seakan waktu terhenti melihat di hadapanku ini mimpi pasti mimpi aku masih melihat saat dokter mulai menutup wajah ibuku dengan kain putih. aku melihat dia mendekati ku menggeleng kan kepalanya dia mulai menyentuh tangan ku dengan mimik kesedihan
" maaf jessi saya sudah berusaha semampu saya sebagai seorang dokter tabahkan hatimu" aku melihat sekeliling mereka memasang muka sendu melihat ku.
satu tetes air mata keluar dan aku mulai tersadar dengan berat ku berjalan mendekati sosok yang kini sudah terbujur kaku. Ku buka kain putih itu . Aku tersenyum Hah
" bu...ibu....ibu....ibu" sambil menggoyangkan badannya, sungguh ku berharap dia akan terbangun dan melihat ku lagi. Tapi tidak.
'" bu, ibu ibu bangun bu lihat jessi bu" air mata yang sudah tidak terbendung lagi akhir nya tumpah.
" ibu jangan tinggalin jessi bu hiks hiks." aku sudah tidak memperdulikan lagi tatapan orang dan mereka mulai mendekati satu persatu mengelus punggung ku . Mereka adalah teman sekamar dengan ibuku , aku hanya mampu menempatkan ibu di kamar 3 Rumah Sakit karna keadaan kami yang sulit.
" ibu jangan pergi bu bangun bu ini jessi bu!." tangisku mulai kencang
" jessi yang tabah ya nak semoga ibu tenang di surga ya nak" seorang wanita paruh baya mencoba menghibur ku, aku mendengar suara nya menahan tangis
hiks hiks hiks sudah 2 minggu ibu di rawat di Rumah Sakit karna dia tiba- tiba pingsan . Ibu memang memiliki riwayat darah tinggi, jadi dokter menyarankan untuk merawatnya di rumah sakit saja sebelum keadaan memburuk.
Tepat jam 2.00 siang dia menghembuskan nafas terakhir nya tanpa Aku disisi nya. sungguh ini penyesalan terbesarku, yang akan aku ingat selalu. entah sudah berapa lama aku menangis pun aku tak tahu tapi sepertinya air mata ini belum mau mengering
" jess ibumu menitipkan amplop ini sebelum dia koma dan meninggal " suster dwi yang selalu merawat ibu memberikan ku sebuah amplop
" ibumu ingin kau membaca nya saat kau sudah tenang nanti."
aku menerima nya " terima kasih sus hiks hiks"
" kamu yang tabah ya jess mungkin ini yang terbaik untuk ibu mu jess." suster dwi memelukku
" iya sus maafin ibu kalau ada salah ya sus "
" iya ibumu orang baik jess beruntung dia memiliki anak seperti mu, kamu pun anak yang baik jess "
Dua minggu di rumah sakit aku mulai mengakrabkan diri dengan orang-orang yang berada disini suster Dwi memang suster yang baik dan murah senyum . Dia lebih tua 5 tahun dari ku, kami juga sering mengobrol jika dia sedang jaga shift malam. Aku merasa nyaman dengan suster Dwi dan ku anggap sebagai kakak ku . Dia pun tidak keberatan.
" kamu ga usah sedih ada aku jess. Ingat kalau kamu butuh apa-apa kamu bilang aku ya...'" Dia tersenyum dan membelai wajah ku.
" iya sus " aku masih belum bisa berhenti menangis.
Dan di sini lah aku di depan pusara ibuku dengan berjuta penyesalan ku. Aku merasa seperti anak yang durhaka karna tak bisa melihat nafas terakhir nya.
Hanya sedikit orang yang menghadiri pemakaman ibu ku, itupun tetangga di rumah saja. tidak ada sanak bahkan saudara. Dan AYAH cihhh untuk menyebutnya saja aku jijik, kenapa aku harus berdebat dengan ibu hanya karna kata itu. kenapa dia harus menangis dengan kata-kata itu sebelum iya pergi.
Bahkan sekarang aku menyadari bahwa ibu ku begitu sia-sia mencintai orang seperti nya.
Masih terduduk lesu di atas kubur ibu.
" bu Jessi janji akan jadi anak yang mandiri bu dan tidak menyusahkan orang lain" tawa kecil di bibirku tapi begitu teriris rasa nya hati ini..
" jessi sudah iklhas bu semoga ibu tenang ya disana" aku genggam tanah merah kubur ibuku lalu aku beranjak pergi meninggalkan kannya
Selamat Jalan bu semoga ibu tenang batinku bicara.
*********"
Sudah lebih dari satu bulan semenjak ibu meninggal aku hidup sendiri di rumah kontrakan kecil di atas atap aku menyibukan diriku dengan giat bekerja dan bekerja sampai aku lupa makan dan tubuhku terlihat agak kurus .
malam hari setelah selesai bekerja di cafe . Aku pulang kerumah sudah tidak ada lagi semangat yang ku tunggu jika sampai dirumah. Aku sudah lama menyuruh ibu berhenti bekerja , karna aku bisa mencari uang sendiri. Walaupun hanya mengandlkan ijazah SMK yang aku punya. Tapi aku termasuk anak yang pintar dan cepat tanggap. siang hari aku bekerja di sebuah perusahaan kecil sebagai resepsionis dan malam hari bekerja di kafe. Uang yang aku dapat sebagian besar untuk kehidupan sehari-hari dan biaya berobat ibu.
masuk kerumah mulai menyalakan lampu...aku pergi ke kamar mandi membersihkan diri setelah seharian bekerja.
ku mulai rebah kan tubuhku di ranjang.
Hhhaaahhh lelah.
teringat kata-kata suster dwi bahwa ibu meninggal kan sebuah amplop sebelum meninggal , ku ambil amplop yang selalu ku bawa-bawa dalam tas. aku harua menuruti ibu bahwa akan membuka nya jika sudah merasa tenang.
ku mulai membuka nya tiba-tiba rasa itu hadir lagi rasa kebencian yang teramat sangat ketika kulihat foto nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Emonee
karyanya bagus
2021-02-04
1