps. 98 — Hubungan
101
Eps. 99 — Hukuman
102
Eps. 100 — Jalan-jalan
103
Eps. 101 — Cemburu
104
Eps. 102 — Lilyana Rena
105
Eps. 103 — Kemesraan
106
Eps. 104 — Kembali Mengajar
107
Eps. 105 — Berdua di Mobil
108
Eps. 106 — Demam
109
Eps. 107 — Emosi Signifikan
110
Eps. 108 — Surat Cinta
111
Eps. 109 — Perasaan Tertutup
112
Eps. 110 — Waktu Keluarga
113
Eps. 111 — Waktu Bersama
114
Eps. 112 — Wisata Sekolah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!