Brukk..
Maura terkejut, sebuah buku mendarat dengan tiba - tiba. Sengaja dijatuhkan oleh seseorang yang tengah berdiri di hadapannya saat ini.
"Vaya." Teriak Maura.
"Mengagetkan saja." Lanjutnya dan kembali dengan kesibukan yang sedang ia lakukan sekarang, membaca buku.
Vaya menggeser kursi dan ia duduk di hadapan Maura. Kedua tangannya bersila, tatapannya meminta penjelasan.
"Sejak kapan kamu kenal Rian." Tanyanya mulai menyelidiki.
"Sejak kemarin." Jawab Maura tanpa menatap Vaya.
"Kenapa kamu bisa diantar dia dan pulang bersama dia?"
"Dia yang menawarkan." Jawab Maura yang masih saja sibuk dengan bukunya.
"Kaukan bisa menolak."
"Kenapa harus menolak?" Tanya Maura dan sekarang menatap Vaya dengan bingung.
"Misimukan buat Gilang jatuh cinta."
"Lalu."
"Kenapa kamu harus dekat dengan Rian?"
Maura tersenyum mendengar ucapan Vaya sahabatnya itu.
"Kamu kenapa, jangan - jangan kamu suka Rian ya. Aku setuju kalau kamu suka Rian. Dia baik orangnya. Dibandingkan Gilang, benar katamu dia sombong."
"Hei.. bukan itu maksudku."
"Aku baru mengenalnya. Rian hanya bermaksud baik padaku, mau mengantarku. Itu saja.. Jadi kamu jangan buat kesimpulan yang berlebihan."
"Tapi, bukan itu maksudku."
"Sebentar handphoneku bunyi." Ucap Maura dan meraih handphonenya yang tergeletak di atas meja saat ini.
"Kamu di mana?"
"Aku di kantin, ini siapa?" Tanya Maura mengingat - ngingat siapa pemilik suara pria yang meneleponnya saat ini.
"Gilang." Jawabnya.
"Oh.. kenapa?"
"Jangan kemana - mana aku susul ke kantin."
Tut.. tut.. tut..
Gilang langsung mematikan teleponnya, tanpa menunggu sepatah kata dari Maura kembali dan Maura hanya bisa menatap layar handphonenya sekarang.
"Siapa?" Tanya Vaya.
"Gilang."
"Oh.. kapan kau akan mulai kerja dengannya."
"Hari ini." Jawab Maura.
Maura menutup bukunya tiba - tiba, ada rasa penasaran yang belum terjawab hingga sekarang. Kenapa hal ini bisa ia lupakan.
"Va, kenapa Gilang perlu asisten segala, memangnya dia sesibuk apa sih."
"Gilang enggak bilang apapun?"
"Enggak."
"Kau juga enggak bertanya?"
"Enggak."
"Berarti kau bodoh." Vaya tertawa menatap Maura. Kapan lagi dia bisa mengejek temannya ini bodoh.
"Enak saja, aku hanya lupa." Protes Maura.
"Kau sungguh tak mengenal Gilang."
"Kenapa aku harus mengenalnya, memangnya siapa dia?"
Vaya kembali tertawa, masih tak percaya dengan apa yang ia dengar dari Maura. ini sesuatu yang menyenangkan buatnya.
"Aku pergi, Gilang sudah datang." Ucapnya tiba - tiba dengan senyum yang membuat Maura bertanya - tanya.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku." Pinta Maura mencoba menghalangi kepergiannya.
"Tanya Gilang saja ya." Ucapnya dan pergi begitu saja. Beberapa detik kemudian Gilang sudah berdiri di hadapan Maura menggantikan posisi Vaya saat ini.
Maura menatap Gilang sekarang. Melihatnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pria di hadapannya kenapa terlihat bersinar. Seakan matahari menyoroti tubuhnya.
"Aku ingin bicara mengenai kontrak kita."
"Oke.." Jawab Maura masih merasa takjub menatap Gilang.
"Tidak di sini, terlalu ramai buatku."
Maurapun menatap sekelilingnya. Serasa banyak pasang mata menatap dirinya. Kenapa suasananya terasa sangat mencekam buat Maura.
"Aku setuju." Jawab Maura menyetujui ajakan Gilang.
"Ayo." Ajaknya.
Maura bergegas, merapikan beberapa buku yang tergeletak di atas meja saat itu. Menumpuknya menjadi satu. Memasukan handphone ke dalam tas dan saat hendak akan membawa buku miliknya, ada tangan lain yang mengambilnya terlebih dahulu.
Gilang membantunya dan melangkah terlebih dahulu meninggalkan tempat itu. Maura terdiam, melihat belakang punggung Gilang yang berlalu pergi membawa buku miliknya tanpa ada satu katapun yang keluar dari mulutnya.
"Kau akan tetap di situ." Ucapnya tiba - tiba saat berhenti melangkah dan sedikit menoleh ke belakang.
Pria ini berhasil membuat Maura terdiam karena sikapnya dan sekarang membuat Maura tersenyum dengan kata - katanya. Maurapun melangkah lebih cepat, menyusul langkahnya.
"Kita kemana?" Tanya Maura.
"Kita bicara di mobil saja."
"Oh.. oke."
"Kamu merasa ada sesuatu yang aneh tidak?" Tanya Maura.
"Maksudmu?"
"Aku merasa semua orang menatapku."
Gilang tersenyum mendengarnya dan kemudian berhenti melangkah saat tangan Maura meraih pergelangan tangan Gilang.
"Coba kau lihat, apa ada yang salah dengan tampilanku hari ini." Tanya Maura menunjuk dirinya sendiri.
Gilang terdiam, menatap Maura yang berdiri di hadapannya. Dengan wajah yang memohon jawaban dan kenapa terlihat manis.. dia kembali terlihat manis.
"Hei.. kenapa kau diam, aku sedang bertanya." Ucap Maura menghapus lamunan Gilang.
"Mungkin mereka hanya iri padamu." Jawab Gilang.
"Kenapa?"
"Karena kau bersamaku sekarang." Ucapnya berbisik di telinga Maura.
Maura terdiam, mendengar ucapan Gilang. Bagaimana bisa ada pria yang rasa percaya dirinya setinggi langit. Gilang melangkah begitu saja setelah memuji dirinya sendiri. Sedangkan Maura masih memandang dan tak percaya dengan apa yang dikatakan Gilang barusan.
"Kau akan diam di situ terus?" Tanya Gilang mengagetkan Maura.
"Cepat, aku perlu asisten yang cepat." lanjutanya.
Gilang tampak senang menggoda Maura. Sosok Maura terlihat begitu polos sekarang. Ada rasa yang membuat Gilang ingin terus mengganggu Maura. Rasa yang nantinya akan dirindukan olehnya.
.
.
.
.
Semoga suka dengan kisah Maura dan Gilang ya. 😘
Tinggalkan jejaknya dan likenya ya kak.
Di jadikan Favorite trus kasih Rate yang banyak. Supaya tambah semangat up nya.
💪😊
Semoga selalu setia membacanya dan menunggu upnya.
Mau likenya ya kak 😊
Mau ratenya juga ya kak😇
Mampir juga yuk ke novelku yang lain, judulnya "Cinta Pak bos."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Senajudifa
kutukan cinta dn mr.playboy hadir
2022-07-16
0
¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾
Cie Gilang lama2 nyaman nih dket2 Maura terus mah
2022-04-16
0
Asriluna
mengikuti jehakmu..heheee
2022-04-12
0