"Zidan..." pria tersebut langsung berlari menghampiri putranya. "Ya Allah nak, Papi pikir kamu sudah hilang" pria dewasa yang masih terlihat tampan memeluk dengan erat putrnya. Bila memperhatikan interaksi Ayah dan anak itu.
"Maaf Mas, tadi saya tidak sengaja menyenggol nampan yang dipegang Zidan. Makanya dia harus mengambil kue lagi" suara lembut seorang wanita membuat Andre menoleh.
"Iya tidak masalah Nona, saya Andre Ayah Zidan" pria itu memperkenalkan dirinya dan langsung terpesona dengan kecantikan wanita yang berdiri di hadapannya.
"Saya Bila, Salsabila" jawab Bila dan langsung berjalan ke arah kasir untuk mengambil kantung belanjaannya. "Zidan, kak Bila pergi dulu ya anak manis. Mas saya permisi" Bila melangkah keluar dari toko kue tersebut menuju mobilnya yang terpakir di depan toko.
"Kak, kak Bila tunggu" Bila menoleh karena Zidan memanggilnya.
"Iya, ada apa?" Bila menutup kembali pintu mobilnya yang sudah ia buka.
"Kapan kita bisa bertemu lagi?" pertanyaan polos lolos begitu saja dari bibir mungil Zidan.
"Entahlah, memangnya kenapa?"
"Tidak apa-apa, kak Bila hati-hati ya" Zidan kembali tersenyum dan menperlihatkan gigi ompongnya.
"Terimakasih Zidan, kak Bila pulang dulu. Kamu masuklah ke dalam, nanti Ayahmu kelimpungan lagi mencarimu" Bila menunggu sampai Zidan masuk ke dalam toko kue. Setelah itu, ia langsung masuk ke dalam mobilnya.
Saat akan melanjutkan perjalanan, sayup-sayup terdengar suara azan maghrib. Bila memutuskan untuk mencari mesjid terdekat untuk melaksanakan sholat. Karena kalau ia langsung kembali ke rumah, waktu maghrib akan habis.
💐💐
Raka baru saja meninggalkan kantornya, setelah memeriksa laporan yang diberikan karyawannya. Saat sampai di jalan yang agak sepi, tiba-tiba mobilnya tidak bisa di nyalakan...
"Kenapa tiba-tiba mogok sih?" berkali-kali Raka mencoba menghidupkan mobilnya tapi tetap tidak bisa dinyalakan. "Mana jalannya sepi lagi" Raka mengambil handphonenya dan menghubungi montir.
Sambil menunggu ia keluar dan membuka bagian depan mobilnya. Tak lama lewat mobil putih dan berhenti tepat di depan mobilnya. Raka tidak terlalu memperhatikan sampai sebuah suara mengejutkannya. Kepalanya langsung menoleh cepat melihat siapa pemilik suara itu?
"Kamu?" Raka langsung mengarahkan telunjuknya ke arah wanita yang tadi pagi sudah ia tolong.
Rupanya selesai sholat maghrib, Bila langsung pulang dan di tengah jalan ia melihat pria yang menolongnya sedang membutuhkan bantuan. Bila langsung menepikan mobilnya tepat di depan mobil pria itu.
"Mobil kamu mogok? Apa sudah meminta bantuan?" tanya Bila setelah berada di dekat pria tersebut.
"Sudah, montir sedang dalam perjalanan" jawab Raka seraya mengarahkan senter handphone ke mesin mobilnya.
"Bagaimana keadaanmu? Apa masih sakit?" Bila memperhatikan wajah tampan pria tersebut yang masih penuh luka lebam.
"Sudah lebih baik" jawabnya singkat. Bila memaklumi sikap dingin pria ini, karena mereka memang tidak saling kenal.
"Kenapa kamu masih berdiri disini Nona?" Raka menatap Bila yang tidak berpindah dari posisinya.
"Tidak apa-apa, saya hanya ingin membantu"
"Membantu?" alis Raka terangkat satu dan menatap Bila heran.
"Iya, membantu menemani disini. Hehe" Bila terkekeh dan membuat Raka menghela napas karena tingkah konyol Bila.
Sudah hampir 15 menit mereka menunggu, akhirnya montir yang di telphon Raka datang.
"Maaf Tuan, saya agak lama karena tadi ada sedikit kendala" montir yang bernama Pak Agus menghampiri Raka dan Bila. Kemudian ia mulai memeriksa kerusakan mobil Raka.
"Bagaimana? Apa bisa diperbaiki?" tanya Raka penasaran.
"Maaf Tuan, sepertinya mobilnya harus dibawa ke bengkel. Saya akan menghubungi rekan saya untuk menderek mobil Tuan. Karena saya ke sini pakai motor" jawab Pak Agus dan segera menghubungi rekannya.
"Rumah kamu dimana? Sebagai tanda terimakasih karena sudah menolong saya. Saya akan mengantarkan kamu pulang" tawar Bila dan langsung di tolak oleh Raka.
"Tidak perlu, saya bisa pulang naik taxi"
"Hahah, sampai Pak Ahmad jadi presiden kamu nggak akan dapat taxi. Kalau mesan taxi online pun mereka akan mikir dua kali untuk jemput kesini karena takut nanti yang order bukan manusia" Bila sok menakut-nakuti Raka, padahal sendirinya penakut.
"Hah, siapa Pak Ahmad?" Raka malah terfokus pada Pak Ahmad.
"Nggak tau" Bila mengedikkan bahunya.
"Ya ampunnnn" Raka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena kelakuan aneh dan konyol wanita yang menemaninya dari tadi.
"Ya udah ayo, mobil kamu serahin sama Pak Agus aja. Iya kan Pak?" Bila menoleh kepada Pak Agus yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Iya Tuan, sebaiknya Tuan pulang dengan Nona ini. Mobil Tuan biar saya yang urus. Nah itu dia datang" Pak Agus langsung menunjuk ke arah mobil derek yang akan membawa mobil Raka.
"Baiklah Pak, besok saya suruh asisten saya ke bengkel untuk mengambilnya" Raka mengambil tas dan dokumen-dokumen penting yang ia bawa untuk di periksa. Kemudian memberikan beberapa lembar uang berwarna biru sebagai uang jalan Pak Agus.
"Terimakasih Tuan" Pak Agus menundukkan kepalanya dan membantu rekannya mengaitkan tali di mobil Raka.
Raka segera mengikuti wanita aneh itu ke mobilnya. Ia meletakkan tas dan dokumennya di kursi belakang. Kemudian masuk ke dalam mobil dan duduk disebelah Bila.
"Pasang seatbelt-mu" setelah mengatakan itu Bila melajukan mobilnya meninggalkan jalanan yang sepi dan sedikit menyeramkan itu dengan kecepatan tinggi. Padahal dari tadi dia berada disana, tapi ia baru merinding setelah meninggalkan tempat itu.
"Kenapa wajahmu pucat?" Raka tidak sengaja memperhatikan wanita yang sedang mengemudikan mobilnya itu.
"Aku takut, tempat tadi dan jalan ini sangat menyeramkan" tengkuk Bila bergidik, karena jalanan yang ia lalui sangat sepi dan kiri kanannya kebun karet. Jalan yang ia lalui adalah jalan pintas, jadi memang jarang di lalui kendaraan lain. Biasanya orang-orang melalui jalan itu karwna ingin menghindari kemacetan atau sedang buru-buru. Bila nekat memilih jalan tersebut karena ingin cepat sampai rumah. Padahal dia jarang sekali lewat jalan tersebut.
"Hei, siapa namamu" Raka mengalihkan perhatian Bila, karena wanita disebelahnya sudah semakin pucat. Meskipun ia sudah diberitahu oleh Aksa, tapi ia ingin mendengar langsung dari mulut wanita itu.
"Bila, namamu siapa?" wajah pucat Bila sudah sedikit berkurang. Karena fokusnya sudah sedikit teralihkan, sehingga ia tidak terlalu memikirkan rasa takutnya.
"Raka" jawabnya singkat. "Tadi pagi kenapa kamu berhenti disana?"
"Karena membantu kakek-kakek yang terjatuh dari sepedanya"
"Kebaikanmu langsung dibalas ya sama yang di atas"
"Maksudnya?" Bila melirik pria disampingnya dengan ekor matanya.
"Buktinya mobilmu tidak jadi di curi kan? Walaupun harus mengorbankan wajahku yang tampan"
"Hah, ternyata kamu narsis juga" Bila tertawa geli dengan kenarsisan Raka. Ya memang dia akui kalau Raka memang tampan. Tapi tetap saja, kalau ada orang yang memuji terang-terangan dirinya sendiri akan terasa aneh menurutnya.
"Biarlah, dari pada kamu aneh"
"Saya, aneh?" Bila menunjuk dirinya sendiri. "Tebakanmu luar biasa benar sekali Tuan" Bila mengacungkan jempolnya.
"Dasar aneh" tanpa sadar Raka menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman. Baru kali ini ia berbicara panjang lebar dengan wanita asing dan bisa tersenyum karena seorang wanita tersebut.
"Rumahmu dimana Tuan Raka?" tanya Bila setelah mereka keluar dari jalan menyeramkan tadi. Raka menoleh ke arah Bila.
Raka langsung menyebutkan alamat rumahnya. "Ternyata kita satu kompleks Tuan" Bila mulai menurunkan laju kendaraannya karena ia akan memasuki kompleks perumahan tempat ia dan Raka tinggal.
"Jadi kamu tinggal di kompleks perumahan itu juga"
"Iya, rumah saya di blok F. Kalau kamu?" mobil Bila sudah memasuki gerbang perumahan elit dan membunyikan klaksonnya untuk menyapa satpam yang sedang bertugas.
"Blok H, nomor 10"
"Oooo, baiklah" Bila langsung menuju blok H dan mencari nomor 10.
Bila langsung menepikan mobilnya di depan rumah mewah yang masih tampak gelap karena tidak ada penerangan yang menyala.
"Kamu tinggal sendiri? Kenapa rumahmu gelap sekali? Seperti tidak ada kehidupan disana" Bila menatap Raka yang ekspresinya sudah berubah seketika menjadi merah padam menahan emosi.
"Bukan urusanmu!!" suaranya terdengar dingin di telinga Bila. Setelah itu dia langsung turun dan masuk ke dalam rumah tanpa mengambil tas dan dokumennya di jok belakang mobil Bila.
Bila menatap punggung Raka yang semakin menjauh masuk ke dalam rumah. Perlahan rumah itu terang benderang karena Raka sudah menyalakan lampunya.
"Apa dia marah? Kan aku hanya bertanya?" Bila menatap rumah tersebut sekilas dan segera melajukan mobilnya meninggalkan rumah Raka untuk pulang ke rumahnya.
Sampai di rumah, Bila membuka pintu belakang untuk mengambil kue. Namun matanya tertuju pada tas coklat dan bebeapa dokumen. "Pasti dia lupa" Bila membawa tas dan dokumen Raka masuk ke dalam rumah.
"Assalamualaikum" ucap Bila saat masuk ke dalam rumah.
"Walaikumsalam" jawab Bu Sukma dari ruang tengah. "Kenapa baru pulang nak?" Bu Sukma menghampiri putrinya.
"Tadi ada kendala di jalan Bu" Bila melangkah menuju dapur untuk memindahkan kue dan roti yang ia beli tadi. "Tadi ada tamu ya Bu? Kok banyak bekas makanan?" mata Bila tertuju pada kantung sampah yang penuh bekas makanan.
"Iya nak, tadi Salwa pulang bersama kelurga temannya" Bu Sukma belum sanggup memberitahu putri sulungnya kalau adik perempuannya akan menikah minggu depan. Bu Sukma takut putrinya tidak bisa menerimanya.
"Ohh gitu, Bila ke kamar dulu ya Bu. Mau mandi, udah gerah" Bila langsung melangkah menuju kamarnya yang terletak di dekat taman. Ia memang sengaja memilih kamar di bawah alih-alih memilih kamar di lantai 2.
Sampai di kamar Bila meletakkan tasnya dan tas Raka di atas sofa. Kemudian masuk ke dalam kamar mandi setelah melepas high heels-nya.
.
.
.
.
to be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Gun Nugroho
semoga Bila bisa iklas menerima ujian dari Allah.
2024-07-23
0
Adelia Rasta
lanjut ka
2023-03-10
0
Desiana
lanjut, kayanya seru nih
2021-02-12
0