Ch 3. Kaisar Dewa

Dalam perjalanannya Rangga selalu melihat keluar jendela kereta kuda tersebut, semenjak keberangkatan mereka Rangga memiliki perasaan yang kurang enak, ia menerka-nerka apa yang mungkin akan terjadi tetapi setelah berjam jam duduk memperhatikan keluar jendela ia menduga itu mungkin hanya perasaannya saja karena tidak terjadi apapun.

"Rangga kenapa kau terus melihat keluar jendela? Apakah kau tidak nyaman dengan perjalanan ini?" Tanya Rosa menatap kearah putranya.

Mendapat pertanyaan seperti itu Rangga hanya bisa menggeleng-ngelengkan kepalanya "Tidak ibu aku hanya merasa bosan karena sudah 3 jam kita belum sampai juga" Ucap Rangga memegang dagunya.

"Owh jadi begitu, sabar ya mungkin kita akan segera sampai beberapa hari lagi" Ucap Rosa menjelaskan kepada putranya Sambil tersenyum.

Memang jarak dari kerajaan Arcid menuju kerajaan Pilvan dapat ditempuh dalam waktu tiga hari perjalanan.

Setelah berjam jam dalam perjalanan mereka kemudian memutuskan untuk istirahat sejenak karena melihat hari sudah mulai gelap.

Mereka kemudian turun dari kuda dan mendirikan kemah disana "Pak kusir kudanya jangan lupa diberi makan ya! nanti dia sakit" Ucap Rangga menasehati sang kusir yang sebenarnya lebih paham akan hal itu dibandingkan dengan Rangga.

Tawa renyah segera menghiasi hutan tersebut saat Rangga selesai menasehati sang kusir.

"Tuan muda tenang saja kuda kuda ini sudah makan" Ucap pak kusir sambil mengelus kepala Rangga dengan lembut.

"Roarrrrrr" Suara binatang buas mengema diseluruh hutan membuat burung burung berterbangan karena panik, Ryan kemudian berlari kearah kereta kuda dan segera mengambil tongkat sihirnya.

"Apa yang terjadi? " Ucap Rosa memandang burung burung yang berterbangan.

"Kalian cepat lari dari sini dan pergi menuju kerajaan Pilvan secepatnya, aku akan menahannya disini" Ucap Ryan memerintahkan mereka untuk menjauh.

"Apa yang sebenarnya terjadi suamiku? " Tanya Rosa yang masih binggung.

"Aku merasakan ada binatang buas yang sangat kuat tengah mengarah kemari, kalian pergilah dan bawa Rangga bersamamu" Ucap Ryan agak berbisik.

"Tidak, aku akan bersamamu" Ucap Rosa "Pak kusir tolong bawa Rangga menuju kerajaan Pilvan dengan mengendarai kuda! tinggalkan kereta kudanya disini" Ucap Rosa memerintahkan.

Tanpa bisa menolak Kusir tersebut segera mengengong Rangga dan menaiki salah satu kuda yang kebetulan saat itu tengah istirahat.

Ia kemudian memacu kudanya didalam gelapnya malam meninggalkan mereka berdua.

"Ayah....! Ibu.....!" Ucap Rangga berteriak histeris saat kuda itu dipacu dengan cepat meninggalkan kedua orang tuanya, ia berusaha mengulurkan tangan kanannya untuk meraih kedua orang tuanya tetapi tak sampai.

"Tuan muda duduklah yang tenang, kita harus segera pergi dari sini" Ucap kusir tersebut mencoba menenangkan Rangga.

"Tidak hentikan, biarkan aku menyusul ibu dan ayahku" Ucap Rangga dengan histeris sambil mencoba memberontak.

Sang kusir merasa kasihan terhadap Rangga tetapi tidak ada pilihan lain, kemudian ia memukul tengkuk Rangga hingga membuatnya tak sadarkan diri dan membawanya menuju ke kerajaan Pilvan.

Setelah berada pada jarak yang jukup jauh ledakan ledakan besar pun tedengar ditempat mereka sebelumnya, tanah mulai bergetar tanpa sebab dan setelah beberapa menit akhirnya guncangan itu berhenti.

Kusir tersebut kemudian menghentikan kudanya dan menengok kebelekang, tepatnya tempat yang mereka gunakan untuk beristirahat sebelumnya.

Nampak kepulan asap membumbung tinggi diudara dari tempat mereka sebelumnya "Tuan, Nyonya maafkan aku karena tidak bisa menolong kalian" Ucap sang kusir kemudian menitihkan air matanya.

Ia kemudian melirik kearah Rangga yang tidak sadarkan diri dengan perasaan campur aduk dan penuh dengan perasaan bersalah "Setidaknya aku bisa menyelamatkan Tuan Muda" Ucapnya kemudian segera memacu kudanya menuju kerajaan Pilvan.

*******

Rangga membuka matanya perlahan lahan, saat ini ia berada disebuah tempat yang nampak seperti sebuah awan, ia mengedarkan pandangannya keseluruh area tempat tersebut hingga ia melihat tiga sosok yang ia kenali.

Rangga segera berlari kearah mereka dan menarik kerah baju salah satu dari mereka yang kemakai jubah berwarna hitam.

"Apa apaan ini dewa kematian, kau merenggut kebahagianku didunia ini dengan mudahnya" Ucap Rangga menatap tajam kearah dewa kematian dan berniat melancarkan bogemnya kewajah dewa kematian itu.

Dengan segera dua orang dengan jubah biru dan jubah putih bergerak untuk menghentikan serangan Rangga.

"Sabar Rangga, dengarkan penjelasan kami dulu" Ucap seseorang dengan jubah biru muda yang tak lain adalah dewa kehidupan.

"Apanya yang perlu dujelaskan? dia memang harus diberikan pelajaran" Ucap Rangga.

Butuh waktu 15 menit sebelum akhirnya Rangga bisa tenang dan mengontrol emosinya.

"Hais aku tidak menyangka akan ada manusia yang berani mengancamku seperti itu" Ucap dewa kematian "Seumur umur aku baru kali ini mendapatkan ancaman dari makhluk dunia Fana" Ucap dewa kematian.

"Lalu kenapa kalian memanggilku kemari? apakah aku mati lagi?" Tanya Rangga dengan nada ketus, padahal saat ini didepannya tengah duduk tiga orang dewa.

"Kau belum mati tenang saja! " Ucap dewa kematian dengan santainya sambil membuang mukanya, ia sangat kesal dengan sikap Rangga kepadanya.

"Cih... dasar dewa bodoh" Ucap Rangga mencibir dewa kematian.

"Apa kau bilang!!! " Ucap dewa kematian menaikkan nada suaranya.

"Ah.... ada angin lewat barusan" Ucap Rangga tidak mempedulikan ucapan dewa kematian dan mengalihkan topik pembicaraannya.

"Sialan kau, aku akan benar benar membunuhmu kali ini!" Ucap dewa kematian kemudian berusaha meraih leher Rangga tetapi tindakannya itu dihentikan oleh dua dewa yang lain.

"Apakah aku perlu memanggil dewi cinta agar mereka tidak ribut" Ucap seseorang dengan jubah putih yang tak lain adalah dewa pencipta.

Mendengar nama Dewi cinta dewa kematian segera menelan ludahnya, ia menggingat suatu kejadian dengan dewi cinta yang membuatnya trauma sampai saat ini.

"Ahahaha apa yang kau katakan dewa pencipta, aku dan rangga sangat akur lho" Ucapnya kemudian berjalan kearah rangga dan memeluknya sambil memainkan pipinya.

"Lepaskan aku dewa sialan" Ucap Rangga meronta ronta mencoba melepaskan diri dari dekapan dewa kematian.

Setelah terbebas dari pelukan itu rangga kemudian membersihkan bekas pelukan dari dewa kematian.

"Aku ini laki-laki normal tahu" Ucap Rangga sambil membersihkan bajunya.

"Jika aku tidak mati kenapa aku berada disini?" Tanya Rangga kepada ketiga dewa tersebut.

"Sebenarnya ada seseorang yang ingin menemuimu!" Ucap dewa pencipta kemudian menoleh pada satu arah.

Seketika awan disana terbuka layaknya sebuah pintu dan menampilkan sosok aeorang dewa dengan pakaian serba emas dan memancarkan aura keagungannya.

Para dewa yang ada disana segera berlutut dan memberikan hormatnya kepada dewa yang baru datang tersebut.

Rangga dibuat semakin bingung dengan tingkah para dewa dan berniat menanyakan sesuatu tetapi sebelum sempat bertanya kepakanya ditarik untuk menunduk oleh dewa kematian.

"Apa yang kau lakukan? " Tanya Rangga melirik dewa kematian.

"Dia adalah dewa tertinggi dialam dewa ini, kaisar dewa" Ucap Dewa kematian.

Terpopuler

Comments

mochamad ribut

mochamad ribut

up

2023-04-21

0

mochamad ribut

mochamad ribut

lanjut

2023-04-21

0

Scurity MT

Scurity MT

139

2021-06-23

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!