🌹Happy Reading..!!! 🌹
Beberapa Tahun Kemudian
Setelah beberapa tahun menjalani hari dengan buliran air mata yang setia menemani, kini tiba saatnya status ku sebagai pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) akan berakhir.
Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan di sekolahku. Meskipun kami hidup dengan penuh kesulitan, tetapi ibu selalu mengutamakan pendidikan.
Dengan sekuat tenaga, ibu menyekolahkan ku hingga jenjang SMA. Karena menurut ibu, jika hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk mencari pekerjaan di era sekarang sangatlah susah. Walaupun tidak menjamin kalau lulus SMA bisa lebih mudah mendapat pekerjaan, hanya saja masih ada sedikit harapan.
Ibu tidak ingin aku menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) seperti dirinya. Cukup ibu yang merasakan. Ia tidak ingin anaknya ikut merasakan juga. Semua orang tua pasti ingin melihat anaknya sukses, meskipun tidak menjadi konglomerat. Tapi, setidaknya mempunyai penghasilan yang tetap saja sudah membuatnya bangga.
Ibu sangat tidak ingin aku menjadi Asisten Rumah Tangga. Karena menurutnya, pekerjaan ini sangatlah berat dan sangat menguras tenaga.
Tapi menurutku, menjadi Asisten Rumah Tangga (ART) pun tidak masalah bagiku. Karena itu merupakan pekerjaan yang mulia. Bisa membantu meringankan pekerjaan orang lain, dan juga bisa dijadikan media untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik, saat sudah berumah tangga nanti.
Saat berbicara tentang rumah tangga, seketika itu membuatku tersadar. Aku teringat dengan perlakuan ayah terhadap ibu. Saat mengingatnya kembali, membuatku enggan untuk berumah tangga.
Mungkin peristiwa itu akan mengakibatkan trauma mendalam di hati dan pikiranku. Saat aku mengingatnya, maka aku akan merasa ketakutan. Peristiwa itu membuat aku menjadi gadis yang selalu menutup hati, untuk setiap laki-laki yang mencoba mendekati.
Rasa sakit hati yang aku rasakan sangat meninggalkan luka yang teramat dalam, hingga membuatku trauma yang berkelanjutan.
🍃🍃🍃🍃🍃🍃
SMA Negeri 1 Panca
Kami sedang harap-harap cemas saat akan membuka amplop yang sekarang ada ditangan kami. Rasanya aku sudah tidak sabar untuk segera merobeknya.
Sesuai dengan arahan ibu Nilam, wali kelas kami, perlahan tapi pasti kami mulai membukanya.
"YEEE!!! LULUS! LULUS! LULUS!”
Riuh suara sorak-sorai semua siswa - siswi di dalam kelas setelah membuka amplop.
Ruangan yang awalnya hening dan tenang, kini menjadi gaduh dan ramai tidak karuan. Bahkan ada siswa yang bertingkah aneh karena mengekspresikan kebahagiaannya.
Kami saling berpelukan dengan tangis haru namun memancarkan kebahagiaan. Aku berpelukan dengan Naya, dia adalah sahabatku. Sedikit banyak dia tau tentang kisah pilu dalam hidupku. Aku sangat bersyukur memiliki sahabat seperti Naya, meskipun dia anak orang kaya, tetapi dia tidak membedakan statusku yang hanya rakyat jelata(orang miskin). Kami bersahabat baik selama ini, kami harap persahabatan ini berlanjut hingga kami menua nanti.
“Anak-anak! Tolong, dengarkan ibu sebentar!!” teriak bu Nilam dengan tegas.
“Ibu ingin memberitahukan kepada kalian semua untuk tidak melakukan konvoi di jalan raya!” ucapnya lagi.
"Yah, enggak seru dong, Bu!" sahut seorang siswa.
Bu Nilam mendelik, Kemudian menjelaskan alasannya
"Pertama, tidak ada manfaatnya. Selain hanya mengganggu pengguna jalan lain, kalian hanya membuat macet saja, dan ibu tidak mau terjadi hal - hal yang tidak diinginkan!"
"Kedua, seragam ini tidak boleh di coret-coret. Lebih baik kalian berikan kepada orang yang lebih membutuhkan, itu akan mendatangkan pahala buat kalian!"
"Dan yang terakhir, untuk nama yang ibu sebutkan, bisa mengikuti ibu ke kantor. Keisya, Daffa, Niko, Naya dan Reina. Kalian berlima ikut ibu ke ruang guru, ada hal yang ingin ibu bicarakan sama kalian.” ucap bu Nilam.
“Ada apa ya, Bu?” tanya Niko dengan mengangkat tangannya ke atas.
“Sudah, ikut saja. Nanti kalian juga tau!” jawab Bu Nilam.
“Untuk anak-anak yang lain, selamat ibu ucapkan untuk kelulusan kalian. Pulanglah hati-hati, bawa kabar gembira ini untuk orang tua kalian,” terang Bu Nilam.
“Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.” ucap bu Nilam, lalu keluar ruangan meninggalkan kelas kami.
“Baik, Bu. Wa'alaikumsalam warrahmatullahi wabarrakatuh,” jawab kami serempak.
Kemudian kami berlima mengikuti langkah bu Nilam menuju arah ruang guru.
*********
Ruang Guru
Sesampainya di ruang guru, bu Nilam seakan-akan menginterogasi kami. Kami berlima duduk di sebuah sofa dengan menghadap bu Nilam yang sedang duduk di kursi yang berada di depan kami.
“Kalian tau, kenapa ibu panggil kalian ke sini?” tanya bu Nilam sambil memberikan secarik kertas kepada Daffa.
“Tidak, Bu.” jawab kami dengan melihat kertas yang bu Nilam kasih secara bergantian.
Bu Nilam berkata. "Selamat !! Kalian berlima adalah lulusan terbaik tahun ini. Terkhusus kamu Reina, bahkan nilai kamu masuk sepuluh besar di kota ini. Kamu tau, 'kan? Sekolah ini hanya sekolah pinggiran, bahkan di sekolah elite saja belum tentu mendapatkan di posisi kamu. Ini adalah rekor baru untuk sekolah kita tahun ini," tutur bu Nilam.
Bu Nilam sangat bangga mengatakannya. Aku masih menganga tidak percaya. Memang akademik ku tidak terlalu buruk selama ini. Dan aku juga selalu berprestasi sedari aku sekolah dasar. Tapi aku tidak menyangka dengan semua ini, ini terlalu mengejutkan bagiku.
“Hei, Rein .. tutup mulutmu! Tersedak nyamuk tau rasa kamu! hahaha,” goda Daffa sambil tertawa mengejekku.
Membuat semua orang di ruangan tersebut menertawakan ku.
Aku mengalihkan perhatian mereka dengan bertanya kepada bu Nilam.
"Ibu Nilam yakin? Tidak salah nama 'kan, Bu? Ini seperti mimpi bagi saya, Bu,.” ungkapku.
“Tidak, Reina. Kamu memang siswi yang cerdas. Ibu sudah bisa menilai itu sejak kamu masuk ke sekolah ini. Ternyata benar dugaan ibu, kamu dan teman-temanmu membanggakan sekolah ini. Ibu bangga pada kalian!! jawab bu Nilam masih dengan senyum indahnya.
“Saya masih tidak percaya, Bu. Ini sangat mengejutkan buat saya,” lontar ku lagi.
“Niko ... coba kamu cubit pipi Reina. Jika dia masih berpikir kalau ini mimpi untuknya!” suruh bu Nilam pada Niko.
Niko hanya tersenyum menatapku, begitupun dengan aku.
Niko adalah orang yang membuatku terlindungi selama ini. Wajahnya yang tampan, sikapnya yang dewasa membuatku merasa nyaman berada di dekatnya. Aku tidak menyukainya, hanya saja aku sedikit tertarik padanya.
Bu Nilam kembali menjelaskan tujuannya memanggil kami ke mari. Bu Nilam berkata. "Sebagai apresiasi atas jerih payah kalian, yayasan telah memberikan beasiswa kepada kalian berlima!"
Pernyataan bu Nilam seakan membawa angin segar yang memberikan hawa dingin di tengah padang pasir yang tandus.
“Tapi kalian tau 'kan, di sini tidak ada Universitas. Jadi, kalian harus ke kota Metro untuk melanjutkan pendidikan kalian,” ucap by Nilam.
“Silakan, kalian pilih Universitas yang ingin kalian masuki. Setelah itu kalian bisa mengikuti tesnya. Masuk tidaknya kalian di Universitas tersebut, tergantung kalian sendiri. Manfaatkan peluang ini sebaik-baiknya. Sekolah hanya media, semoga kalian bisa mendapatkannya. Sukses untuk kalian semua!” ujar by Nilam.
“Serius, Bu??” tanya kami lagi masih tidak percaya.
“Ah, kalian ini. Sudah besar tapi harus memperjelas berkali-kali,” jawab Bu Nilam mulai kesal.
“Iya, iya Ibu Nilam yang cantik, terimakasih, ya,.” ucapku, Keisya dan Naya kemudian memeluk bu Nilam, diikuti oleh Daffa dan Niko yang juga ikut memeluk kami dari belakang belakang.
“Iya, sama-sama. Kalian ini, ya? Sudah besar masih saja manja!!” ejek bu Nilam.
“Persiapkan diri kalian. Mulai nanti malam kalian bisa memulai memilih Universitas yang menurut kalian bagus. Lusa ibu dan orang utusan yayasan akan mengantar kalian untuk mencari, dan mendaftarkan kalian ke Universitas. Apa kalian sudah paham?” tanya bu Nilam.
“Paham, Bu. Terima kasih banyak. Kami sangat berterimakasih atas semua jasa Bu Nilam. Semoga Ibu selalu diberi kesehatan dan umur yang panjang, serta kebahagiaan yang tiada hentinya. Kami tidak bisa membalas ini semua, Bu. Tuhan yang akan membalas semuanya.” Aku mengungkapkan untuk mewakili teman-temanku. Kemudian memeluk bu Nilam lagi.
“Sudah, kalian jangan berlebihan. Tunjukkan saja pada kami (Ibu Nilam dan semua guru serta jajaran yayasan) dengan kesuksesan kalian. Itu sudah kebahagiaan tiada tara bagi kami, karena bisa mengantarkan anak muridnya ke gerbang kesuksesan,” jawab bu Nilam.
“Pulanglah!! Sudah saatnya kalian memberikan kabar yang luar biasa ini kepada ibu bapak kalian. Agar mereka merasa bangga memiliki anak-anak yang hebat seperti kalian,” ungkap Bu Nilam lagi.
“Baiklah, Bu. Kalau begitu, kami pamit pulang dulu, Bu. Sekali lagi terima kasih banyak,” jawab kami.
Kami pun berpamitan dengan mencium tangannya. bergantian.
“Assalamu'alaikum?” kami berlima mengucapkan salam.
“Wa'alaikumsalam. Iya, kalian hati-hati di jalan.” ucap Bu Nilam dengan mata berkaca-kaca.
Ini memang pertama kalinya sekolah ini memberikan beasiswa kepada siswa - siswinya.
Sebagai bentuk apresiasi, karena telah membanggakannya. Sebagai ucapan terimakasih, yayasan memberikan beasiswa ini.
Kami telah mampu membawa nama baik sekolah ini. Bahkan sekolah kami sekarang juga lebih menonjol, karena kami rajin mengikuti berbagai perlombaan yang diadakan oleh pemerintah daerah untuk melawan sekolah lain.
Sekolah ini sekolah yang terbilang jauh dari kata mewah. Fasilitasnya pun belum banyak seperti sekolah lainnya, namun, dengan murid yang luar biasa dapat membawa nama baik sekolah, dan membawa pengaruh baik kepada sekolah ini.
Hingga sekarang banyak donatur yang ikut menyumbang untuk memberikan fasilitas ke sekolah ini.
*
*
*
*
Terimakasih masih selalu setia !!🌹🌹
Author sangat berterimakasih pada Readers semua. 😊 🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sonya Tanod
selanat berjuang reina
2021-04-14
1
"SAYANGKU"😘
jiwa muda dan semangat yg bagus teman"
2021-01-24
1
Wulan Flower
asyiknya dapat beasiswa....
2021-01-01
2