Di kantin.
"Serius Vo? Itu Karel?"
Evo mengangguk mantap. "Mirip sekali."
"Kalau benar itu Karel, kenapa dia tidak mengabari kamu ya?"
Wanita itu menggeleng tanda tak mengerti. Pertanyaan itu juga yamg ada dibenaknya sekarang.
"Aku rasa hanya mirip saja, Vo," ujar Maureen lagi.
Ya, mungkin Maureen benar. Evo menarik nafas. Apa Evo harus menyerah untuk mencari cinta pertamanya itu?
.
.
.
.
Di rumah.
"Mama, aku pulang!!" kata Evo.
Kok tumben lampu gelap. Biasanya kalo aku sampai pasti Mama menyalakan lampu. Apa mama pergi ya?
Evo hanya tinggal berdua dengan mama. Papa Evo sudah lama tiada. Evo membuka pintu, kenapa pintunya terbuka? Evo mulai panik dengan situasi ini.
Jangan-jangan rumah kami kemalingan. Buru-buru aku mencari mama. Aku nyalakan lampu agar rumah menjadi terang.
"Mama, mama! Di mana Mama?" panggil Evo. Mama Evo tidak menyahut. Evo mulai panik. Dia melihat ke ruang tamu. Nihil. Mama tidak ada.Lalu Evo mencari ke ruang dapur, kemudian dia menjerit, "YA,TUHAN! MAMAAAA!!!!!!"
.
.
.
.
.
.
.
Di rumah sakit.
"Tenang Vo, mamamu pasti baik-baik saja." Maureen menenangkan Evo
"Udah jangan nangis lagi, Vo. Nanti aku jadi ikut nangis." ujar Dina juga.
Evo menemukan Mama tergeletak di lantai. Dia langsung menelepon ambulans untuk membawa ke rumah sakit. Maureen dan Dina yang mengetahui kondisi mama melalui whatsapp langsung datang ke rumah sakit untuk menjenguk mama.
"Bagaimana kejadian sebenarnya, Vo?"
" Tadi saat aku tiba ke rumah, mama udah tergeletak Ren. Aku takut Ren."
Maureen memelu Evo, lalu dia berkata, "Sabar ya, kami di sini menemanimu."
Kemudian dokter keluar, lalu segera Evo bertanya, "Bagaimana keadaan mama, Dok?"
"Beruntung kamu cepat datang. Ibu Regina terkena serangan jantung."
" Apa? Serangan jantung?"
"Iya, betul. Kita harus segera operasi Ibu Regina. Kalah tidak segera di operasi, kemungkinan terburuk akan terjadi."
"Apapun, Dok. Apapun akan saya lakukan demi mama. Tolong selamatkan mama, dok."
" Baik, Mbak. Akan saya siapkan semuanya. Mbak silahkan selesaikan adminitrasinya." ujar dokter lalu bersiap-siap.
"Maureen, Dina, aku minta tolong, tunggu di sini sebentar ya. Aku mau urus administrasi. Aku takut dokter datang lagi."
"Siap," ucap mereka berbarengan.
Akupun segera ke ruang adminitrasi.
"Malam, Sus. Tadi saya suruh ke sini untuk mengurus administrasi operasi Mama saya."
"Nama mamanya siapa mbak?"
"Lisa, Lisa Regina."
"Ok, sebentar. Ibu Lisa Regina, operasi besar jantung. Biaya sekitar dua ratus juta mbak. Itu belum termasuk biaya dokter, dan kamar mbak. Kalo setuju, mbak tanda tangan dan bayar uang jaminan 50%."
Evo terkejut tak percaya. Dari mana dirinya bisa mendapatkan uang dua ratus juta?
"Apa boleh membayar lima puluh juta dulu?" tanya Evo pada perawat. Uang lima puluh juta itu adalah uang tabungan dia selama lima tahun bekerja.
"Oh, bisa mbak. Jadi sisanya setelah selesai operasi ya, Mbak." Jelas perawat tersebut. Aku mengangguk menyetujui perkatannya.
Evo bersyukur karena punya tabungan sehingga bisa mama bisa operasi. Sisanya nanti saja dipikirkan.
.
.
.
Depan ruang ICU.
"Bagaimana, Vo? Apa yang harus kami bantu?" tanya Dina.
"Udah selesai, kok, Din, tinggal nunggu jadwal operasi. Kalian bantu doa ya."
"Pasti," jawab mereka.
Bagaimana aku harus mencari sisa uang?
.
.
.
Keesokan paginya. Di rumah sakit.
"Jadwal operasi jam 10, mbak." jawab dokter yang baru keluar dari ruang ICU. Evo mengangguk dan berdoa dalam hati.
Dina dan Maureen sudah pulang. Hari ini masih masuk kerja. Hari ini pula Evo izin tidak masuk, mau menjaga mama di rumah sakit.
Evo membuka WA ada ucapan semangat datang dari keluarga.
"Ah, iya, apa aku pinjam saja uang sama Om, adik mama yang di Singapura."
Evo coba menghubungi keluarga tersebut.
"Halo," sapa dari sebrang.
"Halo, Om. Ini Evo."
"Halo, Vo. Bagaimana kabarmu? Tumben telpon."
"Iya, Om. Aku mau kasih kabar, Mama masuk RS. Kena serangan jantung. Kami kekurangan dana. Apa Om bisa bantu?" ujarku.
"Maaf, Vo. Om lagi benar-benar kesusahan. Om cuma bisa kirimin sedikit ya, Vo." Mendengar jawaban dari Om, hati Evo sedih. Beliau satu-satunya harapannya. Mama hanya punya satu saudara, ya Om ini. Kalo keluarga Papa, Evp tidak bisa berharap. Semenjak Papa meninggal, mereka tidak peduli dengan kami. Semoga ada yang membantu dana pengobatan mama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 208 Episodes
Comments
Inayah Ramadhani
🥹🥹🥹🥹🥹
2022-12-14
0
Cici Panda
semangat thor
2020-05-08
1
DoraemonCantik
lanjut kak
2020-05-02
0