Pagi hari itu setelah melaksanakan sholat subuh, buru buru Sofi pergi menuju dapur. Tak ada sesiapa disana, namun terdengar dari kamar mandi disampingnya ada suara. Mungkin ini lagi mandi, pikirnya.
Di dapur Sofi celingukan melihat lihat apa yang bisa dia lakukan di sana. Saat melihat piring dan gelas yang kotor, segera Sofi mengumpulkannya. Dibawanya menuju wastafel lalu mencucinya.
"Cieee, cieee,...pengantin baru! Pagi pagi dah di dapur, harusnya sih masih enak peluk pelukan dikamar! hihihi.." Sofi tersentak kaget, tiba tiba adiknya sudah berada dibelakangnya dan tanpa ba-bi-bu meledek dirinya. Senyam senyum gaje, membuat Sofi kesal saja.
"Apaan sih dek, dateng dateng ngagetin orang!" gerutu Sofi. Ia dengan usil menggenggam air lalu mencipratkannya pada muka adik yang baru selesai mandi, membuat Nisa memekik.
"Aaaa, mbak Sofi! Gak jelas banget sih!" Gerutu Nisa, ia mengusap mukanya yang basah. Sofi hanya menyebik lalu meneruskan pekerjaannya mencuci piring.
Yang pertama ia lakukan adalah menyabun gelas, setelah selesai baru ia menyabun piring. Nisa masih memperhatikannya dari samping, memperhatikan kakaknya dari atas sampai ke bawah.
Nisa juga dengan tak tahu malunya menyentuh rambut sang kakak.
Tidak basah.
"Mmmm, gimana kak! sukseskan malam pertamanya? ciee ciee!" Nisa berbicara sangat pelan. Adik Sofi itu terus saja menggoda kakaknya. Tak perduli jika kakaknya sudah memelototi dan merengut kesal. Bahkan Nisa juga menggelitiki pinggang kakaknya.
" Apaan sih Nis, ini lho piringnya hampir jatuh! geli tau. Lagian kamu tuh masih kecil, tabu kalau pengen tahu hal seperti itu, iiiih " Sofi dengan gemas mencubit tangan adik yang masih menggelitiki pinggangnya.
"Aduh sakit tau kak!"
"Rasain weeek! " Sofi menjulurkan lidah meledek adiknya. Nisa bibirnya bersungut sungut sambil mengelus tangan bekas cubitan kakaknya yang terasa sakit dan panas.
Keusilan Sofi terbit lagi, tangannya yang penuh busa sabun ia usapkan pada lengan adiknya tanpa Nisa bisa mengelaknya.
"Ihhh, mbak Sofi apaan sih. Aku laporin ke mas Faiz kalau mbak Sofi nakal sama akuuu!" sungutnya sebal.
Nisa, Khaerunnisa adalah adik Sofi satu satunya dengan perbedaan umur 5 tahun. Sekarang ini Nisa telah kuliah awal semester.
Saat ini Sofi memang berusaha menghindari suaminya dengan pergi ke dapur. Dan tengah menyibukkan diri untuk bersih bersih lalu lanjut membuat sarapan. Tapi diganggu dengan kehadiran Nisa.
"Kakak beruntung loh, dapat suami tampan dan kaya, yaa walaupun kakak terpaksa siih. Tapi aku yakin, kakak sebentar lagi pasti jatuh cinta dengannya." Nisa menatap mbaknya yang sudah selesai mencuci gelas dan piring. Lalu meraih serbet untuk mengelap tangan yang basah.
"Ingat ya kak! Lupakan itu kak Farhan, kakak sekarang sudah bersuami. Tak boleh mengingat ingat sang mantan! Buanglah mantan pada tempatnya!" kata Nisa sok bijak menurut Sofi. Mulutnya terkadang ember sekali.
Sofi lalu berdiri menghadap sang adik yang ia rasa sok bijak itu.
"Memangnya punya suami tampan dan kaya bisa menjamin hidup bahagia? Enggak dek! Sok tahu deh kamu!" sanggah Sofi dengan kesal Senaru menjitak kepalanya. Adiknya itu memang suka sembarangan kalau ngomong.
"Awwww!" rintih Nisa.
"Kalian sedang membicarakan apa?" Tiba tiba Faiz sudah ada dibelakang mereka membuat Sofi terkejut,
"sejak kapan dia disitu?" batin Sofi. Tapi Faiz datang disaat yang tepat, Untung saja, bagaimana coba kalau tadi aku bicara tentang Farhan, dan dia mendengarkannya! Sofi mulutnya komat kamit bermonolog sembari melirik adiknya.
Nisa diam sambil tersenyum, dan tanpa berkata apa apa langsung ngeloyor pergi dari dapur diiringi dari tatapan kesal Sofi. Dari kejauhan bahkan Nisa menoleh lagi, saat Sofi masih menatapnya ia menjulurkan lidah.
"Sayang!" Sofi merinding Faiz memanggilnya sayang, dia mendekat dan terus mendekati Sofi. Ingin rasanya Sofi lari dari tempat itu. Dia melirik disampingnya ada pisau dapur, dia berpikir bagaimana kalau dia memegang pisau itu dan mengacungkannya pada Faiz agar tak mendekat lagi? Tapi sebelum niatnya kesampaian, kedua tangannya telah diraih oleh Faiz dan mengaitkan jarinya diantara jari jari Sofi lalu menggenggamnya erat. Sofi geragapan, dan menunduk malu tak berani memandang suaminya dari jarak dekat. Ia yang hanya separas dada Faiz menatap kaos putih polos yang dikenakan suaminya, membayangkan tubuh berotot dan perut rata dibalik kaos itu.
"Ayo kita keluar jalan jalan!" ajaknya tiba tiba. Sofi mendongak, mata Faiz beradu dengan manik matanya, lalu Faiz tersenyum.
Sangat manis. Hingga Sofi terpana sesaat.
"Jalan jalan? kemana? " tanya Sofi lalu melengos.
Tak terima istrinya melengos, Faiz memegang dagu Sofi dengan tangsn kanannya dan sedikit mendongakkan wajah itu sehingga pandangan mereka bertemu.
Lagi. Hingga membuat jantung Sofi berdegup kencang.
"Iiih, kalau suami bicara itu jangan sambil melengos!" protes Faiz.
"Tadi mas berbincang dengan ibu di ruang tamu. Kata ibu, mas disuruh ngajak Sofi ke rumah paman Harun katanya, karena kemarin paman tidak bisa hadir di pernikahan kita." Terangnya kemudian.
"Haruskah kita kesana?" Tanya Sofi.
"Ya haruslah sayaaang! Mas kan sekarang sudah menjadi bagian keluarga disini. Jadi kita harus saling mengenal. Nanti kalau Sofi dirumah Mama, mas juga akan perkenalkan Sofi ke seluruh keluarga Mama dan juga Papa di sana. Lagipula kita besok jadi berangkat ke rumah mama, kapan lagi kalau tidak sekarang?"
"Nanti kita sarapan diluar aja ya?" Faiz mencubit hidung Sofi gemas hingga membuat Sofi mengaduh, lalu mengusap usap hidungnya. Wajah Sofi sudah merah seperti tomat.
Sofi diam, rasanya dia masih begitu canggung bila pergi berduaan dengan Faiz. Bukan karena dia tak pernah ngedate, berdua dengan laki laki. Tapi tentunya dengan dia, laki laki yang Sofi cintai. Bukan lelaki yang ada di depannya sekarang ini. Hatinya ingin memberontak. Tapi, apakah daya.
"Kalau Sofi merasa gak enak hati pergi berdua dengan mas kita ajak Nisa aja yuk!" tawar Faiz menyadari kalau Sofi sepertinya enggan berduaan dengannya. Sofi kaget merasa Faiz bisa membaca pikirannya, tapi kalau Nisa ikut dia bisa tahu kalau hubungannya dengan Faiz tak seperti yang seharusnya. Tapi Sofi berfikir ada baiknya kalau dia dan Faiz pergi berdua saja walaupun yang jelas dia merasa nervous.
"Eh tak usah mengajak Nisa, kita pergi berdua saja ya?" mata Faiz memicing memandang Sofi dengan heran.
"Benarkah? Apa nanti Sofi merasa gak nyaman lagi kalau kita pergi berdua?" Katanya meragukan Sofi. Sofi menghela nafas.
"Tadi malam mas bilang kalau kita harus saling mengenal dulu kan? bukannya ini waktu yang tepat. Kita bisa mencoba mulai sekarang! Let's give it a try then." kata Sofi meyakinkan Faiz.
"Seriously? yeeahh!" Faiz mengepalkan tangan kanan dan mengacungkannya keatas seperti baru memenangkan sebuah pertandingan, membuat Sofi tersenyum.
Sofi melepaskan tangan kirinya dari genggaman Faiz dan berlalu menuju kamarnya.
"Kita siap siap sekarang?" tanya Sofi pada suami yang berjalan mengiringinya.
"Iya boleh! boleh!" jawab Faiz gugup sepertinya dia tak percaya Sofi mau di ajak pergi berdua dengannya.
"Yess!" sekali lagi Faiz mengepalkan tangan penuh semangat. Haha.. ternyata Faiz orangnya ekspresif, dalam hati Sofi tersenyum. Ia cukup terhibur dengan tingkah suaminya.
"Mas, Kamu ada nggak baju kaus warna biru?" tanya Sofi pada Faiz sambil berjalan menuju kamar.
"Enggak, kalau kemeja sih aku ada warna biru. Kenapa? " jawab Faiz.
"Ah nggak jadi!"
"Hei janganlah begitu!" Faiz menghentikan langkah Sofi dengan menangkap pergelangan tangannya.
"Aku tadinya mau pakai kaus warna biru, dan mas kalau ada mauku pakai kaus biru juga. Jadi kita couple an, sepertinya lucu."
"Kalau begitu kita couple an pakai kaus hello kitty aja gimana?" tawar Faiz.
"Hah apa? Are you kidding me, pria ada kaus hello kitty?"
"I just had to have one, to be cute for my wife, " sambil berjalan dia bicara. Dan Sofi benar benar tak percaya dengan pernyataanya.
" Sebentar! mas ada baju hello kitty karena aku? darimana mas tahu kalau aku penyuka hello kitty.?" todong Sofi kemudian. Mereka berhenti berjalan.
"Mudah sekali mengetahui kalau sayangku ini penyuka hello kitty, Lihat saja, mulai dari tas, hp, laptop, boneka, kaus, bahkan sampai gantungan kunci pun bergambar hello kitty. Mama juga pernah cerita tentang itu, beliau tahu karena dia selalu memperhatikan kamu,"
Sofi manggut manggut.
"Issh, katanya mau pergi ayo cepat kita siap siap! Setelah nanti dari rumah paman, kita pergi shopping ke mall!" Mata Sofi membelalak sempurna. Tak percaya rasanya.
Namun kemudian Sofi tersenyum dan mengangguk, bisa bisanya suamiku ini membuat aku takhluk padanya. Mana ada perempuan yang menolak diajak shopping. Hehehe....
Sofi berharap ini adalah awal kedekatannya dengan sang suami, hmmm jadi berpikir nih. Berharap Faiz melakukan hal hal yang romantis, berharap ini adalah kencan halal pertama yang penuh kesan. Banyak sekali ya harapan Sofi.
Akhirnya mereka berdua pergi dengan memakai kaus couple hello kitty, walaupun tidak sama warnanya. Lucu sekali. Hmmm jadi ngiri nihh... kapaan ya aku diajak kencan sama kekasih halalku?😂😂😂😂.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Happy reading ya teman teman, jangan lupa tinggali jejak berupa like dan komennya ya, kalo mau vote juga boleh walaupun cuman 10 poin,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Yeni Eka
hebat nih suami kayk Faiz mau pke bju hello Kitty demi menyenangkan istri
2022-12-21
0
Kimyumi
hellow kity
2021-12-29
0
Abi Manyu
seumur' br dgr deh cowok pake hello kitty sedangkan anakku ciwo yg br kelas 4 SD aja anti sekali ma warna pink🤣🤣
2021-08-20
0