Saat Aku keluar dari ruangan Leon, Aku berpapasan dengan Lucas.
Ia melirikku dari atas ke bawah, tampangnya agak muram.
"Lucas, makan siang Aku udah diruangan?" tanyaku.
Ia mengangguk. "Silahkan menikmati Mbak Six..." Senyumnya mengembang saat melihat Aku mengenakan kalung pemberiannya.
"Mbak Six..." Panggilnya lagi, Aku membalikkan badanku menghadapnya.
"Tumben ngga pake lipstik." Sahutnya, terdengar menyindir.
"Barusan dihapus..." Desisku. Iya, dihapus pake bibirnya Leon.
Tapi tampaknya dia tahu yang terjadi di balik ruangan itu.
Aku bersikap masa bodo, karena saat ini aku memang tidak memiliki hubungan apapun dengan Leon.
Dan ini kan jam makan siang, kami bebas menjadi diri kami sendiri saat jam istirahat.
Dan lagi ini bukan urusan Lucas.
*****
Setelah makan siang Aku bermaksud untuk memeriksa kelayakan perabotan dan peralatan operator di lantai dasar. Saat Aku berada di balik meja operator, Aku melihat Samantha turun dari mobilnya.
Dia berjalan dengan mantap melewati pemeriksaan barang, lalu terperajat saat melihatku ada di balik meja operator.
"Kamu...Number Six. Kenapa disini? Bukannya ini masih jam makan siang?" Ia mundur selangkah.
Aku masih dengan tanpa ekspresi hanya menatapnya, santai sih sebenarnya, memang Aku segalak apa sih sampai seorang putri seperti dirinya takut padaku? Maksudnya masih jam makan siang apa dia beranggapan pasti tidak ada yang berjaga karena jam istirahat, begitu? Memangnya dia pikir ini kantor usaha kecil?
"Benar, bu, karena itu Saya disini. Karena jika jam makan siang berakhir Saya harus kembali ke pos diatas. Kalau boleh tahu, Bu Samantha mau bertemu siapa, agar sekalian bisa dicatat sama operator kami." Ketiga operator yang sudah berjaga didepanku mengangguk ramah ke Samantha.
Ia menggigit bibirnya, ragu. "Ketemu Aria sih seharusnya, tapi belum janji. Mau nawarin proposal kerjasama. Kata Kamu kalo ketemu harus bawa penawaran, kan..."
Aku mengangguk mengiyakan.
"Saya boleh lihat penawarannya sebentar?"
"Saya ngga mau dititipkan, Saya pingin ketemu Aria." Sahut Samantha lugas.
Boleh juga usahanya.
"Tapi kalau penawarannya kosong, tetap saja Saya belum bisa ijinkan masuk..." Aku sedikit berempati padanya. Karena ia benar-benar mencoba dan mendengarkanku, tidak seperti yang lain hanya marah-marah dan menerobos mempermalukan diri didepan banyak orang.
Aku berjalan ke arahnya lalu mengulurkan tanganku. Ia memeluk erat proposalnya.
"Bagaimana Saya bisa tahu layak atau tidak kalau anda memeluknya seerat itu, Bu Samantha..."
"Saya belum ibu-ibu..." Sahutnya sewot.
"Saya panggil anda dengan sebutan ibu karena Saya masih menghormati anda."
"Panggil nama aja, atau mbak, atau sis, atau kakak sekalian." Ia menatapku dengan wajah yang dibuat seriang mungkin walaupun agak maksa sebenarnya, mungkin mencoba akrab denganku, dan mungkin dia pikir Aku akses VIP untuk bisa bertemu Aria jadi dia bersikap baik padaku.
Dipikir Aku akan kasihan dengannya.
Aku tetap tidak berekspresi, sebenarnya mau ikutan senyum juga sih habis geli lihat tingkahnya.
"Baik, Kak Samantha. Sini." Aku sedikit menekan suaraku memberi perintah padanya. Ia bersungut-sungut dan menyerahkan proposalnya dengan tak rela.
Permohonan pinjaman untuk cafe konsep wanita.
Hm...boleh juga.
Menunya per paket sekitar 100rb tapi sudah dapat 2 jenis teh dan 2 jenis cake.
Konsepnya taman bunga.
Wah...kalau bisa berhasil dibangun Aku juga mau nongkrong di tempat seperti ini sambil baca novel.
"Kak Samantha..." Sahutku, sambil menatapnya dengan serius. Ia terperajat namanya dipanggil, tampaknya ia sangat kuatir tidak disetujui. "Cafe seperti ini dengan tempat yang anda beli cash... sebenarnya tidak perlu meminta bantuan dana ke perusahaan kami, Anda pasti sudah bisa membiayai pembangunannya sendiri,kan?!"
Ia terlihat merengut, rencananya berhasil kuketahui. "Tapi Saya hargai usaha anda untuk menemui pak Aria. Perlu anda tahu, jauh lebih murah anda biayai sendiri daripada meminjam kepada kami, anda harus membayar bunga dan provisi segala..."Aku menggelengkan kepala karena salut dengan tindakannya. Dia berani membayar mahal hanya untuk bertemu Aria.
"Boleh Saya berikan usul?" tanyaku.
Matanya membulat menatapku penuh harapan, ia langsung mendekat.
"Hari ini anda titipkan dulu proposalnya ke Saya, agar Pak Aria membacanya. Lalu Saya akan berikan anda jadwal pertemuan. Saya sarankan di pertemuan pertama, anda jual mahal. Tidak setuju dengan bunga yang ditawarkan dan bilang kalau anda akan mempertimbangkannya dengan pemegang saham lainnya. Minta sesi pertemuan berikutnya. Dipertemuan kedua anda baru bilang setuju, tapi dengan syarat dana dicairkan 4 tahap. Minta Pak Aria ikut kunjungan ke lokasi dengan alasan anda ingin membangun kepercayaan antara perusahaan. Jangan membangun apapun dulu, biarkan berantakan apa adanya. Tunjukan kalau anda benar-benar butuh dana. Bilang kalau ini usaha anda sendiri lepas dari orang tua anda. Angsuran akan dibayar dari hasil penjualan. Setelah itu Saya akan usahakan Pak Aria melakukan kunjungan lagi saat pembangunan awal."
Ia terperangah mendengar kata-kataku.
"Dengan demikian, ada empat kali pertemuan.
Jadikan itu kesempatan untuk mendekatinya dengan lebih akrab."
"Ta...tapi itu kan tidak sepenuhnya jujur."
Aku tidak bisa menahan senyumku.
"Ya memang anda menyembunyikan kenyataan kalau anda mampu. Tapi itu bukannya tidak jujur. Nanti saat pencairan kedua, anda langsung lunasi pinjaman anda, bilang kalau anda dapat investor baru yang bunganya lebih murah..."
Ia memekik kaget, mulai mengetahui ke arah mana rencanaku.
"Saat itu, Saya jamin Pak Aria akan mengejar-ngejar anda untuk menawarkan kesepakatan baru."
Wajahnya berbinar....
"Kamu... hebat." Desisnya, ia tampak terkesima.
"Saya tidak hebat sampai rencana kita terealisasi. Tapi Saya sudah mengenal pak Aria dari dia belum seganteng sekarang sampai dikejar-kejar fans fanatik..." Sahutku.
Akhirnya Samantha pulang dengan senyum diwajahnya setelah menitipkan proposalnya padaku.
"Mbak Six..."
Aku terkesiap saat mengetahui Lucas sudah berdiri dibelakangku.
"Sejak kapan Kamu disini?"
"Sejak kata-kata 'boleh Saya berikan usul' hehe"
Aku menghela napas merasa malu karena ketahuan.
"Yah... Dia sudah berusaha keras. Kami sama-sama wanita, Aku bukannya ngga ngerti kegalauannya yah..."
"Hm... Jadi konsepnya, mendapatkan pria idaman dengan sedikit trik, gitu?"
"Laki-laki semakin dikejar semakin jauh,kan?"
Lucas mengangguk.
"Benar juga..." Sahutnya. "Kami hanya... tidak suka dikekang. Belum-belum sudah mengejar dengan posesif, gimana nantinya?"
Aku terdiam.
Teringat saat Aku dan Leon pacaran dulu, Aku sangat posesif terhadapnya. Sedikit-sedikit cemburu. Pada akhirnya dia juga sampai sekarang masih sendirian sama sepertiku.
"Aku jalan dulu mbak, hari ini mau ke kantor Big Boss." Sahut Lucas. Aku hanya mengangguk.
*****
Saat malam hari, Aku memutuskan untuk nonton sendirian di bioskop terdekat. Aku mulai bersiap-siap di kamar mandi kantorku dengan pakaian casual.
Menyedihkan...
Nonton di bioskop sendirian...
Entah kenapa tiba-tiba Aku galau gara-gara Samantha.
Setidaknya ia punya tujuan hidup... Tidak sepertiku yang begini-begini saja. Aku bahkan tidak tahu apa yang harus kukejar.
Aku mengenakan kaosku yang sedikit kebesaran, celana jeans ketat dan sneakers semata kaki. Tak lupa jaket Di**or ku dan ransel bekas jaman kuliah.
Rambut hanya kugerai tanpa kusisir dan Aku tidak mengenakan makeup.
Astaga... Kantong mataku...
Biarlah, toh tidak ada yang akan kubikin terkesan.
Dari semua yang ada, yang cantik hanya kalung pemberian Lucas yang tergantung di leherku.
Setidaknya ada yang mengidentifikasi Aku sebagai seorang wanita.
Ini baru pukul 19. Tapi ini weekend. Semua sudah pulang jadi gedung lebih cepat dimatikan lampunya.
Aku berjalan dengan gontai ke arah lift.
Berkali-kali mendesah karena rasa malas.
Saat menunggu di depan pintu lift Aku menyalakan rokokku, pintu lift terbuka dan Lucas ada didalam lift.
Kami bertatapan.
"Eh, di area koridor ga boleh ngerokok, Mbak Six..." ia menggodaku.
Aku mencibir. "Ngga ada yg ngeliat."
"Itu masih nyala..." Lucas menatap cctv diatas kami. Lalu menyeringai. Padahal koridor sudah gelap...
Ia menatapku dari atas ke bawah.
"Hari ini ngga nge-date Mbak Six?"
Kapan yah Aku nge-date...? Ah biarlah dia berpikir demikian, agar kehidupanku tidak terlihat menyedihkan di mata orang lain.
"Lagi ngga mood...Aku duluan yaaa..." Desisku sambil masuk ke lift.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Yuan Dhinie
Authornya pinter ya,apalah aq yg hanya ibu rumah tangga,agak ga ngerti sama dunia dan bahasa orang2 kantor,tapi klo baca novel ini jadi berasa org kantoran,bisa ngerti dikit2 dunia kantor😅
2023-03-19
4
Vlink Bataragunadi 👑
ah.... cafe kakaknya Milady kerja ya?
2022-12-03
0
S A N I
aq yg dulu kerja di belakang meja dgn hitungan angka pasti takjub aja dgn bahas amarketing disini... madam aq makin yakin jadi fans mu 😘😘😘
2022-09-19
1