Malam hari di kafe.
Aku meneguk hot dark chocolate favofitku. Setiap aku sedang mumet dengan segala permasalahan, aku pasti ke sini.
Seandainya Papa masih hidup dan Karel ada, hidupku pasti ngga seberat ini. Air mataku perlahan jatuh ke pipi
.
.
.
Tiba-tiba ada yang menarikku.
"Kamu mau kenalkan? Ini calon istriku. Sekarang kita putus!" ucap lelaki itu membuat aku bingung. Aku menengok ke arahnya. Sepertinya aku kenal orang ini
"Kamu jahat, BAGAS! Jahat."
Pak Bagas?
"Kamu, hati-hati dengan pria ini, dia bukan lelaki yang baik," Lalu wanita itu pergi.
"Bagus, pergi juga dia," cowok itu masih memegang tanganku.
"Pak Bagas, maaf," kataku menyadarkan lelaki itu.
"Ups," Dia melepaskan tanganku.
"Terima kasih. Siapa namamu?
"Evo."
"Terima kasih, Vo. Kalau tidak ada kamu, aku bisa habis sama dia. Cewek aneh, cuma tidur dua kali aja udah minta macam-macam.
Aku melongo. Gila, aku tidak salah dengarkan ya? Anak konglomerat dan yang jadi bos aku ini playboy?
"Kayanya saya pernah lihat kamu deh, tapi dimana ya?"
"Saya bekerja di PT. Pratama Pak."
Cowok itu langsung diam. Menatapku lekat-lekat. "Kejadian hari ini tidak boleh ada siapapun yang tahu," ucapnya dingin.
Ya ampun sikap Bagas langsung berubah 180 derajat.
Aku mengangguk menyetujui kemauannya.
"Kalo sampai ada yang tahu, kamu akan merasakan akibatnya," ucapnya lalu dia pergi. Aku melongo. Bos seperti apa dia ini??
.
.
.
.
.
"Bagaimana keadaan Tante?" tanya Maureen. Hari ini aku masuk kerja. Mama belum sadarkan diri.
"Puji Tuhan, operasi berhasil, Ren. Hanya saja mama belum sadarkan diri."
Maureen mengangguk, lalu dia berkata, "Kamu sabar aja ya. Kalau terjadi sesuatu, jangan sungkan ngomong sama aku."
"Pasti, Ren."
Datanglah Mak Lampir ,"Masuk ruangan saya sekarang, Vo."
Baru saja sampai Mak Lampir udah perintahkan Evo.
"Iya, mbak."
"Editan kemarin masih ada masalah,Vo?" Bisik Maureen.
"Kemarin sudah disetujui sama dia. Aku kirim pesan."
Maureen mengangguk. Aku menuju ke ruangannya.
"Bagaimana keadaan mamamu? Silahkan duduk, Vo," ujar Mak Lampir.
"Baik, Mbak Mel. Operasinya berhasil." Tumben Mak Lampir baik.
Dia mengulurkan sebuah amplop,"Tidak banyak, semoga bisa membantu."
"Makasi Mak, eh maksudnya Mbak Mel."
"Aku juga mau kasih info, kamu dipanggil Pak Bagas. Suruh keruangannya sekarang. Ada masalah apa, Vo?"
Aku terkejut. "Aku juga tidak tahu, mbak. Aku baru kenal bapak ya kemarin itu."
"Ya, sudah cepat ke sana. Dia sudah menunggu. Tetap semangat ya, Vo."
Mak Lampir ternyata ngga sejahat yang aku kira. Kayanya aku harus manggil nama aslinya deh, jangan julukan lagi. Mbak Meli.
"Makasi sekali lagi ya, mbak Meli." pamitku. Akupun segera menuju keruangan Pak Bagas. Haduh, apalagi ini.
Tok, tok, tok
"Masuk," perintah dari dalam. Cowok yang bernama Bagas melirik ke arahku. Kemudian dia memerintahkan anak buahnya keluar.
"Bapak memanggil saya?"
"Ternyata benar kamu anak buah saya."
Ya, iyalah. Kemarinkan aku sudah ngomong. Gerutuku dalam hati.
Bagas menuju ke pintu lalu mengunci pintu tersebut.
DEG! Aku panik. Apa yang akan dilakukan laki-laki ini?
Dia menghampiri aku, kemudian dia mendorongku ke dinding.
"Pak Bagas, apa yang bapak lakukan?" aku panik
Bagas dengan secepat kilat mencium bibirku. Ya Tuhan, ciuman pertamaku. Ciuman pertama untuk Karel, direbut oleh lelaki yang aku baru aku kenal. Lelaki playboy. Ya, dia bosku.
"Saya peringatkan sekali lagi, sampai ada yang tahu kejadian tadi malam, saya akan lebih nekat dari ini."
Aku lemas. Aku bingung.
Bagas membuka pintu. "Kamu boleh keluar."
Cowok reseh, dan brengsek. Dia mencuri ciuman pertamaku.
🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Umaydaukhti_r
ih kok gtu sih... blum apa² udh maen sosor aja tuh si bagas...evo juga knp ga ngelawan ato ditampar ato diapain gtu laah 😒😅
2021-02-03
0
Novi Puspita
kenapa g ditampar?? haha
2020-06-03
0
Mamamini
keren
2020-05-31
0