🌻HAPPY READING🌻
Sofi POV
Tubuhku terguncang dan kepalaku hampir terantuk dashboard mobil kalau aku tidak menahan tubuh dengan tanganku, karena Faiz yang tiba tiba menginjak rem dengan kasar. Dia marah, dan rupanya kami telah sampai di depan rumah. Aku terkejut baru kali ini melihat dia sangat marah, selama ini yang aku lihat wajahnya dengan senyum yang teduh jika dipandang mata.
Kenapa dengannya! Aku sama sekali tak paham.
Namun ternyata semuanya karena Farhan, mantan kekasihku mengirimkan pesan di ponselku dan pertama kali dibuka oleh Faiz.
Ah kenapa jadi aku yang dipersalahkan? Aku kan tidak tahu kalau Farhan mau mengirim pesan dan bahkan tanpa membalasnya aku langsung menghapus pesan itu.
Batinku menahan geram.
" Eh pelan pelan dong! kamu mau buat kepalaku benjol apa?" omelanku pertama kali pada saat itu. Aku benar benar kesal dibuatnya.
"Lagian juga mana aku tahu kalau dia kirim pesan seperti itu, aku juga tak membalasnya langsung aku hapus kan?" omelku lagi dengan marah. Huhh, memang dia saja yang bisa marah walaupun sebenarnya aku sudah menahan diri dari tadi untuk meredam emosi.
Dan ia tak terpengaruh oleh kekesalanku.
"Sof, dengarkan aku baik baik! Aku tak masalah jika aku harus menunggu kesiapan mu untuk jadi istri yang sebenar benar istri, aku tak perduli berapa lama aku menunggumu. Untuk bisa menerima aku, bahkan jika sampai setahun atau dua tahun sekalipun. Aku tak ada hak memaksamu, walaupun kita sudah resmi menjadi suami istri. Tapi, istri tetaplah istri yang harus taat pada suaminya." ucapnya penuh penekanan. Kami masih didalam mobil di halaman rumah ayahku.
"Ingat satu hal Sofi, kau harus melupakannya. Sesulit apapun jika kamu berusaha kamu pasti bisa. Itu jika kamu ingin rumah tangga kita bahagia. Ingat itu!" tudingnya lagi.
Sambil bicara telunjuk Faiz menuding tepat didepan hidung ku membuat aku keder juga, mukanya pun merah menahan marah. Muka yang biasanya sejuk dan selalu tersenyum berubah menjadi seram karena kemarahan.
Ia lalu keluar, dan pintu mobil ditutup dengan kuat membuat aku terjingkat kaget, Ya Alloh, ini orang kalau lagi benar benar marah! batinku sambil mengikutinya menuju rumahku sambil mengelus dada. Sabar... sabaaar, Sofi!
Flashback on.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam, kami tiba di rumah paman. Kami di sambut dengan ramah oleh seluruh keluarga paman. Hingga tak terasa kami hampir dua jam ngobrol ngalor ngidul sambil becanda.
Sepulangnya kami dari sana seperti kata Faiz sebelumnya kami mampir ke sebuah mall yg dekat dari lokasi rumah paman, aku mengiyakan saja saat ia membelokkan mobil ke area mall dan memarkirkan mobilnya di basement. Sebelum turun aku melirik di dashboard mobil ada sebuah kamera DLSR. Rupanya Faiz tahu aku melirik benda itu, lalu dua angkat bicara.
"Kamera itu punya kamu Sof, itu salah satu hantaran pengantin yang aku berikan. Aku sengaja bawa kamera itu siapa tahu kita membutuhkannya, " Ah, sepertinya dia tahu isi pikiranku.
"Benarkah?" tanyaku sambil menoleh padanya. Hmm, aku berharap sih hantarannya sebuah i phone terbaru. Tapi tak apalah, kamera juga oke. Aku kan suka memotret, batinku.
Aku mengambil kamera itu dari fashboard dan mencoba untuk mengambil gambar. Pertama kali yang aku foto adalah Faiz yang masih dibalik kemudi walau mobil sudah berhenti. Ia menggunakan kaus hello kitty membuatnya kelihatan funny. Aku ingin tertawa dibuatnya. Benar benar tak menyangka ia punya kaos hello Kitty.
Dipergelangan tangan juga tak lupa dia memakai jam yg terlihat elegan dengan merk ternama, kacamata hitam ia sematkan di kerah kausnya. Ia terlihat begitu tampan di mataku.
"Sof, kamu punya hobi fotografi kan?" ucapnya tiba tiba. Aku mengangguk, tahu aja suamiku ini.
" Eh darimana kau tahu? " tanyaku heran, dan dia hanya tersenyum. Menyebalkan!
Klik! klik!
Berkali kali aku menfotonya, dia kelihatan tampan di semua pose, Hehehe, tak sengaja aku mengakui ketampanannya.
"Sof, kau tahu kan kalau hantaran itu sudah menjadi hak milik seorang istri?" aku mengangguk.
"Iya, aku tahu!" jawabku kemudian, tapi tak mengalihkan perhatian ku pada kamera.
"Aku boleh kan sekali kali memakainya nanti, aku minta izin padamu karena seorang suami tak boleh sembarangan memakai barang apa yang sudah diberikan pada istrinya."
Sofi menghela napas.
What? Istri.
Sofi mengeja kata berisi lima huruf itu. Tak sadar kini ia berstatus istri.
"Oh iya, pakailah tak apa apa." Jawabku gugup.
Akhirnya sepanjang hari itu, Faiz yang paling banyak memotret. Dia selalu bisa mengambil momen yang pas untuk difoto. Bahkan tak jarang dia merekam percakapan kami. Sampai kemudian dia minta izin ke toilet sehingga kamera diserahkan padaku.
Aku melihat lihat sambil berjalan foto foto yang diambil oleh Faiz.
Subhanallah! Aku terkesima, ternyata Faiz sangat pintar mengambil angel view untuk difoto, sehingga apapun yang dia shoot terlihat bagus. Fotoku yang sedang memeluk boneka teddy bear setinggi dada, fotoku yang sedang berjalan, fotoku yang sedang melihat lihat baju muslim yang dipajang disebuah toko baju. Fotoku yang sedang duduk di pinggir jembatan, semua terlihat bagus. Aku bahkan terlihat cantik difoto itu.
Hmmm dia sangat berbakat! pikirku. Ya iyalah aku baru tahu aku kan tak mengenal dia sebelum menikah. Gumamku tanpa suara kemudian.
Dari banyak foto, aku terkesan dengan fotoku yang menunduk melihat pakaian dan dia menunduk di depanku seolah olah dia mencium kepalaku. Aku tersenyum sampai aku merasakan ada getaran dari hape ku didalam tas. Segera kulihat siapa yang menelfon dan ternyata Faiz, aku menggeser tombol berwarna hijau.
" Halo assalamu'alaikum!" aku celingukan ke kanan dan ke kiri, ternyata aku sudah jauh meninggalkan tempatku tadi menunggu Faiz, karena terlalu fokus melihat foto fotonya sambil berjalan.
"Waalaikum salam, sayang! kau dimana?"
"Maaf, aku tadi lihat lihat foto di kamera sambil jalan. Aku ada di...!" aku berpikir dan celingukan.
"Yaa ini dia... Aku ada didepan toko victoria underwear and lingerie shop," kataku tanpa sadar. Setelahnya aku menutup mulutku, karena ia terdengar meledek.
"Haaa! untuk apa sayang kau disitu hahaha...?"
Tawa Faiz pecah setelah aku menyebut nama itu membuat aku mengerucutkan bibir. Aku menyebut tempat itu karena nama itu yang tampak paling mudah dilihat. Dan Faiz berkata untuk menyuruhnya tetap disitu.
"Sayang, kenapa disini. Kau tak masuk?" tanya Faiz sambil tersenyum lebar. Sofi tahu, suaminya itu pasti berpikiran yang tidak tidak. Lihat saja itu matanya duhhh, dia sangat exited karena apapun yang di beli ditempat itu pastilah sangat menguntungkan buat dia.
"Ayolah masuk!" Faiz menarik istrinya yang terlihat malu malu dan enggan untuk masuk. Dengan terpaksa Sofi mengikuti langkah Faiz.
Berbanding terbalik dari saat masuk toko, Faiz keluar dari tempat itu dengan muka masam. Dikarenakan saat Sofi mencoba lingerie dikamar ganti ada beberapa notifikasi pesan masuk yang terkirim di hape Sofi dari Farhan, mantan kekasih yang dengan terpaksa ditinggal karena menikah dengan Faiz.
"Sofi, kenapa kau mengingkari janjimu untuk menungguku? Kau bilang kau akan menolak lamaran itu kan?" begitu bunyi pesan dari Farhan.
"Aku tak bisa terima kenyataan ini Sof. Aku yakin, kau masih cinta kan aku, aku pun sama. Masih sangat mengharapkan kamu!" bunyi pesan kedua.
"Bukannya itu kalimat terakhir yang kau katakan Sof, kau akan menolak pinangannya, kau telah mengkhianati cintaku!" kata kata terakhir itu bahkan di capslock.
Pesan beruntun itu dari Farhan membuat Faiz berubah moodnya. Wajahnya memerah menandakan dia sedang menahan gejolak amarah. Sofi pun heran saat dia keluar dari kamar ganti, tanpa bertanya dia langsung membayar dan menarik Sofi keluar dari toko itu.
Sofi tahu itu saat Faiz menyodorkan hapenya yang sedari tadi dibawa Faiz.
"Tuh, ada pesan dari mantan kamu!" kata Faiz dengan kesal menekan kata 'mantan'.
Sofi hanya diam saja lalu membaca pesan itu dan langsung men delete nya tanpa membalas. Lalu meletakkannya di dashboard mobil Faiz. Terlalu malas untuk menjawab kata kata ketus suaminya. Bagaimanapun juga dia tak mau merusak kembali kedekatan mereka barusan dengan pertengkaran yang tak berarti.
Jika suami marah, istri harus diam. Begitupun sebaliknya, jika istri marah suami harus diam. Karena jika kedua orang sana sama bicara dengan nada tinggi, takkan ada titik temu yang berujung pertengkaran. Dan itu sebisa mungkin harus dihindari. Begitu wejangan ustadz yang memberi tausiah saat resepsi kemarin. Dan irt diresapi benar oleh Sofi.
Perjalanan pulang dari mall sangat tidak kondusif gara gara pesan, yang sebenarnya kalau dituruti kata hati ingin aku marah. Harusnya Faiz merasa bersalah karena membuka dan membaca pesan di hape orang lain walaupun itu istrinya. Seperti ia tidak menghormati privasi orang lain.
Harusnya dia merasa bersalah karena telah melamarku yang dia tahu aku
sudah mempunyai kekasih, dan dengan tiada daya aku terpaksa menerimanya karena aku tidak mungkin mengecewakan orang tua yang telah membesarkanku.
Flashback off.
Aku dan Faiz sampai rumah saat menjelang maghrib dikarenakan jalanan yang macet, setelah maghrib istirahat sebentar sambil berbincang dengan ayah dan ibu sampai isya tiba. Setelah selesai sholat isya dan makan malam Faiz segera tidur, ia tidur membelakangi Sofi. Sofi tahu dia pasti lelah setelah seharian jalan jalan dan atau mungkin dia masih marah.
Sofi mau minta maaf dan merendahkan egonya untuk menyatakan bahwa dia sebenarnya sedang berusaha menerima takdir telah menjadi istri seorang Faiz dengan sepenuh hati. Tapi diurungkannya karena Faiz telah tertidur lelap. Sofi sadar selama dua hari pernikahannya dia sudah sedikit melupakan Farhan dengan keceriaan dan hal hal yang membuat Sofi tersenyum dan tertawa oleh tingkah laku Faiz.
Sofi memandangi Faiz yang tidur membelakanginya dan berkata dalam hati untuk minta maaf atas kekacauan hari ini. Segera Sofi mengambil hape dan menyetel alarm agar bisa bangun sebelum subuh.
Esok mereka akan pergi ke rumah Mamanya Faiz untuk tinggal di sana. Sebelum rumah yang akan mereka tempati selesai dibangun. Faiz mengatakan rumah mereka masih tahap sembilan puluh persen pembangunan.
Sebenarnya bangun sebelum subuh adalah tantangan berat bagi Sofi, tapi demi suami dia akan berusaha dan mencobanya.
Perlahan Sofi membaringkan tubuhnya di sampung Faiz setelah membaca dia sebelum tidur, lalu memeluknya dari belakang. Kalau kemarin malam dia tak sengaja memeluk Faiz tapi malam ini dia dengan sengaja melakukannya dengan rela hati. Dengan harapan esok saat bangun Faiz tak marah lagi, dan memulai hari mereka dengan rasa bahagia.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Yeni Eka
Sofi hidupmu dikelilingi pria berinisial F
2022-12-21
0
Noni Kartika Wati
blok aja lah
2021-10-14
0
Mama amiinn Asis
💪💪
2021-06-28
0