KARMA BERDARAH

KARMA BERDARAH

Chapter 1

Ilustrasi Tokoh :

Aslam. Pemuda tampan dan sukses yang sangat menyayangi keluarganya.

Anjani. Adik Aslam yang cukup manja.

Maria dan Ammar. Ibu dan Ayah. Aslam, Anjani yang saling mencintai.

Galuh. Kakak dari Ayah Aslam dan Anjani yang misterius.

Lia. Sahabat dekat Anjani yang super perhatian.

*********

Dengan nafas terengah-engah Ammar, Maria, dan anak mereka yang masih berusia delapan tahun Aslam, berlari begitu kencang menuju ke balik pohon besar yang ada di tengah hutan.

Di pohon besar itu mereka bersembunyi dan beristirahat sambil menyenderkan tubuh masing-masing.

“Sayang, cepat lari bawa Aslam! aku disini saja menghalau Ayah!” pinta Ammar, laki-laki berperawakan tinggi besar yang langsung terbangun dari istirahatnya.

Ia menatap tanpa berkedip sembari memegang pundak sang Istri, terlihat jelas dari sorot matanya penuh dengan kekhawatiran, bibirnya pun bergemetar.

“Nggak! kita menikah untuk selalu bersama! nggak ada istilahnya meninggalkan Yah!” sahut Maria, wanita berwajah manis itu yang diiringi linangan air matanya.

“Dengerin aku! Aku nggak mau kalian kenapa kenapa. Cepat pergi, aku akan menghalau Ayah disini! tunggu aku diujung desa, jika dalam beberapa menit aku tidak kembali kamu dan Aslam harus segera pergi dari sini!!" paksa Ammar, “Tapi Yah…” potong Maria.

“Sudah! Dengarkan saja apa kataku! pikirkan Aslam dan bayi kita yang ada di dalam kandunganmu. Cepat pergi!” tegas Ammar seraya menunjuk ke arah ujung desa.

“Ayah!!!!!!!!” teriak bocah berkulit putih itu menunjuk ke arah belakang Ayahnya. Mendengar teriakan sang Anak, Ammar kemudian membalikkan tubuhnya.

Betapa terkejutnya ia, terlihat cukup dekat sesosok makhluk tinggi besar berbulu hitam dengan taringnya yang tajam menatap mereka dengan mengerikan.

Makhluk itu menjulurkan lidahnya yang panjang hingga menyentuh dasar tanah yang kering.

“Lari Cepat!!!!!!!!!!” bentak Ammar kepada Anak dan Istrinya.

Dengan air mata yang berlinangan, Maria terpaksa harus meninggalkan sang Suami yang dicintainya itu bersama makhluk menakutkan tersebut.

*******

*17 tahun kemudian*

“Selamat ulang tahun anak-anakku sayang…” ucap Maria berjalan mendekati anak-anaknya yang sedang menonton TV di ruang tamu berukuran sedang itu.

Ia membawakan dua kue ulang tahun kecil berwarna putih buatannya yang ditengahnya telah ia letakkan lilin bertuliskan angka 25 dan 17.

Aslam dan Anjani, kedua Kakak Adik ini memang memiliki tanggal lahir yang sama, bahkan lahir di hari dan jam yang sama pula, hanya tahun saja yang membedakan mereka berdua.

Maria kemudian mendudukan tubuhnya di sofa dan menaruh kue-kue tersebut di atas meja. Kedua kaki beradik itu lalu duduk dengan posisi rapi menghadapi kue mereka masing-masing.

“Barengan Bang niupnya,” ajak Anjani.

“Iya deh. Bu tolong hitung kan ya,” ucap Aslam menatap sang Ibu.

“Baiklah. 1 2 3!!” hitung Maria.

“Fuhhhhhh” tiup mereka bersama-sama.

Tak! Tiba-tiba saja lampu rumah mereka mati total. Keadaan menjadi gelap gulita. Aslam kemudian bergegas menghidupkan senter pada gawainya.

“Ya ampun kok tiba-tiba mati lampu sih,” gumam Maria.

“Ya sudah bentar Bu. Aku liat sekringnya dulu,” ucap Aslam. Ia kemudian berdiri dan berjalan ke area luar pelataran rumah.

Saat di area pelataran, ia begitu terkejut melihat seluruh rumah tetangganya tidak ada yang mengalami pemadaman listrik.

“Astaga.. kenapa cuma rumah kami saja yang mati begini,” gumamnya.

Ia kemudian kembali masuk ke dalam rumah untuk memberitahukan hal tersebut kepada keluarganya.

Hampir beberapa langkah lagi ia mendekati Adik dan Ibunya, penerangan rumah berukuran sedang itu mendadak menyala kembali.

Saat penerangan itu menyala, Aslam merasakan ada sesuatu yang aneh. Seketika banyak hembusan angin yang tanpa henti melewati bagian samping kiri dan kanannya.

Ia juga merasakan seperti ada seseorang yang sedang mengintipnya dari balik jendela dan saat ditolehnya ia tidak melihat siapapun disana, kecuali tanaman Ibunya yang nampak bergerak-gerak. Seolah ada yang sedang memainkannya, dengan terheran-heran ia terus memperhatikan tanaman tersebut tanpa berkedip.

Tiba-tiba sebuah suara lembut memanggil namanya.

“Aslam..” tegur Maria.

“Eh, iya Bu..”

“Kok melamun Nak, sini potong dulu kuenya.”

“Iya Bu…” sahut Aslam, ia kemudian duduk bersila disamping sang Adik dan mereka pun kemudian memotong sedikit bagian kue lalu menaruhnya di atas piring kecil dan memberikan potongan pertama kue tersebut kepada sang Ibu.

“Terimakasih Nak..” ucap Maria dengan raut bahagianya.

“Andai saja Ayah masih ada mungkin potongan kue ini salah satunya akan aku berikan kepada Ayah,” celetuk Anjani memandang ke arah kue yang sedang ia potong itu.

Mendengar apa yang diucapkan Anjani seketika semuanya menjadi hening.

Aslam yang sedang memotong kue miliknya dan Maria yang hendak menyuap kue yang diberikan anak-anaknya itu pun langsung terhenti seketika. Maria lalu menaruh piring kecil yang berisi potongan kue tersebut di atas meja.

“Ibu mau ke kamar dulu,” ucapnya dengan lesu. Ia lalu berjalan pergi meninggalkan Aslam dan Anjani yang hanya terdiam menatapnya.

“Kamu sih Dek, kan sudah tau Ibu paling gak bisa kalau ada sesuatu yang berhubungan dengan Ayah,” tegur Aslam kepada Adiknya itu.

“Iya maaf Bang aku lupa..” Jawab Anjani memandang kakaknya itu dengan penuh penyesalan.

Sementara di dalam kamar Maria hanya duduk di pinggir ranjangnya sambil menatap foto pernikahan dirinya dan sang Suami. “Bayi mungil kita sudah besar sekarang Yah.. Dia sangat ingin sekali bertemu denganmu,” ucapnya dengan air mata yang seketika jatuh ke pipi.

********

Malam semakin larut, jam dinding pun telah menunjukan pukul 12. Malam ini seperti malam-malam biasanya, sebelum tertidur Anjani selalu membuka gawainya dan berselancar ke berbagai sosial media.

Tak lupa ia juga menonton beberapa video Youtube kesukaannya, hingga ia pun memutar beberapa musik klasik dan akhirnya tertidur.

“Hati-hati….” ucap sesosok pria tua tanpa menggunakan kaos dan hanya menggunakan celana selutut berwarna coklat kubas,dengan wajah yang terlihat sangat lelah dan kantung mata yang sangat cekung pria tua bertubuh kurus itu berdiri jauh di depannya, di antara rimbun pepohonan.

Dari arah belakang pria tua tersebut, muncul sesosok makhluk hitam besar dengan mata yang merah menyala beserta taring dan lidah panjangnya menjilati seluruh tubuh pria tua itu.

Tidak lama kemudian makhluk besar beserta pria tua tersebut menghilang diantara kabut putih yang menyelimuti pepohonan.

“Astaga! Ternyata cuma mimpi,” ucap Anjani yang seketika terbangun dan menyadari bahwa dirinya masih terbaring di atas kasurnya yang empuk.

*********

Pagi pun tiba, suara burung-burung kecil terdengar sangat merdu merasuk ke telinga. Sinar mentari memantulkan cahayanya dan mulai memasuki cela-cela bagian atas jendela.

Alam pun terlihat sangat bersahabat, sedari tadi udaranya begitu nyaman dan membuat siapapun yang terbangun menjadi lebih bersemangat.

Tok tok tok! terdengar bunyi ketukan pintu. “Anjani bangun nak udah jam setengah tujuh ni. Hari ini ujian pertama kamu!” seru Maria dari luar kamar.

Mendengar suara Ibunya, Anjani seketika terbangun, “Astaga! Ujian!” ia pun bangun dari kasurnya dan berlari kencang menuju kamar mandi.

Setelah membersihkan seluruh tubuh dengan kecepatan yang begitu kilat, Anjani langsung berjalan menuju kamar sang Kakak.

“Abanggg bangun Banggg cepetan antar aku! Hari ini aku mau ujian!!” teriaknya dari luar kamar sambil terus mengetuk pintu Kakaknya tersebut.

“Ya ampun Dek, gak usah kencang-kencang ketuk pintunya, Abang sudah bangun dari tadi” ucap Aslam dengan sabar membuka pintunya.

“Ya udah cepetan Bang aku hampir telat ni!” desak Anjani yang kemudian langsung berlari menuju ruang makan.

Di ruang makan ia hanya meminum secangkir teh panas dan satu buah roti kesukaannya, “Adek.. Kamu jangan makan roti aja nanti bisa pusing. Ayo makan nasi sama ikannya dikit..” tegur Maria kepada putrinya itu.

“Gak mau Bu. Nanti telat,” sahut Anjani sambil mengunyah rotinya dengan terburu-buru.

“Dek! Ayo!” seru Aslam yang datang dari arah belakang. Ia nampak sudah rapi dengan pakaian kantornya sambil berjalan mendekati sang Ibu.

“Makan dulu Nak,” ucap Maria dengan lembut.

“Aku makan di kantin kantor aja Bu. Kasian Anjani nanti telat,” sahut Aslam, ia kemudian mencium tangan Ibunya dan berjalan cepat ke arah depan meninggalkan Adiknya yang masih sibuk mengunyah roti.

“Bang bentar Bang!!!” teriak Anjani yang kemudian lari terburu-buru mengejar kakaknya tersebut sambil terus mengunyah roti dan menjinjing tas slempangnya.

“Buuuu pergi dulu!! Assalamualaikum!!” teriak Anjani dari dalam mobil.

“Waalaikumsalam, hati-hati ya!” sahut Maria sambil berjalan ke arah luar rumah.

Terpopuler

Comments

MiawNa

MiawNa

serem

2022-03-07

1

Tanha Dil Se

Tanha Dil Se

Iihhhh serem ah kayaknya

2021-04-25

1

Naufal Longgi

Naufal Longgi

baru mulai udah seru nih

2021-02-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!