Kobaran api terus menyala membakar seluruh bangunan megah itu. Melahap segala yang ada.
Dari dalam terdengar suara tangisan takut dari seorang anak kecil. Dia memeluk lututnya dan terus menggumamkan kata ‘Ibu’.
“Ibu ... ibu dimana? Li’er takut ...” panggilnya di sela isak tangis.
Brak!
Suara balok kayu yang terbakar jatuh kembali mengagetkan anak kecil itu. Dia semakin meringkuk di pojokkan menghidari jilatan api yang seolah ingin menelannya hidup-hidup.
Napasnya sesak karena menghirup terlalu banyak asap.
Sayup-sayup dirinya mendengar seseorang memanggil namanya.
“Li’er! Li’er, dimana kau nak?!” Dari jauh, seorang wanita dewasa terlihat bersusah payah memadamkan api.
Aneh, wanita itu dapat mengeluarkan air dari telapak tangannya. Sesekali dia juga membekukan balok-balok kayu yang terbakar. Sangat ajaib!
“Ibu ....” Anak kecil itu berkata dengan suara lemah. Matanya memburam dan dia hampir pingsan.
Saat kegelapan hampir menghampirinya, sepasang tangan hangat sudah mendekapnya lebih dulu.
“Li’er, maafkan ibu. Ini semua salah ibu, maafkan ibu ....” Wanita itu ... dia menangis sambil memeluk anak kecil yang dia panggil Li’er.
Li’er hanya memejamkan matanya mendengar perkataan wanita itu. Entah kenapa dia merasa aman dan jadi mengantuk dalam pelukan wanita itu. Rasa sesaknya telah menghilang karena kedatangan wanita yang menyebut dirinya ‘Ibu’ itu.
“Ibu ....” Li’er bergumam pelan hingga akhirnya terlelap.
~o0o~
“Ugh!” Liana meringis saat dia hendak membuka mata, akan tetapi kepalanya terasa begitu berat dan pusing.
Masih dengan memejamkan matanya, Liana kembali memikirkan mimpi yang baru saja dilihatnya. Dia telah memimpikan hal itu sejak berumur lima tahun, namun beberapa tahun lalu dia tidak lagi mendapatkannya dan sekarang mimpi itu muncul kembali. “Ibu ....” Tanpa sadar Liana bergumam.
Pendengarannya lama-kelamaan semakin jelas. Dia merasakan banyak orang di sekitarnya.
“Li’er! Li’er, kau bangun?”
Liana dapat mendengar jelas suara laki-laki memanggil seseorang. Dengan perlahan dirinya membuka mata yang terasa begitu berat.
Penglihatannya kabur namun semakin lama semakin jelas. Hal pertama yang Liana dapati adalah langit-langit yang ... mmm, unik.
Itu langit-langit dari sebuah bangunan, mungkin rumah dan terbuat dari kayu kualitas tinggi.
Liana berusaha mengangkat tubuhnya, dia sangat lemas seperti tidak pernah makan selama berhari-hari.
Lalu, Liana merasakan sebuah tangan membimbing dan membantunya.
Liana menoleh pada pemilik tangan. Dia melihat seorang pria paruh baya memberinya tatapan tulus dan khawatir.
Liana juga dapat melihat di wajah pria paruh baya itu terdapat bekas air mata yang telah mengering. Apa dia telah menangis?
Di belakang pria paruh baya, terdapat juga beberapa wajah-wajah asing bagi Liana. Mereka semua nampak menggunakan pakaian tradisional negara Tiongkok, Hanfu. Hal itu membuat Liana mengerutkan keningnya bingung. Dia mengira tengah berada di sebuah klan kuno yang tersembunyi.
“Dimana ini?” Pertanyaan pertama yang Liana lontarkan setelah dia bangun.
Namun saat dirinya kembali menatap pria itu dan orang-orang yang juga berada disana, mereka semua menunjukkan mimik wajah yang sama, terkejut dan tidak percaya. Liana semakin dibuat bingung oleh mereka.
“Li’er, kau bisa bicara?” Pria paruh baya itu bertanya seolah apa yang dia dengar dari mulut Liana barusan adalah ilusi. Dia bahkan mengabaikan isi pertanyaan yang terlontar.
Liana menaikkan sebelah alisnya. “Tentu saja, aku bukan orang bisu.” Jawaban yang Liana berikan malah membuat mereka semua terbelalak semakin tak percaya.
Lalu, seorang wanita dewasa berjalan maju menghampiri tempat mereka. “Jadi, berarti selama ini kau telah membohongi kami dengan berpura-pura bisu?” Wanita itu bertanya dengan nada sinis dan sedikit mencemoh angkuh.
Apa yang wanita itu katakan? Berpura-pura bisu? Dirinya? Liana tidak pernah melakukan hal itu.
Jadi sebenarnya dia sekarang ada dimana? Wanita itu mungkin salah paham padanya.
“Maaf nyonya, tapi saya tidak mengerti apa yang anda katakan. Saya tidak pernah berpura-pura bisu atau semacamnya. Jadi lebih baik jelaskan tempat apa ini dan siapa kalian?” ucap Liana panjang lebar, dia bahkan merubah gaya bicaranya menjadi formal menandakan bahwa dirinya tidak menyukai apa yang dikatakan oleh wanita itu. Meski dirinya lemas tapi dia masih bisa berbicara dengan jelas.
Semua orang kembali terkejut mendengar perkataan Liana yang seolah tak mengenal mereka.
“Li’er, apa kau tidak mengingat kami. Ini Ayah ... Li’er.” Pria paruh baya itu memandangnya sedih.
“Aku tidak ... akh!” Perkataan Liana terpotong karena pekikannya. Dia entah kenapa tiba-tiba merasakan sakit di bagian kepalanya.
Bersamaan dengan rasa sakit yang menyerang, hal aneh juga terjadi pada dirinya. Dia melihat sebuah kejadian yang mana dirinya ada disana, namun Liana dalam kejadian itu terlihat masih muda, sekitar belasan tahun.
Liana melihat dirinya selalu disiksa oleh orang-orang yang tidak dia kenali. Dipukuli, dicambuk, disiram air panas hingga dikunci di dalam gudang dan dibiarkan kelaparan.
Liana bingung dengan apa yang dia lihat, tapi rasa sakit juga tak bisa ditahannya hingga dia berteriak berkali-kali. Rasanya, kepalanya seperti akan meledak kapan saja.
“Tabib! Panggil tabib, apa yang terjadi pada putriku ...?!” Pria paruh baya yang mengaku sebagai ayah Liana berteriak panik.
“Apa yang kalian lakukan disana? Cepat panggil tabib?!” bentaknya kepada beberapa orang yang berdiri paling belakang. Mereka sepertinya adalah pelayan karena jenis dan kualitas pakaian yang mereka kenakan lebih sederhana.
Liana juga masih berteriak kesakitan, kejadian-kejadian yang dilihatnya juga semakin beragam dan berputar semakin cepat. Karena tak tahan, akhirnya dia pingsan.
Bersamaan dengan itu, tabib datang untuk memeriksa keadaannya.
~o0o~
“Tabib, bagaimana keadaan putriku, Li’er?”
Tabib yang telah selesai memeriksa keadaan Liana itu hanya menghela napasnya pelan. “Perdana mentri, nona kedua sudah baik-baik saja. Dia telah melewati masa kritis, hanya kelelahan.”
Tabib itu memanggil pria paruh baya yang mengaku ayah Liana sebagai Perdana Mentri, dia bernama Zhu Moran, seorang yang memiliki pangkat mentri tertinggi di Kekaisaran Naga, Benua Timur.
Zhu Moran ikut menghela napas lega. Dia bersyukur bahwa putri pertamanya itu baik-baik saja. Tapi dia tetap merasakan hal aneh terjadi pada putrinya, Liana terlihat sungguh tak mengenali mereka semua.
“Tabib, sebenarnya apa yang terjadi pada putriku. Dia bertingkah seolah tak mengenali kami sebagai keluarganya? Dan ... dan dia tiba-tiba saja sudah dapat berbicara.”
Tabib itu menatap Zhu Moran lama kemudian beralih pada Liana yang masih memejamkan matanya. “Ini ....” Dia sedikit ragu untuk menjelaskan.
Jujur hal ini juga pertama kali dilihatnya. Tabib itu kembali menghela napasnya. “Perdana Mentri, sepertinya nona kedua mengalami hilang ingatan. Dan untuk dia yang sudah dapat berbicara, saya rasa itu adalah hal yang bagus. Saya tidak bisa menjelaskan bagaiamana kondisinya saat ini, tapi nona kedua memang sudah dalam keadaan baik-baik saja. Kita hanya perlu menunggu sampai dirinya bangun.” Tabib itu menjelaskan.
Zhu Moran sendiri tidak mengatakan apa-apa lagi. Jika tabib mengatakan hal itu, maka dirinya hanya bisa percaya. Semoga saja ini bukanlah hal yang buruk bagi putrinya.
~o0o~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Rubina Hilyatul Fauzi
masih bingung dengan mimpi liana
2023-07-26
1
Yuki tanzeela
tabib bilang NONA KEDUA, sedang ayahnya bilang ANAK PERTAMA, yg bner yg mn
2023-07-11
1
Dewi Ansyari
Ternyata Liana pindah di mensi di jaman kuno,hebat mati di dunia moderen dan hidup di jaman kuno👍👍👍😁😁😁
2022-11-08
0