"Bapak maafin Vely ya ...," Vely mencium tangan Bapak. Bapak mengelus rambut Vely.
"Tidak ada yang perlu Bapak maafin Neng," kata Bapak.
"Pak Vely bade (mau) izin ke Jakarta, boleh? Mau kasih kejutan sama bang Damar sekalian mau mastiin lagi hubungan kita."
"Sok boleh aja, tapi hati-hati nya, tong nyandak (bawa) motor! Naek mobil umum aja!" kata Bapak.
"Lagian Vely juga gak berani bawa motor sendirian ke Jakarta Pak. Sieun (takut) ih." Vely bergidik.
"Nuhun (terima kasih) Bapak."
"Neng mau datang ke mana? Ke rumahnya atau ke Rumh Sakit, rumahnya masih hapal kan?" tanya Umi.
"Mau ke rumahnya aja Mi, kalau ke Rumah Sakit terus bang Damar ternyata ada di rumah, kan cape dua kali. Malu juga sama teman-temannya bang Damar kalau ke rumah sakit mah. Masalah rumah bang Damar jangan khawatir Umi, kan sekarang mah ada ojek online dan mobil online."
"Bapak, bener kan Vely gak apa-apa kalau ke rumah bang Damar? Vely mau mastiin lagi sama Bapak." Vely menatap Bapak.
"Iya Neng gak apa-apa niatkan dari rumah untuk bersilaturohim, sakantenan candak (sekalian bawa) oleh-oleh khas Bandung.
Vely lalu kembali ke kamarnya untuk bersiap memberikan kejutan pada sang kekasih hati.
"Aku dag dig dug euy! Gimana kalau bang Damar gak mau diajak nikah? kudu (harus) putus? Tapi aku cinta sama kamu bang, tapi benar juga kata umi dan bapak pacaran lama-lama tidak baik, padahalmah kita pacarannya juga bae-bae, gak pernah pelukan, apalagi ciuman."
"Apa semua dokter kaku kaya gitu ya? Ih tapi a Hari gak kaku tuh? Kata t Tita waktu mereka masih pacaran suka ciuman bibir. Tapi emang dosa juga ciuman sebelum menikah. Alhamdulillaah Gusti ieu biwir jeding (ini bibir tebal) masih suci," gumam Vely sambil bersolek.
Vely sudah selesai bersiap, Umi juga telah siap dengan oleh-olehnya yang sudah dikemas rapi di dalam goodie bag besar.
"Neng eta nyandak naon (bawa apa) maniku bawa tas rangsel sagala kaya mau kemah?" tanya Umi.
"Vely nyaman kaya gini Umi, barang-barang di dalemmya sih gak banyak, cuma ada baju ganti, mukena alat mandi dan kecantikan."
"Mau dianterin mang Ade ke terminal? atau mau pesen ojek online?"
"Mau ojek online aja Umi, berbagi rezeki sama mereka Umi," jawab Vely.
"Tumbenan bijak," sela Umi.
"Ih Umimah kitu?" Vely cemberut.
"Jangan cemberut! Jelek ih! Sayang kan udah dandan cantik."
Bapak hanya bisa tersenyum sambil menatap wanita-wanita kesayangannya seraya berdoa dalam hatinya. Yaa Allah selamatkan anakku Vely Yamina Nizar agar selamat sampai tujuan, lancarkan urusannya dengan calon suaminya. Semoga ada jawaban terbaik dari dokter Damar untuk anakku, dan pulangkan kembali anakku dalam keadaan selamat. Aamiin. Bapak mengusap wajahnya yang terlihat bijaksana itu dengan kedua telapak tangannya.
"Umi, Bapak ojekna udah dateng, Vely pamit nya." Vely menyalami Umi dan Bapaknya sambil berpelukan.
Bapak mencium kening Vely begitupun dengan Umi. Mata Umi terlihat berkaca-kaca, entah kenapa hatinya merasa sedih melihat anak gadis manjanya mau memperjuangkan cinta pertamanya ke Jakarta.
Bapak dan Umi melambaikan tangannya saat Vely sudah ada di atas motor. Vely membalas lambaian tangan bapak dan uminya.
"Terminal Leuwi Panjang nya Pak."
"Assiyaap Neng," sahutnya.
'Breem, breemm' motor berangkat Umi Dina Erina dan dokter Hilmi Nizar terus melambaikan tangannya sampai sosok Vely menghilang ditelan tikungan.
Umi Dina dan dokte Nizar kembali ke ruang keluarga.
"Umi sedih Pak." Umi mengambil tissue dan mengelap wajahnya.
"Kenapa? Gak usah sedih! Doain aja," kata Bapak. Padahal dalam hatinya Bapak juga merasa sangat sedih.
"Takut Vely kenapa-kenapa Pak, Jakarta itu kan berat."
Umi merebahkan kepalanya di pangkuan Bapak.
"Jangan khawatir Bapak udah nyuruh mang Ujang jadi mata-mata untuk ngikutin Vely ke Jakarta." Umi terkejut dan bangun sambil menatap Bapak.
"Seriusan Pak?!" Bapak mengangguk.
"Nuhun Pak, Umi lopyu pull!" kata Umi sambil nyengir.
'Cup' Umi mendaratkan satu kecupan hangat di bibir Bapak.
"Ari Umi naha sok ngamimitian? (Kenapa suka memulai?)" Bapak tiba-tiba menarik Umi dan membawanya ke kamar utama.
"Ari Bapak kebiasaan ih kalau anak-anak gak ada aja suka mendadak begini." Umi cemberut tapi tangan Umi sudah mulai membuka kancing daster miliknya.
"Bapak masih lima puluh dua tahun Umi ... wajar atuh masih perkasa." Dokter Hilmi Nizar alias Bapak tersenyum tipis.
"Apalagi Umi Pak, Umi kan masih empat puluh dua tahun, heuheuy deudeuh ...."
Bapak dan Umi sudah berada di kamar mereka. Kondisi rumah sangat sepi, namun sepertinya bapak dan umi tidak bisa berlama-lama di kamar, karena dari kajauhan terlihat ada motor yang hendak memasuki rumah mereka sepertinya ada pasien yang hendak berobat. Selain bekerja di klinik, setelah purna tugas bapak juga membuka praktik dokter umum di rumahnya.
'Ting tong, ting tong' bel berbunyi. Terdengarlah suara percakapan mereka dari dalam kamar.
"Ba-pak, a-aya pasen ji-jigana (aya pasien kayanya)" kata Umi terengah-engah.
"Ta-ta-tanggung, Mi." Entah kenapa suara Bapak juga terdengar terengah-engah seperti sedang berlari.
"Re-resiko ja-jadi dokter Pak, uuh-uhh ... uhhdahan ya ..., U-Umi ti-tidak a-apa apa." Suara Umi dari kamar tersebut terdengar semakin tersendat-sendat.
"U-Umi yang ti-tidak apa-apa, ta-tapi Bapak apa-apa, ja-jangan li-licikan! Tu-tunggu Ba-Bapak dulu!"
'Ting tong, ting tong' bel berbunyi lagi.
***
Setelah menempuh perjalan sekitar tiga setengah jam, Vely akhirnya sampai di terminal Tanjung Priok. Hiruk-pikuk aktivitas di terminal tersebut membuat Vely sedikit pusing, gadis itu duduk sejenak di warung kecil yang ada di samping terminal tersebut sambil menikmati minuman dingin.
Seorang pria usia sekitar empat puluh tahunan yang mengenakan masker, topi dan kaca mata terlihat terus memantau Vely dari kejauhan. Pria itu adalah mang Ujang, mang Ujang bahkan menaiki mobil yang sama dengan Vely, tapi dia duduk di bagian belakang yang tidak berAC agar bisa merokok.
Setelah merasa siap, gadis itu kembali melanjutkan perjalanan menaiki sebuah angkot berwarna telur asin menuju Jalan Boulevard Raya. Vely berhenti di kawasan danau Sunter.
"Mau selfie dulu ah," katanya.
Ia mengeluarkan HP lalu berpose dengan gaya andalannya.
'Cekrek, cekrek, cekrek' mungkin ada sekitar sepuluh foto.
Mang Ujang juga tak mau kalah pria itu juga berselfie dengan ponselnya. Maskernya ditarik ke dagu agar wajahnya terlihat.
"Lamun misi ti pa dokter geus beres (kalau misi dari pak dokter sudah selesai) fotona mau segera di aplod ka mang efbi," gumam Mang Ujang.
To be continue ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 141 Episodes
Comments
Kis Tatik
keren banyak bahasa daerahnya ternyata tetanggaan sama Veli
2022-01-06
0
indah77
nyesel banget yang gg baca novel punya nyai.. aduduh banget pokoknyaaaaa...
aku jadi pengen ketemu sama nyai
2021-05-26
1
R.F
5 like
2020-12-21
1