Bensin mobilku habis...
Rasanya mau teriak karena kesal!
Aku menyandarkan tubuhku yang lunglai ke kursi mobil sambil mengumpat.
Gimana caranya Aku pulang sekarang?
Aku meraih ponselku untuk memesan ojek online.
Kenapa ini?
Kok layarnya gelap...
Aku memencet tombol on.
Kok ngga mau nyala yah...
Aku baru teringat kalau seharian tadi Aku ngga sempat mencharge baterai ponselku.
Aku menghela napas berat.
Astaga.... Mau ada kejadian apa sih malam ini? Kok Aku sial terus...
Ya sudahlah, kalau perlu menginap di mobil sampai pagi.
Aku memejamkan mataku berusaha meredakan kesalku.
Tok tok tok
Suara apa itu?
Seperti suara kaca mobilku diketok.
Aku membuka mataku. Lucas ada di luar, menatapku dengan kuatir.
Aku membuka kaca mobil.
"Kenapa?" tanyanya.
"Bensinku habis, bateraiku juga..." desisku. Aku berasa mau nangis rasanya. Kenapa Aku mellow banget malam ini ya? Padahal waktu Aku memberikan saran ke Samantha performaku masih bagus.
"Mau Aku anterin Mbak? tapi pake motor ya..." tawarnya.
Okelah, daripada ngga pulang.
----
Untung saja ia ngga bawa motor sport, bisa copot pinggangku kalau harus nungging sepanjang perjalanan.
ia membawa motor matic yang ukurannya besar. Jenis yang nyaman untuk dibawa touring.
"Yuk?" ia menyerahkan helmnya padaku.
Saat duduk dibelakangnya Aku ragu-ragu mau berpegangan, karena di belakangku ada box besar.
"Pegangan Mbak..." sahutnya sambil menoleh ke belakang.
"Pegangan apa?"
"Pinggang Aku lah mbak, kecuali mau kepentok box..." sahutnya.
Aku ragu-ragu mau berpegangan ke pinggangnya.
Ya sudahlah.
Aku meraih pinggangnya dengan kedua tanganku.
Kokoh juga yah, keras, tanpa lemak. Mungkin dia rajin workout.
"Mau kemana dulu kita?" tanyanya.
"Eh, boleh nih? Aku sih tadinya mau nonton!" sahutku.
"Oke, kita nonton!" sahutnya.
Enak juga yah naik motor. Angin menerpa wajah dan terasa sejuk. Sudah begitu, jalannya bisa menyalip, jadi bebas macet.
Kami sampai di bioskop, Aku sebenarnya masih ingin jalan-jalan naik motor. Biarlah nanti pulangnya kan bisa naik lagi untuk numpang pulanh.
Lucas meraihku dan merapikan rambutku.
"Berantakan, harusnya tadi diiket ya..." ia menyisir rambutku perlahan dengan tangannya yang besar.
Kami berdua terbiasa seperti itu, ia sudah seperti adikku, padahal usia kami hanya berbeda 1 bulan. Aku berulang tahun lebih dulu. Itu sebabnya dia memanggilku. demgan sebutan 'mbak'.
"Lain kali Aku bawa iketan rambut..." sahutku.
"Yuk...nonton horor ya!" Ia merelakan lengannya untuk kugandeng. Lengannya juga kuat, ototnya terjaga baik.
Lumayan juga cowok ini...
"Nonton yang drama ajaaaa..." rajukku.
"Eih ngga seru ah... nanti Aku ketiduran."
"Kalo horor Aku yang ngga bisa tidur!"
"Oke lah horor ajaaa... biar Mbak Six ngga bisa tidur." Candanya.
"Bianca."
"Hm?"
"Namaku Bianca..." sahutku. "...kalau di luar kantor."
"Namanya Mbak Six bagus yah...secantik orangnya."
Aku menghela napas...
Kalo Aku secantik yang dia bilang seharusnya sekarang Aku jalan sama pacarku makan di cafe mahal sambil ditemani pemandangan malam.
Bukannya nonton sama Lucas.
*****
Aku merasa aneh...
Sepertinya dari tadi banyak orang-orang yang memandangi kami.
Aku dan Lucas duduk di lantai sambil menunggu jam filmnya mulai, sisa 5 menit lagi sebelum pintu teater dibuka.
Aku makan popcorn sambil membaca berita di ponselku, Dia bermain game online.
Tapi dari tadi, kerumunan di depanku berbisik-bisik sambil menatap kami. Orang-orang yang lalu-lalang juga melihat ke kami. Tak tanggung-tanggung dua sampai tiga kali lirikan.
Aku melihat ke bawah, sepertinya tak ada yang salah dengan pakaianku.
Aku menatap Lucas, tak ada yang salah juga di dirinya. Malah ia terlihat sempurna, kenapa dia bisa serapi ini yah, kalau diperhatikan sebenarnya bajunya biasa aja khas anak muda jaman sekarang, tapi di tubuhnya seperti dijahit khusus untuk dirinya. Terasa pas dan eksklusif.
Lalu Aku menajamkan pendengaran untuk menguping pembicaraan kerumunan terdekat kami.
"Model kali... atau selebritis. Gila gue sampe kepanasan ngeliatinnya. Ganteng banget kayak bukan manusia..."
Oh.
Aku menatap Lucas.
Pria itu kali ini mengenakan kacamatanya dengan matanya fokus ke layar ponselnya. Jarinya bergerak cepat menekan layar.
Yah, Aku Akui... memang Lucas itu... Seksi kalo kata Number Seven, enchanting kalau kata Number Nine. Charming kalau kata Number Ten. Yang ngga kasih opini cuma Number Eight karena dia sudah menikah.
Kalo kataku?
Aku setiap hari bertemu dengannya, jadi menurutku biasa saja.
Dan lagi di kantor pusat ini sangat banyak yang wajahnya tampan.
Tapi tetap saja, untuk Lucas biasanya ada lanjutannya : tapi dia kan cuma OB...
"Lucas..." Panggilku.
"Hem?"
"Kamu ngga berpikiran cari pekerjaan lain?"
"Apa? Model?" Tembaknya. Sepertinya dia sudah sering ditanya hal serupa.
Aku menyeringai.
"Yang begitu kan ngga bisa bertahan lama mbak, awal-awal memang laku, tapi setelah keseringan tampil masyarakat cepat bosan. Dan lagi kehidupan selebritis biasanya diatur oleh manajemen dan tidak ada privasi."
Aku mengangguk karena setuju dengannya.
"Mbak Six udah berapa lama kerja di Beaufort?"
"Bianca..." Desisku.
"Ohiya, sori ngga biasa... Habis sekarang tampangnya tetep galak kayak lagi kerja." Sahut Lucas.
Aku mencibir.
"Udah 10 tahun. Aku satu angkatan sama Pak Leon dan Pak Bara. Pertama masuk waktu itu Aku operator, Leon masih jadi admin, Bara malah jadi Debt Collector." aku mengingat masa itu. Masa dimana kami masih cupu. Sekarang Leon menjabat sebagai Presdir di Beaufort Mining dan Bara CEO di Beaufort Techno, mereka berdua merangkap juga menjadi asisten Big Boss.
Yang masih begini-begini saja cuma aku.
"Wah, senior banget dong ya mbak! Jadi masuk Beaufort waktu 19 tahun ya?!"
"Iya bisa dibilang begitu. Aku masuk sini lebih dulu dibanding para direksi-direksi muda yang sekarang. Waktu Pak Baskara masih menjabat."
"Udah pensiun mbak, dianya... Katanya dia jahat dan semena-mena sama karyawan."
"Ohya? Tegas tapi ngga jahat loh... Kamu denger dari mana?"
"Dari yang lain..."
"Mungkin mereka pernah punya masalah sama Pak Baskara, jadi respon beliau ngga bagus. Pokoknya beliau itu mengutamakan kejujuran. Terus terang aja, pasti dibantu kok. Duh Aku jadi kangen sama beliau, sehat-sehat aja ngga yah... Udah tua loh, mungkin sekarang hampir 70 tahun usianya."
“Memangnya sudah lama ngga ketemu Pak Baskara, Mbak?”
“Aku udah sekitar... kurang lebih lima tahun ngga ketemu beliau... tiba-tiba dia memanggil kami, orang lama. Dan mengatakan akan pensiun, dan menyerahkan seluruh saham ke anaknya yang waktu itu ada di Amerika. Kami kaget... Yah, Pak Baskara setahu kami tidak akur dengan anaknya.”
“Jadi Beaufort sudah dipegang big boss yang sekarang selama lima tahun. Aku dengar gaungnya baru-baru ini mbak...”
“Iya, aku juga bertanya-tanya. Selama lima tahun dihandle sama Big Boss dari Amerika. Setahu aku perwakilan disini Pak Leon dan Pak Bara. Entah kenapa akhir-akhir ini Big Boss kembali ke Indonesia dan bahkan katanya dia mau berkantor di Beaufort Bank...kayaknya aku mencium adanya masalah di sini...”
Lucas hanya menyeringai. "Tadi Aku ngobrol sama Pak Leon..." Kata Lucas kemudian. "Ruangan Big Boss lagi dirancang, letaknya di depan Mbak Six nanti. Kan ada koridor lebar banget ngga kepake itu."
"Eh, kamu tahu tampang Big Boss ngga?" tanyaku.
“Loh, Mbak Six sudah lama kenal Pak Baskara kok malah belum tahu tampang anaknya? Memang belum pernah ketemu mbak?”
"Belum." Aku menggeleng. "Kalau tidak salah anaknya itu dari kecil tinggal di Amerika. Tapi Pak Baskara ngga pernah cerita-cerita sama aku. Istrinya, Bu Retno, juga ngga pernah kasih tau. Seperti yang tadi kubilang dia ngga akur sama orang tuanya.”
Lucas mengangkat bahunya. "Aku sering antar dokumen, tapi biasanya ketemu sama Pak Leon atau Pak Bara aja."
Aku mengangguk dan menyeringai. “Eh, Ada gosip sekarang dia lagi dalam penyamaran."
"Hah?! Maksudnya?"
Aku mengangguk. "Katanya salah satu Direksi di Beaufort Bank adalah Big Boss. Tapi dia belum mau mengungkap identitas aslinya untuk alasan keamanan."
"Keamanan? Maksudnya dia lagi diincer penjahat gitu?"
Aku tampak berpikir. "Mungkin yah... Kok kayak film yah..."
"Ih diragukan informasinya..." Lucas mengernyit menatapku, seperti biasa seringai menghiasi wajahnya. Kapan pria ini tidak tersenyum yah...? "Yang pasti sih bakalan berkantor di kita."
"Yah... nambah kerjaan Kamu dooong... Bertambah lagi satu ruangan yang harus dibersihkan tiap hari" Candaku.
"Iya ya? Tapi lebih susah beresin peralatan staff dibanding ruangan Direksi, mbak... Mereka suka jorok. Makan bubur belum habis main buang saja di tempat sampah yang khusus kertas, mana ngga dialasin plastik. Waktu itu Aku bahkan nemu kon**dom..."
"Eh!! Di unit mana itu?!"
"Ada deh... Aku udah laporin kok ke personalia. Jangan bilang sapa-sapa mbak. Jijik aja beresinnya... Aku sampe pake sarung tangan bersihinnya..." Keluhnya.
Aku menepuk punggungnya.
"Semoga cepet naik jabatan yah cah bagus..."
"Eh, main cah cah aja, umur kita tuh cuma beda sebulan tau!"
Aku tertawa.
Benar juga sih, tapi pembawaannya dia memang cute sih.
"Mbak Bianca nonton sama Aku, memang pacarnya ga nemenin?"
"Kamu tau siapa pacarku?" tanyaku.
Lucas mengangkat bahunya.
"Ngga ada." Jawabku.
"Loh biasanya dandan cantik setiap pulang kerja mau ketemu siapa?"
"Mau ketemu... Kamu!" Aku berseru dengan niat bercanda.
Lucas mengangkat alisnya.
Aku hanya mesem-mesem.
"Serius nih?" Tanyanya.
Aku menyeringai.
"Kalau serius, Aku seriusin balik nih!" Sahutnya.
"Oke?" Sahutku menantangnya.
Dia tampak berpikir. "Oke deh!" Sahutnya.
"Jadian nih kita?!" Aku sebenarnya beneran cuma bercanda sih.
"Ayok aja Aku mah, asal ngga nuntut macem-macem!"
"Paling minta pijetin..."
"Mbak Bianca bahaya juga yaaa..."
"Eeh pijetin apanyaaa... Ih pikirannya udah kemana-mana nih yaaa!" Aku terbahak.
"Yah kok cuma bercanda...! Ah ngga seru ah!" Sahutnya berlagak kecewa.
Akhirnya pintu teater dibuka juga.
Ia menyediakan lengannya, Aku menyelipkan tanganku ke kepitan lengannya.
"Hore, weekend punya pacar..." Sahutnya riang.
"Asik, ngga jomblo lagii!" Balasku.
Kalau Aku sih cuma bercanda.
Ngga tau kalo Lucas nganggapnya apa.
Wanita tidak suka menjelaskan apa yang diinginkannya, tapi mengharuskan laki-laki untuk bisa lebih mengerti apa yang diinginkan wanita (Unknown)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ray Aza
authore lali opo yak? tp posting waelah... dia duduk di lantai sambi ngecharge hp... #aq bangeeettt... hahahaaa
2023-09-03
1
Sisca Premono
jare batrene habis mbak, kok iso dolanan ponsel 😅
2023-02-05
0
Vlink Bataragunadi 👑
oalaaah udh bbrp bab aku baru inget Bara ini Baratadhika ya >_<
2022-12-03
0