“Hallo abang dimana?” ucap Anjani di telepon yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan sang Kakak, ia ingin menceritakan kejadian mengerikan yang di alaminya tadi siang.
“Abang masih di kantor Dek. Kenapa? Mau minta di belikan gorengan ya?” jawab Aslam dengan lembut.
“Nggak. Abang jangan malam-malam pulangnya ya. Aku mau cerita,” rayu sang Adik.
“Iya bentar lagi Abang pulang kok. Ini Abang lagi beresin meja kerja Abang. Emang mau cerita apa Dek?”
“Nanti aja ceritanya kalau Abang sudah di rumah.”
“Iya udah deh, kalau gitu Abang siap-siap dulu ya.”
“Iya bang. Dah Abang.”
“Dah..” Aslam pun menutup telepon dari Adiknya itu.
Ia lalu mematikan komputernya dan merapikan berkas-berkasnya yang berhamburan di atas meja. Kebetulan malam itu tinggal ia yang tersisa di kantor, para karyawan lain sudah semuanya pulang sekitar setengah jam yang lalu. Dilihatnya jam di tangan pun sudah menunjukan pukul setengah sepuluh. Setelah selesai membereskan semuanya ia lalu mengambil tas kerjanya dan bersiap melangkah pergi.
Baru beberapa langkah ia meninggalkan meja kerjanya, dari arah dinding kaca pembatas diantara ruang kerja dan lorong jalan kantor, ia melihat penampakan sebuah tangan dengan kukunya yang runcing dan panjang muncul dari sisi sudut atas dinding kaca. Tangan itu bergerak ke atas dan ke bawah sambil menyentuhkan setiap jari-jarinya.
Tangan itu kemudian semakin turun hingga akhirnya berhenti ke bagian tengah sudut kaca. Tangan itu pun lalu semakin memanjang dan akhirnya memunculkan sesosok bayangan hitam bermata merah yang berjalan lurus menyusuri lorong jalan kantor.
“Apa itu…” tegur batinnya, dengan ekspresi melongo heran.
Seketika sosok itu membelokkan badannya ke hadapan Aslam. Kini hanya kaca pembatas antara ruang kerja dan lorong jalan kantor yang menjadi penghalang antara ia dan makhluk menakutkan itu. Tubuh Aslam mulai lemas, jantungnya seakan berpacu dengan keringat dingin.
Bayangan itu kemudian semakin maju dan maju seolah ingin menerobos dinding kaca pembatas dan mendekatinya. Melihat hal itu Aslam semakin tegang ia lalu memundurkan langkah kakinya hingga menabrak pot bunga berukuran besar di belakangnya. Saat sosok tersebut telah menyentuh kaca pembatas, sosok itu seketika saja melebur dan hanya menyisakan asap berwarna hitam pekat.
“Hah! Asap!” Aslam terkaget-kaget melihat hal diluar nalar itu.
Asap hitam pekat itu pun kemudian bersatu dan berputar-putar hingga akhirnya menghilang. Melihat hal demikian Aslam menghela nafasnya.
“Aku harus segera pergi dari sini,” ujarnya yang kemudian langsung berlari meninggalkan ruang kerja yang berada di lantai 13 tersebut.
Saat berjalan pergi dan melewati beberapa lorong panjang kantor, lampu-lampu di sekitarnya mendadak berkedap-kedip sendiri, ia merasa semakin cemas. Belum selesai sampai disitu saja malam mencekam itu semakin menegangkan ketika penerangan-penerangan di kantor tersebut seketika mati total. Kini seluruh ruangan benar-benar gelap.
“Ada apa lagi ini!” Gumamnya.
Ia benar-benar terkejut bukan kepalang. Detak jantungnya sudah tidak karuan, kedua kakinya pun terasa semakin lemas. Ia lalu mengambil gawainya dan menghidupkan mode senter dan meneruskan perjalanannya.
Ia berjalan perlahan sambil gemetaran memegang senter pada gawainya, karena listrik sedari tadi mati total, hal ini membuat membuat lift – lift yang ada di kantornya pun menjadi tidak ada yang bisa berfungsi, sehingga membuat ia terpaksa harus keluar dari kantor menggunakan anak tangga yang begitu banyaknya.
Setiap ruangan ia lewati dengan penuh was-was dan ketakutan, sesekali ia mendengar bisikan-bisikan aneh yang tidak jelas, kadang pula ia melihat penampakan perempuan berbaju putih melayang di depannya, manusia-manusia muka rusak yang meringis kesakitan di sudut-sudut ruangan kantor, bahkan yang membuatnya semakin aneh adalah ia melihat banyak anak-anak kecil bermain dan berlari lalu-lalang melewatinya.
“Apa yang terjadi sebenarnya. Kenapa aku bisa melihat makhluk-makhluk ini?!” Gumamnya dalam hati.
Sambil terus berjalan dengan perasaan takut akhirnya sampailah ia di luar kantor. Aslam langsung terduduk lemas di teras kantornya. Pak Jambrong salah satu security senior yang melihat Aslam terduduk pun kemudian mendekati dan menegurnya.
“Lah. Pak Aslam masih ada disini? tadi bukannya sudah pulang,” tanya pak Jambrong bingung.
“Pulang? Dari tadi saya ada di dalam ruangan Pak,” jelas Aslam.
“Tapi saya melihat bapak tadi keluar bersama karyawan yang lain,” terang Pak Jambrong.
Mendengar hal itu Aslam merasa terkejut. Seluruh tubuhnya merinding seketika.
“Nggak mungkin Pak, saya dari tadi nggak ada keluar,” sahut Aslam.
“Loh! Pak Aslam? Masih ada disini?” tegur Andi yang berjalan keluar dari arah dalam Kantor.
Ia adalah Security termuda berusia 24 tahun yang baru masuk kerja sekitar sebulan yang lalu.
“Iya. Kenapa Ndi?” heran Aslam.
“Saya tadi masuk kantor buat cek keadaan sampai lantai 14. Kok gak ketemu Bapak ya?” Tanya Andi yang terlihat bingung, Aslam merasa ada yang tidak beres.
Mengapa dua security yang ada di depannya ini memberi pernyataan yang menunjukan seolah-olah ia sudah pergi sedari tadi.
“Kamu sudah cek sampai ruangan saya? Jam berapa kamu cek?” Tanyanya yang ingin memastikan.
“Sudah pak. Saya cek setelah para karyawan sudah pulang sekitar jam Sembilanan, saya liat kursi bapak sudah kosong,” terang security muda itu meyakinkan Aslam.
Mendengar hal itu sekujur tubuhnya merinding lagi. Memang setelah para karyawan pulang. Para security akan melakukan tugas mengelilingi ruangan kantor hingga lantai 14 untuk memastikan semuanya baik-baik saja.
“Astaghfirullah,” sahut Pak Jambrong seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Merasa kondisi benar-benar tidak beres, Aslam pun berpamitan pulang kepada dua security tersebut.
“Ya udah Pak Jambrong, Andi saya pamit pulang duluan,”
“Oh iya, hati-hati di jalan Pak,” sahut Andi serta Pak Jambrong yang menganggukan kepalanya.
*******
“Ting Tung"
“Sebentar!” Sahut Anjani dari dalam.
“Eh. Abang! Akhirnya pulang juga,” seru Anjani sambil membukakan pintu rumah berwarna coklat itu.
“Maafin Abang ya Dek, pasti kamu nunggu lama banget,” sahut Aslam sambil berjalan masuk dan kemudian duduk di sofa berwarna putih tersebut.
“Lama nunggu gimana Bang? Gak lama kok aku nunggunya. Jam 10 aja belum, kan terakhir kali aku nelpon Abang itu jam setengah sepuluh,” ungkap Anjani yang kemudian menyusul duduk di sebelah kakaknya itu.
“Masa sih Dek???” tanya Aslam yang merasa keheranan.
“Iya Bang… coba cek jam tangan Abang.” Aslam lalu mengecek jam tangannya dan ternyata memang benar waktu menunjukan pukul 09:45 malam.
Ia benar-benar keheranan, karena menurutnya ia di kantor tadi cukup lama, di tambah gangguan-gangguan yang membuatnya kadang kala harus terhenti.
“Emangnya ada apa Bang?” tanya Anjani heran sambil memandangi wajah kakaknya yang terlihat pucat dan penuh keringat itu.
“Nggak papa Dek. Oh ya Ibu kemana?” tanya Aslam sembari memandang ke arah sekitarnya.
“Ibu lagi ke rumah Tante Galuh, tadi perginya pakai taksi online.”
“Buat apa dek? Malam-malam begini?”
“Gak tau Bang. Bang aku mau cerita boleh gak?”
“Iya boleh aja. Cerita apa?”
“Jadi Bang. Sehabis ujian di sekolah tadi aku pergi ke perpustakaan daerah sama Lia tapi anehnya sampai disana Lia malah linglung, dia bilang dia gak ada ajak aku kesana, yang dia ingat terakhir kali dia ketemu aku di depan kelas. Trus ya Bang, setelah Lia cerita itu aku liat ada sosok perempuan serem banget, perempuan itu makin mendekat dan mendekat ke aku sampai akhirnya dia ada di depan wajahku Bang, sambil teriak mati kau gitu” tutur Anjani dengan ekspresi wajah serius.
“Kok bisa Dek??? Terus kamu nggak papa kan?” tanya sang Kakak yang terlihat khawatir.
“Aku teriak-teriak nggak sadar gitu kata Lia, aku baru sadar setelah banyak petugas perpustakaan yang datang. Sampai rumah badanku langsung menggigil Bang tapi sekarang udah gak papa sih,” terang Anjani.
“Dek, jujur ya. Abang juga mengalami gangguan supranatural di kantor tadi,” tambah Aslam.
“Astaga!!! yang bener aja Bang! gimana ceritanya!!” timpal Anjani dengan ekspresi kagetnya.
“Kurang lebih seperti kamu lah dek. Ya udah ya Abang mau mandi air hangat dulu. Badan Abang rasanya gak enak banget,” sahut Aslam yang kemudian bangun dari tempat duduknya dan beranjak pergi menuju kamar mandi.
Mendengar hal itu Anjani hanya terdiam ia termenung memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Tabrani Murtado
mampir thor, kaya y seru
2022-08-23
1
Dila Humayra
kayaknya seru nich,,aq penyuka cerita horror
2021-02-17
1
Yusuf Zaki
ceritanya seru bangeeeet
2021-01-21
1