"Bukankah itu dia...."
"Menyerah sebelum bertarung..."
"Payah sekali..."
"Mungkin dia ketakutan karna lawannya adalah Queen Of Elegance"
"Dia PastiBenar-benar bodoh berani menantang Kursi kesepuluh Ultimate Aptitude di hari pertamanya"
"Mungkin kalau itu aku, aku pasti langsung pulang dan tidak berani menunjukkan wajahku lagi..."
"Kau benar..."
"Apa yang terjadi disini...." Ucapku sedikit mengeluh dengan menatap ke arah murid kelas 1-A dengan tatapan malas, alasannya setelah Bu Hana memanggilku masuk untuk memperkenalkan diri secara cepat seluruh Orang dikelas banyak yang berbisik Tepat setelah aku masuk.
"Semuanya Tenanglah...." Ujar Bu Hana sambil menepuk kedua telapak tangannya sehingga para murid langsung mengalihkan pandangan kearahnya kembali.
"Baik silahkan perkenalkan dirimu Vian..."
"Kurasa aku tidak perlu memperkenalkan diriku Bu Hana... mereka juga tidak peduli kelihatannya" Ucapku kembali memandang wajah para murid kelas 1-A Ini yang tengah menatap ke arahku dengan tatapan merendahkan dan kasihan.
"Mungkin kau benar... Tapi setidaknya biarkan mereka tahu namamu"
"Baiklah.... Namaku Rey Alvian"
"....." Tidak ada Respon seperti dugaan ku.
"Kalian bisa memanggilku sesuka kalian..."
"....." Masih tidak ada Respon apapun.
"Sudah ku duga akan jadi seperti ini"
"Baiklah Vian Kau silahkan duduk di sebelah sana" Ucap Bu Hana Sambil menunjuk ke arah sebuah bangku yang terletak di belakang dekat dengan pintu masuk dan keluar.
Aku berjalan di antara para murid sambil terus menatap lurus kedepan berusaha untuk tidak menatap wajah para orang disini berharap agar aku tidak mendapatkan masalah lagi.
Bruk... Aku jatuh tersungkur kedepan karena tersandung sesuatu dan setelah aku melihat kebelakang seorang anak laki-laki berwajah sinis tengah menatap ke arah ku dengan tatapan merendahkan, sepertinya dia sengaja mengulurkan kakinya untuk membuatku jatuh.
""Hahaha"" Seluruh murid yang ada dikelas 1-A tertawa secara serentak dengan sangat keras.
"Hey Pecundang... Lain kali kalau berjalan Hati-hati kau jadi menyengol kakiku yang berharga ini" Ucapnya dengan nada meledek padahal bukan aku yang menyengol kakinya tapi dialah yang sengaja melakukannya.
aku berdiri kemudian menatap ke arahnya dengan tatapan datar.
"Sepertinya kakimu itu sudah biasa menyandung seseorang yah..." Ucapku dengan nada yang tak kalah merendahkan.
"Apa kau bilang...."
"Sudahlah kalian berdua... Vian segera duduk dikursimu.... Dan Toni sekali lagi kau melakukan hal itu maka kau akan ibu bawa ke ruang kepala akademi."
"Tch...." Decaknya kesal, Aku kemudian berjalan menuju ke kursiku dan duduk untuk mengikuti pelajaran.
... ... ...
Tingg.... Tingg.... Tingg...
Bel Pertanda pelajaran selesai berbunyi dan ini saatnya untuk istirahat makan siang, tepat setelah bu Hana keluar kelas seluruh murid juga langsung ikut membubarkan diri untuk menuju ke Cafetaria.
Murid laki-laki yang sebelumnya mengerjaiku juga ikut berdiri bersama dengan beberapa temannya dan hendak pergi ke Cafetaria.
"Mungkin aku harus membalas apa yang dia lakukan padaku" Gumamku pelan.
"Baiklah akan kubunuh kaki kanannya untuk beberapa hari... Kurasaitu sudah cukup untuk membalasnya."
[FYI : Absolute Death dapat membunuh apa saja termasuk bisa digunakan untuk menbunuh beberapa bagian tubuh, misalnya si pengguna hanya ingin membunuh tangan target maka hal itu dapat dia lakukan, termasuk waktu durasi pembunuhannya yang dapat dikontrol sesuka hati, tapi jika Pengguna ingin membunuh secara permanen maka hal itu bisa dilakukan].
"Kalau Begitu... matilah" Secara sontak Toni yang baru ingin keluar dari pintu langsung jatuh, dan sedikit mengeram kesakitan sambil memegangi kaki kanannya.
"Ada apa Toni..." Ucap Temannya karena terkejut melihat Toni yang secara tiba-tiba terjatuh.
"Hey Apa kau baik-baik saja".
Toni masih terus mengeram kesakitan dan tidak menjawab pertanyaan teman-temannya, dan tentu saja hal itu membuat temannya khawatir dan segera membawa Toni menuju keruang kesehatan.
Aku tersenyum kecil setelah berhasil membalas pebuatannya kepadaku.
Setelah melakukan itu aku berniat untuk tidur siang sebentar di mejakau namun sebelum itu dapat dilaksanakan.
"Hey pelayan...." Suara perempuan yang terdengar mengesalkan itu terdengar.
Aku menoleh ke sumber suara dan mendapati Silvi tengah berdiri disamping ku.
"Ada apa?" Tanyaku malas.
"Aku lapar... Segeralah belikan aku makanan di cafetaria" Ucapnya tanpa rasa bersalah.
"Kenapa aku harus melakukan hal merepotkan itu untukmu... Pergilah sendiri sana" Ucapku kemudian menaruh kepalaku di lipatan tangan dan mencoba untuk tidur.
"Ohhh... Apa kau lupa kalau kau adalah pelayanku sekarang."
"......" Aku diam Tidak menjawabnya.
"Sebagai majikanmu aku berhak untuk memberikanmu hukuman... Akan kuberitahukan pada ibuku untuk memberimu hukuman... Mungkin berlari sebanyak 100 Kali mengelilingi lapangan di siang hari tidak terlalu buruk." Ucapnya.
"Tchhhh.... Mana uangnya" Ucapku kesal, sambil berdiri dari tempatku duduk, karena jika si nenek tua yang bertindak aku sama sekali tidak akan bisa melawan, Dan entah kenapa hal itu bisa terjadi.
"Pelayan yang baik..." Ucapnya kemudian mengambil dompetnya dari saku kemudian mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Kau bisa membeli untukmu juga..."
"Haruskah aku berterima kasih...?"
"Tidak perlu...."
"Jadi apa yang ingin kau makan"
"Karena sekarang masih siang jadi aku tidak ingin makanan yang berat..."
"Merepotkan sekali..."
"Cepatlah pergi dan ingat jangan lama-lama, kuberi kau waktu 5 Menit."
"5 Menit?.... Kau bercanda aku saja belum hapal mengenai seluk beluk akademi ini dan kau menyuruhku untuk membelikanmu makanan dalam 5 Menit"
Dia tidak membalas ucapanku tapi dia malah mengeluarkan Sebuah smarthphone dari sakunya dan bertingkah seolah sedang menelepon seseorang.
"Ahh... Halo Ib-"
"Baiklah-baiklah aku pergi...." Aku beranjak keluar kelas dengan langkah terburu-buru.
Bruk... Secara tidak sengaja di sebuah persimpangan koridor aku menabrak seseorang sangking terburu-burunya.
"Ah... Maaf-maaf aku tidak sengaja" Ucapku kemudian bangkit berdiri.
Aku menoleh ke arah orang yang kutabrak, Seorang Perempuan dengan rambut perak dan memiliki mata berwarna Hijau itu tengah berusaha untuk bangkit berdiri juga.
"Apa kau tidak apa-apa?" Tanyaku.
"Kau pasti sengaja menabrakku..." Ucapnya dengan nada dingin.
"Ha?"
"Kau pasti sengaja menabrak ku bukan" Ucapnya lagi.
"Untuk apa aku melakukan hal itu..."
"Tentu saja agar bisa berbicara denganku... Yah aki wajar saja... Siapa coba yang tidak mau untuk berbicara dengan seorang putri sepertiku"
'Apa-apaan perempuan ini....' Gumamku dalam hati.
"Ahh... Sial aku hampir kehabisan waktu... Maaf yah aku benar-benar tidak sengaja" Ucapku kemudian berlalu pergi dari hadapannya.
***NOTE : Untuk Konflik dalam Cerita Ini Mungkin baru akan dimulai Di Chp.6/7 Jadi Untuk chapter awal-awalnya hanya berupa pengenalan beberapa karakter yang nantinya akan ikut terlibat dalam konflik.
Jadi seperti itu....
Support Author dengan Cara Like & Vote
Okayyy... See u next chapter***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
™DEWA•[PHOENIX]
Up Thor
2020-11-04
3
🍉Kyla_Quaza🍉
lah siapa tuh jir.. geer banget
2020-11-02
5