Bab.03
Suara pedang saling beradu. Pertempuran sengit yang terjadi
antara Prajurit Kekaisaran dan Manusia bertopeng semakin seru. Rupanya Manusia bertopeng adalah Pendekar kambuhan yang kadang-kadang muncul karena keadaan Rakyat yang kelaparan. Biasanya Pendekar ini Ilmunya tidak begitu tinggi tapi Jiwa sosialnya yang tinggi. Mereka sengaja mencuri dari Saudagar Kaya yang sedang melintas di Hutan Bambu ini.
"Kalian menyerah atau mati," teriak Prajurit pertama dari atas Kuda mengayunkan kembali pedangnya.
"Pantang Kami menyerah dari antek-antek Kaisar," sahut Manusia bertopeng berbaju Putih menyambut ayunan Pedang Prajurit pertama.
Ciihhaaaatttt.....
Tranggg....treeenngg...traannggg...
Suara Pedang beradu membuat dada Mey ling berdebar-debar. Matanya tidak berkedip ketika Pedang Prajurit pertama hampir menebas leher Manusia bertopeng.
"Lawanlah Aku," teriak Manusia bertopeng bersamaan. Mereka mengeroyok Prajurit pertama dan
kedua, tapi Prajurit ke 3,4,5 ikut maju. Jadilah Mereka satu lawan satu.
"Hiiaaattt...terimalah jurus "Rakyat kerlaparan....," teriak Manusia bertopeng kewalahan melawan Prajurit yang sudah terlatih.
"Trimalah ini.....," teriak Prajurit kedua menusukkan pedangnya ke punggung lawan.
Dengan cepat manusia bertopeng berkelit dan mundur selangkah. Merasa kewalahan Mereka langsung memberi kode kepada temannya berupa cuitan dari mulut dan Merekapun ngacir.
Para Prajurit membiarkan Mereka pergi, tampa ingin menghalangi. Jendral Jing lebih mementingkan perjalanan di lanjutkan supaya cepat keluar dari Hutan Bambu.
Walaupun belum begitu Sore hawa dingin dan lembab sudah menusuk badan Mereka. Semua Prajurit mempercepat lari Kudanya, tiba-tiba sesosok Perempuan telah menghadangnya. Siapa lagi kalau bukan Siluman Iblis Merah yang
biasa bergentayangan di Hutan ini.
"Hahaha....ternyata pasukan Prajurit Kaisar ikut turun tangan mencari harta karun dan menyandera seorang gadis cilik. Sungguh membuat Aku ingin bermain-main dengan Kalian," teriak Siluman Iblis Merah tertawa
nyaring. Mey Ling yang masih ketakutan melihat dengan kagum
seorang Wanita cantik berbaju merah berdiri di depan.
"Hai Iblis betina, enyah Kamu dari hadapan Kami!! Kami malas meladenimu," sahut Jenderal Jing
menghentikan Kudanya.
"Jenderal Jing turunlah Kamu dari Kudamu jangan banyak cakap, Kita beradu pedang untuk memiliki gadis cilik itu," sahut Siluman Iblis Merah sambil mengeluarkan pedangnya.
Pasukan Prajurit itu mundur ketika Jenderal Jing turun dari Kudanya. Siluman Iblis Merah menghampiri dan menyambar tubuh itu dengan kilatan pedang, seperti Burung Elang menyambar seekor Ular.
Tapi Jenderal Jing cepat berkelit dan balik menyerang lawan dengan cepat.
Treng...trang....trenggg...
Suara pedang beradu, Badan Jenderal Jing yang tinggi besar tetap lincah melawan permainan pedang Iblis Merah yang meliuk-liuk seperti Ular.
Terdengar Iblis Merah tertawa senang ketika pedangnya menggores lengan tangan Jenderal Jing. Tentu saja Jenderal Jing marah dan mulailah dia menyerang iblis merah dengan ganas. Tubuhnya merendah bagaikan berjongkok dan pada waktu yang tepat tangannya dihantamkan ke depan, Iblis Merah berteriak dan tubuhnya terlempar ke belakang, terbanting. Tapi Iblis Merah cepat
bangun menguasai dirinya.
"Jangan puas duluJenderal...
terimalah jurus Pukulan seribu iblis!!" teriak Iblis Merah memukul menggunakan tenaga dalam.
Jenderal Jing cepat menolak Pukulan Iblis Merah dengan jurus Telapak Dewa, terjadi benturan ketika kedua kekuatan itu bertemu.
Duuaaarrrr.....
Keduanya terjengkang dan terlihat darah segar menyembur dari mulut Mereka berdua kemudian Mereka berdua tewas.
Semua Prajurit maju mengangkat Tubuh Jenderal Mereka dan membawa ke rerimbunan pohon Bambu dan menutupnya dengan daun Bambu yang kering.
"Semuanya telah terjadi, Kita tidak mungkin mundur, marilah Kita melanjutkan perjalanan," Kata Prajurit pertama merasa sedih kehilangan Jenderalnya.
Melihat kejadian itu Badan Mey Ling gemetaran. Rasa takut dan ngeri membuat Dia berteriak
meronta-ronta dan menangis sambil berusaha turun dari pelana Kudanya. Prajurit Kedua lalu menamparnya supaya Dia sadar dari histerisnya. Tapi tangan kecil itu malah mencakar dengan kedua tangannya. Akan tetapi Prajurit tidak peduli, lalu mengikat gadis cilik itu lebih kencang.
"Diam Kamu bocah, jangam membuat Aku memotong tanganmu," ancam Prajurit Kedua
kesal.
"Mari Kita cepat berangkat supaya tidak kemalaman disini," kata Prajurit Pertama naik ke Pelana Kuda.
Suara derap Kuda terdengar sangat jelas di kesunyian Hutan Bambu. Suara berisik dari daun kering yang di injak Kaki Kuda menambah kesenyapan agak berkurang.
Hawa dingin semakin bertambah, gadis cilik itu menggigil.
"Aku kedinginan Tuan....," teriak Mey Ling dengan bibir bergetar. Merasa tidak ada yang menghiraukan Mey Ling bertambah menjerit, suaranya melengking. Prajurit Kedua lalu mendekati Kuda Mey Ling dan melemparkan sebuah
selimut dari bulu Domba.
"Pakailah ini bocah cilik," kata Prajurit Kedua
"Trimakasih Tuan...," sahut Mey Ling sambil menyelimuti badannya.
"Kita harus beristirahat disini malam sudah semakin gelap, Kuda Kita pasti sudah lelah," Kata Prajurit pertama menghentikan Kudanya.
"Tapi Kita masih berada di Hutan Bambu, disini masih rawan perampokan," kata Prajurit lainnya merasa khawatir.
"Disini ada sungai untuk mandi, sekalian Kuda-kuda diberi minum," kata Prajurit Pertama turun dari Pelana Kuda tanpa menghiraukan
kekhawatiran Prajurit yang lain.
Di dalam kegelapan Mereka berjalan mengikuti tanjakan yang mengarah ke Sungai. Belum sampai di bawah Mereka sudah melihat beberapa api unggun yang menyala. Suara orang tertawa terdengar jelas.
"Kita akan memilih area di sebelah Barat untuk beristirahat karena tempatnya sangat landai," kata Prajurit Pertama menuju ke Barat sambil menuntun Kudanya.
"Sampai di tempat yang dituju Mereka mengikat Kuda masing-masing serta menurunkan Pelana Kuda. Semua Prajurit berusaha saling bantu. Mey Ling yang sedari
tadi duduk diatas Kudanya bersedih, malam ini Dia ingat orang tuanya. Kemudian seorang Prajurit menurunkan Mey Ling dengan kasar.
"Turun Kamu bocah, Kita akan beristirahat disini, Aku tidak mau mendengar tangismu. Jangan sampai Aku terganggu," kata Prajurit itu kepada Mey Ling.
"Baik Tuan," sahut May Ling lirih, hatinya dongkol di sandra oleh Prajurit ini. Dia menyesal kenapa dirinya mimpi harta karun.
Gara-gara mimpi itu hidupnya terpisah dengan Keluarganya. Dia yakin Keluarganya pasti sudah di bunuh. Mey Ling merasa bersalah.
"Prajurit ke 5 dan ke 6 tolong nyalakan Api unggun, tapi harus hati-hati karena banyak daun kering," kata Prajurit Kedua membagi tugas. Setelah semuanya selesai Mereka baru duduk sambil makan malam.
Mey Ling hanya makan sepotong Roti setelah itu tidur agak menjauh. Prajurit yang lain masih memuaskan dirinya dengan
Makanan dan minuman.
"Ternyata banyak juga yang bermalam disini, Aku merasa heran dengan bocah ini, badannya sangat kuat menahan dingin dan lapar," kata Prajurit Kedua melihat Mey Ling yang selimutnya sebagian dipakai alas tidur. Tubuh kecilnya meringkuk.
"Biarkan Dia begitu, daripada menangis," sahut Prajurit Pertama.
Baru mereka berusaha merebahkan badannya delapan orang Lelaki dewasa mendekati mereka. Ke delapan orang itu memberi salam kepada semua Prajurit sambil hormat dengan mencakupkan kedua tangannya
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
murniati cls
kenapa dikasih tau semua org,soal mimpi
2023-02-21
2
^__daena__^
jurus rakyat kelaparan 🤣🤣🤣lagi serius2nya baca jadi ngakak kan🤭
2022-07-04
3
🐝⃞⃟𝕾𝕳]Feny🐧²⁴ଓε🦅ᵀᵀ°𝕽𝖈⃞⃟
kasihan cm sepotong roti
2022-07-04
4