Chapter 5

~Masa Lalu~

“Maria, temani Ibu hari ini ke ladang sawah ya, ngantar makanan dan minuman buat Bapakmu,” ucap seorang perempuan setengah baya yang berjalan dari arah dapur rumah.

“Iya Bu,” sahut Maria, si gadis manis berambut panjang yang mengepang rambutnya. Ia lalu menaruh gagang sapu yang sedang di pakainya untuk membersihkan bagian rumah yang seluruhnya terbuat dari kayu ulin tersebut.

“Ayo Nak, Bapakmu pasti sedang menunggu” ajak sang Ibu. Mereka berdua kemudian berjalan beriringan menuju ladang sawah yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah mereka. Saat perjalanan menuju ladang, mereka berdua berpapasan dengan Ammar. Pemuda tampan berkulit putih yang merupakan sahabat Maria sejak kecil.

“Ibu.. Maria.. mau kemana?” tegur Ammar yang saat itu menghentikan laju sepeda yang ditungganginya.

“Eh Tuan. Kita mau ke ladang, mau ngasih makanan sama minumana buat Bapak” sahut sang Ibu.

“Ya ampun Bu. Jangan panggil saya Tuan, panggil saja Ammar. Saya kan juga seusia anak Ibu,” ujar pemuda berusia 17 tahun itu dengan sopannya.

“I....iya baik Tuan, eh Ammar,” sahut Ibu Maria dengan terbata-bata. Maria hanya bisa tertawa ringan melihat sikap Ibunya tersebut.

Ya, Ammar memang anak orang kaya dan terkenal di desa itu, Ayahnya seorang jawara dan dukun sakti yang sangat ditakuti banyak orang. Ayahnya juga seorang makelar tanah yang cukup bengis. Sehingga tidak heran Ibu Maria sangat takut setiap kali berjumpa dengan Ammar. Ia takut membuat kesalahan dan membuat Ayahnya menjadi murka.

“Ammar, kamu mau kemana?” tanya Maria dengan enteng.

“Mau ngumpul sama anak-anak karang taruna di balai desa, katanya ada yang mau dibicarakan,” Jawab Ammar.

“Oh gitu.. nanti temani aku bikin tugas membuat barang dari limbah ya. Tugas dari Pak Syahrul. Aku bingung mau bikin apa,” ucap Maria.

“Oh ok deh beres, ya udah ya aku lanjut lagi. Duluan Bu, Mar..” ucap Ammar. Ia kemudian mengayuh sepedanya kembali dengan pelan.

“Hati-hati!!!” Seru Maria sambil melambaikan tangannya ke atas.

Ammar memang sangat berbeda dengan Ayahnya. Dia sangat dikenal dengan sikap baik dan sopannya di lingkungan sekitar. Meski berwajah tampan dan kaya raya. Dia tidak pernah jumawa dan membanggakan hartanya. Sehingga inilah yang membuat banyak orang sangat menyukainya, termasuk gadis-gadis kampung yang berlomba-lomba untuk mencari perhatiannya.

Waktu terus bergulir, sampailah Maria dan sang Ibu di ladang sawah yang terhampar luas. Disana ia dan Ibunya langsung duduk di gubuk tengah sawah yang hanya beratapkan daun rumbia tersebut. Melihat Suaminya masih bercocok tanam. Sang Ibu lalu berteriak, “Bapak! kesini! ini makanannya!” sambil menunjukan rantang yang sudah ia bawa.

Tidak lama kemudian datanglah sang Ayah. Pria tua itu terlihat lelah sambil menenteng cangkul di tangannya. Ia lalu duduk dan langsung meneguk minuman yang sudah di bawakan oleh Maria dan Ibunya.

Saat Maria sedang duduk santai menikmati udara di tengah sawah. Sang Ibu tiba-tiba berceletuk, “Mar, kalau bisa kamu jangan dekat-dekat lagi dengan Ammar. Ibu kurang suka.” mendengar ucapan Ibunya tersebut ekspresi Maria langsung berubah, ia terlihat sedih.

“Bu..Maafin aku, tapi aku gak bisa… Ammar itu sahabatku dari kecil, aku gak mungkin menjauhi dia” jawab Maria dengan nada rendah.

“Iya, Ibu ngerti. Tapi Ammar itu anak Pak Darma yang jahat dan bengis,” timpal Ibunya.

“Sudah lah Bu, kenapa kamu ingin memutus silaturahmi begitu. Ammar itu laki-laki baik, dia sering menolong Bapak, yang jelek sifatnya kan Pak Darma, Bapaknya. Bukan Ammarnya. Jadi biarkan saja mereka berteman,” bela sang Ayah yang tidak jadi menyuap nasinya. Mendengar Suaminya mengatakan hal tersebut, Ibu Maria tidak bisa berkata apapun lagi, dia hanya terdiam.

Di tempat lain…

“Kurang ajar si Sarif itu, berani-beraninnya dia menjual tanah dengan harga yang mahal kepadaku! bahkan dia tidak ingin menurunkan harganya sedikit pun! belum tau dia rasanya aku santet!!” ucap Pak Darma dengan nada marah kepada Istrinya di dalam kamar.

“Sabar lah Pak. Masa dikit-dikit main santet orang,” sahut istrinya menenangkan sang Suami yang sudah naik darah tersebut.

“Biarkan! memangnya kenapa!! nggak ada yang berani sama aku!!!,” bentak Pak Darma.

“Akan ku ritualkan kau Sarif!!! ku matikan kau!!” lanjut Pak Darma dengan nada yang lebih tinggi. Dia lalu berjalan keluar kamar dengan langkah kaki yang cepat.

Brak! Bunyi pintu kamar yang ia tutup dengan kerasnya. Melihat itu Bu Safwa, Istri dari Pak Darma hanya bisa terdiam, ia tidak bisa melakukan apapun.

“Banjo! Surya! Siapkan dua ular kobra dan kembang tujuh rupa. Bawakan ke tempat petilasanku di tengah hutan sana!” ucap Pak Darma yang kemudian pergi melangkahkan kakinya menuju hutan.

“Baik Tuan!” jawab Banjo dan Surya.

“Kayanya ada yang bakal di santet Pak Darma lagi nih,” bisik Banjo kepada surya.

“Sudah..sudah, nanti Tuan dengar. Habislah kita,” ujar Surya memberi tahu temannya itu. Mereka berdua lalu bergegas pergi dari halaman rumah Pak Darma.

*****

Di balai desa setelah rapat anggota karang taruna selesai, semuanya pun membubarkan diri, termasuk Ammar yang berjalan pergi mengambil sepedanya yang ia parkirkan di depan halaman.

“Ammar! Tunggu sebentar,” tegur Ahmad, salah seorang anggota karang taruna yang seusianya.

“Malam ini jadi kan bantuin bapak-bapak ronda?”

“Iya jadi kok."

“Sip lah. Oh ya mau ikut nongkrong dulu di rumah Udin?” tanya pemuda bertubuh kurus itu lagi.

“Duh, maaf banget sekarang lagi gak bisa Mad, soalnya udah janji sama Maria. Mau bantuin tugas sekolah dia.”

“Ciyeeee, perhatian banget sama Maria. Bilang aja lagi ke dia kalau kamu emang suka,” goda Ahmad kepada temannya itu. Ammar pun terkekeh, kulit wajahnya yang putih itu nampak memerah.

“Maunya begitu Mad, nanti deh ku coba,” gurau Ammar, sambil mempersiapkan dirinya untuk menaiki sepeda.

“ Iya deh hati-hati ya. Selamat memperjuangkan cintanya Hahah!” canda Ahmad. Ammar hanya tersenyum mendengar hal itu, ia kemudian menaiki sepedanya dan pergi meninggalkan Ahmad yang masih berdiri di depan balai desa.

Maria yang sudah pulang dari tadi menunggu kedatangan Ammar di depan rumahnya, ia nampak sudah rapi dan bersih. Beberapa menit kemudian sampailah Ammar di depan rumahnya.

“Mar!” tegur Ammar yang masih mengayuh sepedanya.

“Hei! Akhirnya sampai juga,” sahut Maria. Ammar lalu turun dari sepedanya dan memarkirnya di depan rumah Maria.

“Disini aja ya ngerjainnya,” ucap Ammar sambil menunjuk teras depan rumah Maria.

“Iya, emang disini kok,” sahut maria. Ia lalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil buku tugasnya. Tidak lama berselang keluar lah Maria.

“Ini lo tugasnya, aku bingung limbah apa ya?” ucap Maria menatap Ammar.

“Oh, cari sampah plastik aja lah Mar, nanti di bikin tas atau dompet,” jelas Ammar.

Perempuan berambut panjang dengan senyuman manis itu kemudian mengangguk paham.

“Iya sih, tapi susah bikinnya,” keluh Maria.

“Nanti aku bantu, yang penting sudah terkumpul sampah plastiknya,” jawab Ammar menenangkan Maria. Sedang asik mereka berdiskusi tiba tiba terdengar keributan dari arah samping rumah.

“Terkutuk kau Darma!!! tega sekali kau melakukan ini pada Suamiku!!!” terlihat seorang perempuan setengah baya terduduk lemas di teras rumahnya, ia berteriak histeris menangis di depan Pak Darma, Ayah Ammar.

“Itulah akibatnya kalau sok ingin melawanku! aku ini orang sakti! ajian ku banyak! jangan coba-coba berlagak menentangku!” bentak Pak Darma yang saat itu berdiri di depan wanita tersebut bersama para pendekengnya yang berada di belakang.

Melihat Ayahnya berada disana Ammar lalu bergegas pergi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

“Anak-anakku telah kehilangan Ayahnya! mereka menjadi yatim! ingat Darma, Allah tidak tidur!!!! suatu hari nanti kau akan memperoleh balasan yang setimpal !!! Kesedihan dan kemalangan akan selalu menimpamu dan seluruh keturunanmu! Bahkan hingga cicit-cicitmu sekalipun! ingat sumpahku baik-baik!!!!!” teriak perempuan setengah baya tersebut sambil terus menjatuhkan butiran air matanya.

“Sumpahmu itu hanya omong kosong!!! dasar wanita sinting!” bentak Pak Darma lagi.

“Sudahlah Pak, ayo kita pulang” bujuk Ammar sambil menarik tubuh laki-laki berperawakan tinggi besar tersebut. Pak Darma pun lalu menjauh dari tempat wanita itu, ia kemudian menaiki mobil Jeepnya bersama para pendekengnya.

“Ammar mau kemana?” tanya Pak Darma yang melihat anaknya berbalik arah setelah mengantarnya menaiki mobil.

“Ke rumah Maria Pak, ada tugas sekolah yang harus dikerjakan.”

“Em, baiklah. Ayo jalan” ucap Pak Darma menepuk pundak anak buahnya yang bertugas menjadi pengemudi mobil. Setelah Ayahnya pergi jauh, Ammar tidak langsung menuju rumah Maria melainkan ke rumah wanita setengah baya yang masih menangis histeris itu.

“Permisi bu..” ucap Ammar. Wanita itu nampak tidak mempedulikannya.

“Ibu… saya selaku anak, meminta maaf atas apa yang telah Bapak saya lakukan.” Sambil masih bercucuran air mata wanita setengah baya itu lalu menengok ke arah Ammar.

“Minta maaf?!!! Setelah Bapakmu menyantet suamiku dan membuatnya meninggal kamu datang untuk meminta maaf?!!!!!” bentak wanita itu. Ammar hanya terdiam, ia menyadari bahwa kesalahan yang dilakukan oleh Ayahnya sangat fatal.

“Tidak ada yang harus kumaafkan! dengar! sumpahku akan berjalan! lihat saja! kalian tidak akan bahagia!!!” teriak wanita itu sambil terus menangis.

“Ammar sini balik!!” panggil Maria di depan rumah wanita tersebut. Melihat Maria yang meminta dia untuk pergi, Ammar lalu berpamitan dengan wanita itu.

“Saya permisi dulu bu..Assalamualaikum..” ucap Ammar dengan sopan. Wanita itu tetap tidak acuh kepadanya. Ia lalu berjalan mendatangi Maria.

“Hei! Kalau orang lagi marah itu, jangan dibawa bicara. Biarkan dia tenang dulu,” saran Maria.

“Iya habisnya aku merasa nggak enak dengan Ibu itu,” sahut Ammar.

“Ya udah kamu pulang terus mandi ya Ammar, aku bisa kok ngerjakan tugas itu sendiri”

“Beneran Mar??” tanya Ammar dengan perasaan tidak yakin.

“Beneran.. pulang aja,” ucap Maria dengan tenangnya.

“Ya udah aku pulang, kalau masih bingung nanti kasih tau ya,” ucap Ammar dengan manisnya. Ia lalu menaiki sepedanya dan pulang menuju rumahnya.

Terpopuler

Comments

Nurhalimah Al Dwii Pratama

Nurhalimah Al Dwii Pratama

owh jd sumpah itu toch kasian gara" ayah nya amar bpanya ilham/anjani jd korbN dech ank"y cicit"nua

2021-12-29

1

Joulya Canceerine

Joulya Canceerine

next..

2020-12-25

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!