Chapter 2

~Di depan gerbang sekolah~

“Dek nanti pulang pakai Grabbi aja ya.. Abang hari ini rapat sama Boss sampai malam.. Uangnya ada gak?”

“Oh..Ada kok Bang, kemarin kan baru Abang kasih.”

“Ya udah kalo gitu sana masuk kelas, 15 menit lagi mulai ujian"

“Asiappp Abang ganteng! Assalamualaikum!” sahut Anjani dengan gaya tangan menghormat.

Aslam terkekeh, “waalaikumsalam...” sahutnya dengan lembut sambil terus tersenyum melihat tingkah adiknya.

Anjani lalu membuka pintu mobilnya dan langsung berlari menghampiri teman-temannya yang terlihat sedang berjalan masuk menuju sekolah.

*********

Di dalam rumahnya Maria sedang sibuk mencuci piring dan gelas-gelas yang kotor. Tiba-tiba saja terdengar bunyi telpon rumahnya berdering dengan nyaring.

–Tlililit-Tlililit –

Mendengar bunyi itu ia lalu meninggalkan cuciannya dan bergegas menuju sumber bunyi tersebut.

“Hallo, Assalamualaikum..”

“Hallo..” ( 5x)

“Astaghfirullah siapa ini?!” ucap Maria sambil terus memegang gagang telpon yang di tempelkan di telinganya.

Ia heran, bingung dan juga takut karena tidak ada suara siapapun pada panggilan itu, yang terdengar hanya suara cekikikan aneh yang begitu menakutkan.

“Si..Siapa ini!! Jangan main-main!!” lanjutnya lagi.

Merasa kesal, Maria pun kemudian menutup panggilan tersebut dan berjalan kembali menuju dapur.

Baru beberapa langkah ia meninggalkan posisinya, tanpa di duga deringan telelpon terdengar kembali. Ekspresi Maria nampak terheran-heran, kedua alisnya saling bertautan, ia pun terdiam sebentar memandangi telpon tersebut.

- Tlililit-Tlililit-

Suara dering telpon dari arah yang lain terdengar. Bunyi tesebut berasal dari arah ruang tamu. Kini ada dua telpon berbeda yang berdering secara bersamaan yaitu telepon yang berada di ruang keluarga dan telepon yang berada di ruang tamu.

Melihat hal itu Maria kebingungan, ia lalu berlari meninggalkan telepon yang berdering di depannya dan berjalan menuju ke arah ruang tamu.

“Hallo.. Assalamualaikum..”

Suara cekikikan itu terulang kembali dan diiringi dengan suara desahan aneh yang membuat sekujur tubuhnya merinding.

Sontak ia pun terkejut dan meloncat ke belakang sehingga tanpa sadar melempar gagang teleponnya sampai terjatuh ke bawah meja.

Pada saat yang bersamaan foto dirinya, Anjani dan Aslam yang tergantung di atas TV ruang tamu tiba-tiba saja jatuh dan pecah dengan sendirinya.

“Ya Allah.. Ada apa sebenarnya ini..” gumamnya dalam hati.

*******

Anjani mumpung kita pulang cepat, temenin aku ke perpustakaan daerah bentar yuk,” kata Lia, hijaber cantik teman dekat Anjani yang sudah ia kenal sejak SMP.

“Ngapain kesana? mending kita nongki-nongki di depan rumahnya si Soleh, mumpung manggannya lagi banyak hahaha!” canda Anjani.

“Udah sering kita ke rumah Soleh makanin mangga dia, sekarang temenin aku sebentar aja ke perpustakaan daerah,” paksa Lia sambil merangkul pergelangan tangan temannya itu.

“Iya iya deh..” sahut Anjani dengan pasrah.

Mereka berdua kemudian menuju parkiran sekolah dan pergi menggunakan sepeda motor milik Lia, dengan posisi Lia yang berada di depan dan Anjani yang berada di belakang.

Setelah hampir 20 menit mereka menempuh perjalanan, sampailah mereka di perpustakaan daerah tersebut. Mereka melakukan tahap registrasi terlebih dahulu. Setelah semuanya selesai mereka berdua kemudian langsung masuk dan mulai berkeliling menyusuri setiap lorong perpustakaan.

“Lia, kamu nyari apa sih sebenarnya?”tanya Anjani heran, sambil terus menguntil sahabatnya itu. “Nggak papa mau baca buku aja,” terang Lia seraya terus melihat-lihat ke sekelilingnya.

“Tumben baca buku kamu, biasanya dandan aja kerjaannya,” ejek Anjani. Saat sedang fokus melihat buku-buku di perpustakaan tersebut, tiba-tiba saja sebuah buku bewarna coklat tua yang terlihat usang terjatuh dari rak buku bagian atas.

“Eh, buku apaan ni.. Judulnya Peng-huni Hutan Kalimantan,” Eja Anjani. Seketika raut wajah Lia berubah menjadi tanpa ekspresi sambil berucap “Penting untukmu.. Baca Anjani, duduklah disana” dengan wajah datarnya.

“Penting apaan. Kita kan tinggal di Jakarta bukan Kalimantan,” remeh gadis berambut panjang sepinggang itu.

“Baca saja. Suatu saat akan penting untukmu,” sahut Lia dengan nada dan wajah yang tetap datar.

Melihat temannya yang begitu memaksa, Anjani pun mengalah. Ia mulai mencari tempat yang nyaman kemudian duduk dan mulai membaca.

Ia membaca setiap lembar halaman buku tersebut dengan cukup serius. Buku tersebut berisi pengetahuan luar biasa tentang pedalaman hutan Kalimantan yang tidak pernah ia baca atau ia lihat sebelumnya.

Setengah jam berlalu Anjani masih sibuk membaca setiap lembar buku tersebut tanpa terlewatkan selembar pun, tiba-tiba dari arah samping Lia datang berjalan mendekatinya.

“An.. Anjani…” tegur Lia sambil menepuk pundaknya.

“Apaan Lia,” sahut Anjani yang terlihat sedikit risih karena merasa terganggu.

“Kita ngapain disini?” tanya Lia heran.

“Lah. Kamu sakit ya? kan kamu yang ngajak aku kesini tadi,” jawab Anjani sambil mengkrenyitkan dahinya.

“Kapan juga aku ngajak kamu kesini, kan kamu tau aku paling nggak hobi ke tempat buku,” terang Lia. “La iya, tapi tadi kamu yang paksa aku kesini..” lanjut anjani.

“Ya Allah. Sumpah deh aku nggak ngerasa sama sekali,” ucap sahabatnya itu sambil mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengahnya.

” Lia.. nggak lucu deh kamu ini..” ucap Anjani yang mulai terlihat takut.

“Ngapain sih aku bercanda, gak liat ya mukaku serius begini,” sahut Lia sambil membelalakkan matanya.

“Kok bisa gini sih...”

“Nggak tau juga. Seingatku tadi terakhir kali aku ketemu kamu di depan kelas, tapi waktu aku berdiri disamping rak buku disana aku baru sadar. Kok bisa aku ada disini? Aku jadi kaya orang linglung gitu, nah waktu aku mau keluar, aku kaget liat kamu duduk sambil baca buku disini, ya udah aku deketin aja kamu,” perjelas Lia.

“Kok bisa ya..” ujar Anjani sambil mengkerutkan keningnya. Saat sedang serius mendengarkan penjelasan Lia, tiba-tiba muncul di belakang sahabatnya itu sesosok perempuan muda berambut panjang terurai menggunakan pakaian layaknya gadis suku pedalaman Kalimantan berdiri menghadapnya, perempuan itu menundukkan wajahnya dan kemudian secara perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan memandang Anjani dengan tatapan jahat.

Netranya terlihat menghitam keseluruhan dan bibirnya berwarna putih pasi. Perempuan misterius itu kemudian tersenyum datar kepada Anjani dan perlahan-lahan mendekatkam wajahnya yang mengerikan itu ke hadapan Anjani. Ia pun mulai membuka mulutnya dan berteriak “mati kau!!”

“Aaaaaaaaaaaaaaaa.. menjauh!!” jerit Anjani terpelungkup di atas meja perpustakaan.

“An!Anjani!! sadar! buka mata kamu! kamu kenapa!” pekik Lia yang terus menggoyang-goyangkan tubuh sahabatnya tersebut, hingga mengundang beberapa petugas perpustakaan serta orang-orang yang ada di perpustakaan itu mendekati mereka. Tidak beberapa lama kemudian Anjani pun tersadar.

“Ada apa ini Dek?” tanya seorang petugas yang masih terlihat muda.

“Nggak papa Mas. I…I…Ini teman saya terlalu menghayati membaca bukunya,” jawab Lia dengan terbata-bata.

“Oh dikira ada apa. Tolong kalau disini tenang ya Dek, karena ini tempat membaca buku banyak orang-orang yang sedang fokus disini,” jelas petugas tersebut.

“I..Iya mas maaf.. permisi,” ucap Lia membungkukan badannya, “Ayo An.. kita pergi. Aku antar kamu pulang,” Lanjutnya sambil memapah Anjani yang terlihat lemah dan ketakutan tersebut.

Terpopuler

Comments

MiawNa

MiawNa

sere

2022-03-07

1

Nurnaningsih

Nurnaningsih

wag Anen alias serem

2021-01-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!