Bab 3 - SMAmu Adalah SMAku

Syut. . .

Juni menghentikan sepedanya dengan pelan. Sedangkan Risa sudah terlihat melepas sepatu rodanya.

"Syukurlah tidak terlambat!" celetuk Juni pelan sembari mengelus bagian dadanya.

Risa berdiri menatap gedung sekolah barunya, dan sama sekali tidak merespon keluhan sahabatnya. Dia tersenyum, memikirkan sesuatu di dalam benaknya. Juni yang menyaksikan berpura-pura tidak melihat, karena dia sudah sangat mengenal sahabat dekatnya itu. Juni tahu betul bagaimana emosionalnya Risa, meskipun gayanya terlihat tomboy.

"Juni!" pekik Irfan dari belakang, lalu berlari mendekat dan langsung merangkul Juni. Alhasil Risa pun menoleh ke pemilik sumber suara itu.

"Siapa?" Irfan melirik Risa yang sedang berada di samping Juni.

"Nanti juga kamu tahu! duluan saja gih ke kelas!" balas Juni sembari melepas rangkulan temannya yang berambut kribo itu. Irfan pun memasang wajah cemberut seraya menatap tajam Juni dan Risa. Kemudian dia segera beranjak pergi menuju kelas.

"Ayo!" ajak Juni yang memimpin jalan ke arah kantor guru.

"Ris kok jadi pendiam gitu, jadi aneh lihatnya! gugup ya?" tegur Juni, pada Risa yang saat itu tengah meremas-remas jarinya karena gugup.

Risa berdecak kesal dan segera mencubit lengan Juni yang penuh akan lemak. Dia berusaha memberikan sinyal pada sang sahabat agar segera menutup mulut. Juni pun terdiam, dan memasang wajah merengut. Membuat Risa sedikit terkekeh kala melihatnya.

Teng! Teng! Teng!

Suara bel tanda masuk kelas berbunyi.

“Kamu bisa sendiri kan bicara ke guru? apa perlu aku temani terus?" sindir Juni.

Risa memasang wajah percaya dirinya dan mendorong Juni dengan pelan, “Sana gih! aku bisa kok!” ujar Risa yakin.

“Oke, aku duluan ya!” Juni melambaikan tangannya dan segera berlari menuju kelas.

Seorang guru keluar dari kantor dan menegur Risa yang saat itu bersiap masuk ke kantor guru, "Hei! kamu kenapa nggak masuk kelas?"

"Anu Pak, mmm . . . saya murid pindahan," balas Risa gugup.

"Oh pantesan, rasanya Bapak belum pernah lihat kamu di sini," jawab guru yang sering di sapa Pak Diwan itu.

"Ya sudah ayo masuk dulu!" perintah Pak Diwan.

"Ada apa Pak?" seorang wanita menyapa Pak Diwan yang membawa Risa masuk ke kantor guru.

"Ini kita punya murid pindahan!" balas Pak Diwan pada wanita tersebut.

"Oh iya ya? kamu duduk di sini ya!" suruh wanita itu ramah.

"Oh iya Bapak lupa nanya nama kamu?" Pak Diwan menunjukkan tangannya ke arah Risa.

"Marisa Indriyani Pak," Jawab Risa dengan ukiran senyumnya.

"Oh Marisa. Kamu konsul sama Bu Tiwi dulu ya biar dipilihkan kelasnya!" kata Pak Diwan, Risa pun langsung mengangguk untuk mengiyakan. Setelah itu Pak Diwan tampak beranjak pergi membawa beberapa buku ditangannya.

***

Bu Tiwi menyuruh Risa mengeluarkan berkas-berkas untuk mengisi biodata keanggotaan sekolah. Dia juga menanyakan beberapa pertanyaan penting untuk Risa.

"Kenapa kamu pindah sekolah ke sini? padahal sekolah kamu yang dulu itu adalah sekolah ternama loh, dan pastinya lebih bagus dari sekolah ini," Bu Tiwi penasaran.

Risa terdiam mendengar pertanyaan tersebut, otaknya mencoba mencari-cari jawaban yang cocok untuk pertanyaan itu. “Karena . . . lebih dekat?” jawab Risa enggan.

Bu Tiwi mengangguk pelan, ketika mendengar alasan yang menurutnya tidak masuk akal itu. Sesekali dia memperbaiki kacamata yang hampir terjatuh, karena dirinya memiliki hidung yang tidak cukup mancung untuk menyangganya.

Hening terjadi beberapa saat. Risa hanya bisa menonton Bu Tiwi yang membolak-balikkan kertas-kertasnya.

Kala itu Bu Tiwi dibuat kaget dengan nilai sempurna yang tertulis di rapor milik Risa. Padahal tadinya dia ingin menanyakan alasan yang lebih tepat pada Risa tentang kepindahannya ke sekolah ini, tapi segera dia urungkan. Bahkan nilai kesopanannya sebagai murid juga tertulis sangat bagus. 'Guru di sekolah mana mau menolak seorang murid yang pintar seperti Risa!' pikir Bu Tiwi.

"Bu bukankah sudah telat, saya nggak mau telat di hari pertama," bujuk Risa sembari memberikan senyumannya yang manis, merunyamkan pikiran Bu Tiwi seketika.

"Ya sudah ayo ikut Ibu!" Risa langsung berdiri mengikuti Bu Tiwi untuk segera memasuki kelas barunya.

***

"Selamat pagi, Pak Diwan?" sapa Bu Tiwi seraya memanjangkan leher untuk menengok ke dalam kelas. Setelah itu Bu Tiwi langsung memberikan sinyal pada Risa agar segera masuk ke dalam kelas.

"Sini Marisa!" suruh Pak Diwan yang saat itu kebetulan mengajar di kelas yang Risa masuki.

Juni tertegun kala melihat Risa, dia menatap tajam sahabatnya. Berharap Risa menyadari keberadaan dirinya di kelas tersebut. Namun sepertinya Risa masih tidak sadar akan keberadaan Juni, karena posisi lelaki bertubuh berisi itu berada di bangku yang paling belakang.

"Nggak usah perkenalan ya, kalian tanyakan langsung ke orangnya saja kalau penasaran!" ucap Pak Diwan malas.

"Yah Bapak, perkenalan dong!" imbuh Agus sang ketua kelas dengan suara yang lantang. Alhasil semua murid pun ikut-ikutan memohon agar Risa segera memperkenalkan dirinya. Pak Diwan segera menatap Risa, untuk memberi sinyal pada gadis berambut pendek sebahu itu.

"Perkenalkan namaku Marisa Indriyani, bisa dipanggil Risa!" kata Risa singkat sembari memberikan sedikit senyuman.

"Sudah punya pacar?"

"Ini Deni Katanya suka kamu Hihihi"

"Nomor hp nya dong!"

Berbagai respon dari siswa-siswi di kelas itu, hanya membuat Risa sedikit menyeringai. Sedangkan Juni hanya bisa tertawa kecil kala melihat teman-teman sekelasnya itu ribut seperti biasa.

Akhirnya mata Juni dan Risa tidak sengaja bertemu, mereka pun saling tersenyum bangga. Menandakan keduanya merasa bahagia saat saling bertemu.

"Sudah, sudah! nanti kalian tanyakan sendiri. Kamu duduk di bangku kosong itu ya Ris!" Pak Diwan mencoba menenangkan kelas yang dipimpinnya. Hal itu sontak menghentikan interaksi antara Juni dan Risa.

Risa duduk di bangku kosong yang diberikan Pak Diwan untuknya. Sekali-kali dia tersenyum menyapa siswa-siswi yang memang berniat menyapanya. Gadis itu duduk satu baris di depan dari Juni, dan terhelat dua baris yang memisah keduanya. Dia menengok ke belakang untuk melihat sang sahabat.

Saat berbalik, Juni sudah menatapnya dengan senyuman lebar. Risa langsung menyeringai ketika menyaksikan senyuman yang menurutnya begitu menjengkelkan. Alhasil dia pun kembali memalingkan wajah dari Juni.

Plak!

Irfan menepuk pundak Juni. "Gila ya!" bisik Irfan dengan kekeh menjengkelkannya. Dia menegur Juni yang sedari tadi senyum-senyum sendiri. Hal itu sontak membuat Juni langsung berhenti tersenyum.

"Eh anak baru itu pacarnya Juni." Irfan menyebarkan gosip pada temannya yang lain dengan berbisik.

Plak!

Juni memukul bahu kiri Irfan dan memelototinya. Setidaknya dia berusaha menghentikan kabar burung yang disebarkan oleh temannya tersebut.

"Bener?" Agus yang tidak sengaja mendengar bisikan Irfan pun penasaran. Juni langsung menggeleng dengan kerutan di dahinya, yang sontak membuat Irfan tertawa geli. Lelaki berambut kribo itu seakan sangat puas dengan kejahilannya.

"Ah terlalu cantik dia buatmu!" sambung Agus lagi dengan seringainya. Irfan tiba-tiba merengut, Juni yang melihat ekspresi itu, berharap temannya tersebut mau membelanya.

"Memang orang cantik nggak bisa pacaran sama orang jelek?" bukannya membela, Irfan malah membuat Juni semakin geram.

Brak!

Juni pun melemparkan buku catatannya ke meja Irfan. Hingga menimbulkan suara yang lumayan keras, dan berhasil menarik atensi Pak Diwan yang saat itu sedang menulis di depan kelas.

"Siapa itu?!!" Pak Diwan memasang wajah masamnya.

Juni dan kawan-kawan hanya terdiam, dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Kala itu Irfan mengamati Agus dan Juni yang terdiam dan menundukkan kepala.

"Itu tadi saya Pak, ada lalat di meja saya!" celetuk Irfan mencoba memecah kesunyian.

"Haahaaha!" semua orang di kelas tertawa mendengar alasan yang tidak masuk akal itu.

"Sudah! sudah! kalau mau nangkap lalat di situ di tempat sampah! jangan di kelas!" Pak Diwan mencoba menahan tawanya dengan bersikap tegas. Semua siswa di kelas pun terdiam dan melanjutkan belajarnya.

Dalam waktu yang singkat Risa sudah bisa menyesuaikan diri dengan baik. Kepintarannya membuat sebagian murid semakin tertarik padanya. Meskipun begitu Risa masih merasa keinginan orang-orang yang ingin berteman dengannya adalah ilusi belaka. Sebab gadis itu tidak ingin mempercayai orang lain dengan mudah.

***

Teng! Teng! Teng!

Suara bel tanda istirahat berbunyi, Pak Diwan bergegas beranjak pergi dari kelas.

Risa berlari dan langsung duduk di samping Juni, yang saat itu sedang duduk di kursi panjang depan kelasnya. Juni dan kedua temannya pun berhasil dibuat kaget dengan kedatangan Risa.

"Ris, kamu nggak jadi ke kantin?" tanya Juni.

"Iya kok nggak jadi?" Irfan ikut bertanya.

"Nanti saja!" ungkap Risa.

"Cewek-cewek itu, sepertinya nggak seru!" bisik Risa ke telinga Juni, membicarakan teman-teman sekelasnya.

"Hah?" Juni langsung menyenggol Risa dengan sikunya, takut kalau Irfan dan Agus juga mendengar.

"Apanya yang 'HAH'?" Agus bertanya dengan wajah polosnya.

"Nggak kenapa-kenapa kok!" sahut Risa tersenyum.

“Kalau ketua kelas denger bisa kacau balau!” bisik Juni pada Risa. Namun gadis itu hanya bisa tersenyum kecut ketika mendengar bisikan sahabatnya.

Irfan yang sudah tahu cerita persahabatan Juni dan Risa tiba-tiba tersenyum jahat dan berkata, "Ris, kamu mau tahu Juni duduk di sini dan nggak jadi ke kantin?" Irfan mengangkat kedua alisnya. Hal itu pun sontak membuat Risa penasaran dan segera membulatkan matanya.

"Ameliaaaa. . . ooohh! Amell. . ." Juni segera menutup mulut Irfan yang bersenandung untuk mengejeknya. Agus yang paham dengan ejekan itu langsung tertawa geli.

"Apaan sih? Amelia?" Risa masih bingung, dia mengernyitkan dahi.

"Itu Amelia!" Agus menunjuk seorang perempuan berambut keriting yang tengah bermain voli.

Risa pun menilik lapangan voli untuk mencari gadis yang disebutkan oleh Agus. Hingga atensinya berhenti pada gadis cantik yang memakai kaos olahraga berwarna abu-abu. Risa menyeringai namun masih belum mengerti.

"Eh kalian apaan sih!" Juni mencoba mengelak dengan pipi mulai memerah.

Risa yang masih kebingungan, terus berusaha mencari jawaban di kepalanya. Raut wajahnya menampakkan dirinya sedang berpikir.

"Aduh Risa masa nggak paham sih!" keluh Irfan seraya menghentakkan sebelah kakinya. Perlahan Risa pun membelalakkan matanya. Dia menatap Irfan dan Agus sambil menganggukkan kepala dengan pelan.

"Eh jangan berpikiran yang macam-macam ya!" Juni menunjukkan jari telunjuknya ke arah Risa.

Risa, Irfan, dan Agus saling tertawa. Sedangkan Juni hanya bisa tersenyum kecut. Kepalanya tertunduk dengan pipi yang merah merona.

"Oh jadi seperti itu ya tipe cewekmu!" Risa menyenggol Juni dengan sikunya.

"Udah ah!" Juni yang sedikit jengkel, langsung berdiri dan pergi ke arah kantin.

***

Risa menggesekkan sepatu rodanya pelan sembari berpegangan erat di sepeda Juni. Hari itu panasnya sinar matahari begitu menusuk. Membuat Juni maupun Risa mengeluarkan keringat yang berlebih di tubuh mereka.

"Ris, jangan dekat-dekat Juni, dia bauu!" pekik Irfan yang lewat, dengan diboncengi oleh ayahnya menggunakan motor.

"HAIISS!!" Juni tampak geram.

"Hahahahahaaa!" Risa tertawa geli dengan memegangi perutnya.

"Wualah! kaya nggak pernah bau aja, semua manusia itu bau tahu!" gerutu Juni dengan nada yang tinggi.

"Aaaaaaa!" Risa memekik karena Juni tiba-tiba mencubit tangannya. Namun sepertinya usaha Juni gagal untuk membuat Risa menjauh.

"Seru ya!" celetuk Risa, dia berbicara dengan menatap ke depan.

"Bicara sama siapa?" tegur Juni, yang membuat Risa langsung menatapnya tajam.

"Sekolahnya yang seru, ah!" balas Risa dengan kerutan dahinya.

"Lebih seru dari sekolahmu dulu?" tebak Juni, yang segera dijawab Risa dengan satu anggukan.

"Kita ke minimarket yuk! aku mau beli camilan," ajak Juni, yang membuat Risa seketika membulatkan matanya.

"Jun, kalau nyokapmu tahu sudah berapa banyak uang yang kamu habisin hanya untuk makan, dia pasti. . ." ungkap Risa yang dilanjutkan dengan menggeleng tak percaya.

"Biarin, paling dia ngomel!" balas Juni santai.

"Idih! dasar pembangkang!" Risa menggertakkan giginya.

"Jadi bagaimana? ikut nggak ke minimarket?" Juni memastikan.

"Ikutlah!" sahut Risa tanpa berpikir lama.

Juni mendorong pintu kaca minimarket dengan pelan, yang di ikuti Risa dari belakang. Keduanya melihat-lihat beberapa camilan untuk di beli. Risa mengambil salah satu camilan rasa balado kesukaan Juni.

"Inikan?" tanya Risa yakin.

"Bosan ah!" respon Juni tak acuh. Hal itu sontak membuat Risa memasang kembali pelototannya pada sang sahabat. Juni yang melihatnya menyeringai, dia lagi-lagi kena cubitan dari Risa.

"Ris, kamu bisa kan nggak gitu lagi!" Juni memegangi lengan bekas cubitan Risa.

"Nggak!" bentak Risa yang membuat kasir minimarket seketika memusatkan perhatiannya kepada mereka. Juni dan Risa pun langsung tersenyum kecut dan sedikit menunduk untuk menyapa. Kasir berkumis tipis tersebut membalas senyuman dua sahabat itu sembari menggelengkan kepalanya.

Terpopuler

Comments

Peach 🍑

Peach 🍑

Hahahahahah aku suka 😍😍😍 cubit aja perut buncitnya Juni sampai bergetar kak 🤣

2021-03-20

2

Dinda Natalisa

Dinda Natalisa

Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.

2021-03-12

0

penahitam (HIATUS)

penahitam (HIATUS)

aku suka cerita anak sekolah bgini kak, jadi kangen masa skolahhh

2021-01-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1- Kesan Pertama
2 Bab 2 - Berangkat
3 Bab 3 - SMAmu Adalah SMAku
4 Bab 4 - Bully
5 Bab 5 - Gadis Yang Hilang
6 Bab 6 - Rumahku Bukan Surgaku
7 Bab 7 - Cerita Dina
8 Bab 8 - Kakak Kelas
9 Bab 9 - Diskusi Tiga Sahabat
10 Bab 10 - Kembalinya Dina Ke Sekolah
11 Bab 11 - Meyakinkan Juni
12 Bab 12 - Kekalutan Risa
13 Bab 13 - Keputusan Juni
14 Bab 14 - Hari Menuju Prom
15 Bab 15 - Latihan
16 Bab 16 - Prom
17 Bab 17 - Rencana Risa
18 Bab 18 - Tragedi Di Malam Prom
19 Bab 19 - Tragedi Di Malam Prom 2
20 Bab 20 - Pemakaman
21 Bab 21 - Perubahan
22 Bab 22 - Perceraian
23 Bab 23 - Puisi Risa
24 Bab 24 - Hari Kelulusan
25 Bab 25 - Pacar Pertama
26 Bab 26 - Kembalinya Risa
27 Bab 27 - Pernyataan Risa
28 Bab 28 - Tamu Spesial
29 Bab 29 - Risa dan Amelia
30 Bab 30 - Ciuman Risa
31 Bab 31 - Api Cemburu
32 Bab 32 - Terjebak Berdua
33 Bab 33 - Terjebak Berdua 2
34 Bab 34 - Tidur Bersama
35 Bab 35 - Spesial Visual
36 Bab 36 - Bertiga di Cafe
37 Bab 37 - Audisi
38 Bab 38 - Layang-Layang
39 Bab 39 - Perihal Kencan
40 Bab 40 - Dalam Benak Juni
41 Bab 41 - Amukan Risa
42 Bab 42 - Jantung Tak Mau Kompromi
43 Bab 43 - Pilihan Juni
44 Bab 44 - Perasaan Tak Terduga
45 Bab 45 - Kecurigaan Amelia
46 Bab 46 - Pengakuan Yang Harus Diurungkan
47 Bab 47 - Berakhirnya Kebohongan
48 Bab 48 - Makan Malam
49 Bab 49 - Maaf! Maaf! Maaf!
50 Bab 50 - Tiba Di Bali
51 Bab 51 - Bertemu Jay
52 Bab 52 - Night Market Sanur
53 Bab 53 - Festival Saling Benci
54 Bab 54 - Tenggelam
55 Bab 55 - Dress Baru Untuk Risa
56 Bab 56 - Lomba Makan
57 Bab 57 - Kembali Pulang
58 Bab 58 - Keputusan Amelia
59 Bab 59 - Kabar Buruk?
60 Bab 60 - Aku Mencintaimu!
61 Bab 61 - Kedatangan Jay
62 Bab 62 - Tidak Perlu Alasan
63 Bab 63 - Wacana Jalan-Jalan
64 Bab 64 - Wahana Ekstrim
65 Bab 65 - Dendam Juni
66 Bab 66 - Kencan Juni dan Risa
67 Bab 67 - Pancaran Kilat
68 Bab 68 - Penegasan Sebuah Hubungan
69 Bab 69 - Tertangkap Basah
70 Bab 70 - Minggu Pagi
71 Bab 71 - Kegelisahan Risa
72 Bab 72 - Curahan Hati
73 Bab 73 - Masakan Jay
74 Bab 74 - Apa Aku Sebuah Batu?
75 Bab 75 - Saudara Tiri Tak Terduga
76 Bab 76 - Hadiah Dari Mantan
77 Bab 77 - Bicara Perihal Nikah
78 Bab 78 - Tidak Romantis
79 Bab 79 - Permintaan Jay
80 Bab 80 - Kencan Bersama Jay
81 Bab 81 - Mogok
82 Bab 82 - Orang Ketiga
83 Bab 83 - Hampir Saja
84 Bab 84 - Ghosting
85 Bab 85 - Kepergian Jay
86 Bab 86 - Lakukan Sesuatu Untukku
87 Bab 87 - Memikirkan Matang-Matang
88 Bab 88 - Keinginan
89 Bab 89 - Kabar Mengejutkan
90 Bab 90 - Saran Agus
91 Bab 91 - Perpisahan Yang Tak Di Inginkan
92 Bab 92 - The Story Of Juni (Hadiah)
93 Bab 93 - The Story Of Risa (Cafe Milik Jay)
94 Bab 94 - The Story Of Juni (Cemburu)
95 Bab 95 - The Story Of Risa (Latte Art)
96 Bab 96 - The Story Of Juni (Kepindahan Rumah)
97 Bab 97 - The Story Of Risa (London Eye)
98 Bab 98 - The Story Of Juni (Menuju Audisi)
99 Bab 99 - The Story Of Risa (Memberitahu Jay)
100 Bab 100 - The Story Of Juni (Audisi)
101 Bab 101 - The Story Of Risa (Bertemu Direktur)
102 Bab 102 - The Story Of Juni (Viral)
103 Bab 103 - The Story Of Risa (Komentar Meresahkan)
104 Bab 104 - The Story Of Juni (Perjuangan)
105 Bab 105 - The Story Of Risa (Kabar Pertunangan)
106 Bab 106 - Hati Yang Serasa Dihujam Pisau
107 Bab 107 - Rencana Karma
108 Bab 108 - Gelagat Juni
109 Bab 109 - Berlari Namun Tak Bisa Lari
110 Bab 110 - Perjalanan Tak Terduga
111 Bab 111 - Menangis Bersama
112 Bab 112 - Hanya Berdua
113 Bab 113 - Bicara Kepada Tom
114 Bab 114 - Bicara Kepada Bayu
115 Bab 115 - Bangkit Bersama
116 Bab 116 - Wisuda Dan Pernikahan
117 Bab 117 - The Real Ending
118 Kesalahan
119 Kesalahan
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bab 1- Kesan Pertama
2
Bab 2 - Berangkat
3
Bab 3 - SMAmu Adalah SMAku
4
Bab 4 - Bully
5
Bab 5 - Gadis Yang Hilang
6
Bab 6 - Rumahku Bukan Surgaku
7
Bab 7 - Cerita Dina
8
Bab 8 - Kakak Kelas
9
Bab 9 - Diskusi Tiga Sahabat
10
Bab 10 - Kembalinya Dina Ke Sekolah
11
Bab 11 - Meyakinkan Juni
12
Bab 12 - Kekalutan Risa
13
Bab 13 - Keputusan Juni
14
Bab 14 - Hari Menuju Prom
15
Bab 15 - Latihan
16
Bab 16 - Prom
17
Bab 17 - Rencana Risa
18
Bab 18 - Tragedi Di Malam Prom
19
Bab 19 - Tragedi Di Malam Prom 2
20
Bab 20 - Pemakaman
21
Bab 21 - Perubahan
22
Bab 22 - Perceraian
23
Bab 23 - Puisi Risa
24
Bab 24 - Hari Kelulusan
25
Bab 25 - Pacar Pertama
26
Bab 26 - Kembalinya Risa
27
Bab 27 - Pernyataan Risa
28
Bab 28 - Tamu Spesial
29
Bab 29 - Risa dan Amelia
30
Bab 30 - Ciuman Risa
31
Bab 31 - Api Cemburu
32
Bab 32 - Terjebak Berdua
33
Bab 33 - Terjebak Berdua 2
34
Bab 34 - Tidur Bersama
35
Bab 35 - Spesial Visual
36
Bab 36 - Bertiga di Cafe
37
Bab 37 - Audisi
38
Bab 38 - Layang-Layang
39
Bab 39 - Perihal Kencan
40
Bab 40 - Dalam Benak Juni
41
Bab 41 - Amukan Risa
42
Bab 42 - Jantung Tak Mau Kompromi
43
Bab 43 - Pilihan Juni
44
Bab 44 - Perasaan Tak Terduga
45
Bab 45 - Kecurigaan Amelia
46
Bab 46 - Pengakuan Yang Harus Diurungkan
47
Bab 47 - Berakhirnya Kebohongan
48
Bab 48 - Makan Malam
49
Bab 49 - Maaf! Maaf! Maaf!
50
Bab 50 - Tiba Di Bali
51
Bab 51 - Bertemu Jay
52
Bab 52 - Night Market Sanur
53
Bab 53 - Festival Saling Benci
54
Bab 54 - Tenggelam
55
Bab 55 - Dress Baru Untuk Risa
56
Bab 56 - Lomba Makan
57
Bab 57 - Kembali Pulang
58
Bab 58 - Keputusan Amelia
59
Bab 59 - Kabar Buruk?
60
Bab 60 - Aku Mencintaimu!
61
Bab 61 - Kedatangan Jay
62
Bab 62 - Tidak Perlu Alasan
63
Bab 63 - Wacana Jalan-Jalan
64
Bab 64 - Wahana Ekstrim
65
Bab 65 - Dendam Juni
66
Bab 66 - Kencan Juni dan Risa
67
Bab 67 - Pancaran Kilat
68
Bab 68 - Penegasan Sebuah Hubungan
69
Bab 69 - Tertangkap Basah
70
Bab 70 - Minggu Pagi
71
Bab 71 - Kegelisahan Risa
72
Bab 72 - Curahan Hati
73
Bab 73 - Masakan Jay
74
Bab 74 - Apa Aku Sebuah Batu?
75
Bab 75 - Saudara Tiri Tak Terduga
76
Bab 76 - Hadiah Dari Mantan
77
Bab 77 - Bicara Perihal Nikah
78
Bab 78 - Tidak Romantis
79
Bab 79 - Permintaan Jay
80
Bab 80 - Kencan Bersama Jay
81
Bab 81 - Mogok
82
Bab 82 - Orang Ketiga
83
Bab 83 - Hampir Saja
84
Bab 84 - Ghosting
85
Bab 85 - Kepergian Jay
86
Bab 86 - Lakukan Sesuatu Untukku
87
Bab 87 - Memikirkan Matang-Matang
88
Bab 88 - Keinginan
89
Bab 89 - Kabar Mengejutkan
90
Bab 90 - Saran Agus
91
Bab 91 - Perpisahan Yang Tak Di Inginkan
92
Bab 92 - The Story Of Juni (Hadiah)
93
Bab 93 - The Story Of Risa (Cafe Milik Jay)
94
Bab 94 - The Story Of Juni (Cemburu)
95
Bab 95 - The Story Of Risa (Latte Art)
96
Bab 96 - The Story Of Juni (Kepindahan Rumah)
97
Bab 97 - The Story Of Risa (London Eye)
98
Bab 98 - The Story Of Juni (Menuju Audisi)
99
Bab 99 - The Story Of Risa (Memberitahu Jay)
100
Bab 100 - The Story Of Juni (Audisi)
101
Bab 101 - The Story Of Risa (Bertemu Direktur)
102
Bab 102 - The Story Of Juni (Viral)
103
Bab 103 - The Story Of Risa (Komentar Meresahkan)
104
Bab 104 - The Story Of Juni (Perjuangan)
105
Bab 105 - The Story Of Risa (Kabar Pertunangan)
106
Bab 106 - Hati Yang Serasa Dihujam Pisau
107
Bab 107 - Rencana Karma
108
Bab 108 - Gelagat Juni
109
Bab 109 - Berlari Namun Tak Bisa Lari
110
Bab 110 - Perjalanan Tak Terduga
111
Bab 111 - Menangis Bersama
112
Bab 112 - Hanya Berdua
113
Bab 113 - Bicara Kepada Tom
114
Bab 114 - Bicara Kepada Bayu
115
Bab 115 - Bangkit Bersama
116
Bab 116 - Wisuda Dan Pernikahan
117
Bab 117 - The Real Ending
118
Kesalahan
119
Kesalahan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!