The Ex

Aku melihat pantulan diriku di jendela. Wah memang lebih baik pakai perhiasan.

"Pasti kencannya berhasil malam ini mbak, lebih cantik dari cewek-cewek yang suka dateng kesini." Sahut Lucas.

Aku tertawa senang mendengar pujiannya.

"Oke lah, Aku pinjem kalung Kamu sehari yah, mudah-mudahan pacar Kamu ngga tau."

"Itu memang Aku beli sengaja buat Mbak Six kok..." Sahutnya.

Aku menatapnya.

Lalu mengangkat alisku meminta penjelasan.

"...barusan Aku beli. Balasan coklat tadi siang." Sambung Lucas.

Ya Ampun...

"Lucas..." Aku mengusap dahiku. "Coklat itu kan..."

"Iya Aku tau, dari direksi yang ngga mau terima hadiah dari cewek-cewek itu kan? Karena takut mubazir akhirnya Mbak Six ambil. Ngerti kok..." Lucas menyeringai. "...soalnya waktu bersih-bersih ruangan Aku melihat itu di meja Pak Bima."

"Yah, balasannya ngga usah mewah begini dong..."

"Ngga mewah kok, itu bukan logam mulia. Tapi katanya ngga bakal luntur."

Aku lega mendengarnya.

"Gitu yah... haha, bagus lah Aku jadi ngga ada beban pakainya. Walopun bukan logam mulia tapi kualitasnya bagus banget yah..." Aku mengagumi kalung itu di pantulan jendela. Cocok sama gaunku.

"Iya cantik..." Kata Lucas.

Aku melirik Lucas yang berada di belakangku.

Lalu tengkukku merinding.

Pria itu terlihat menatapku dengan pandangan marah, matanya menyapuku dari atas sampai bawah melihat penampilanku dengan teliti, berkilat seakan ingin memakanku, namun mengernyit seperti jijik padaku.

Karena kaget Aku membalikkan badanku menghadapnya. Wajahnya sudah biasa lagi, wajah Lucas yang kukenal. Ramah dan lembut.

"Em..." Tenggorokanku terasa kering, jantungku masih berdetak cepat. "...Aku... Jalan dulu ya." Sahutku.

Kenapa Aku tergagap?

Lucas tersenyum.

"Iya...hati-hati ya mbak jangan tersandung. Sepatu baru soalnya..." Ia menyeringai.

Aku membalas senyumnya dengan masam, darimana dia tau kalau sepatuku baru, beneran perhatian deh...

*****

Sambil berjalan menyusuri pertokoan di area Mall yang berada di pusat kota Aku berpikir mengenai Lucas.

Pria itu tampan... bahkan jauh lebih ganteng daripada para pria yang suka dikejar-kejar cewek-cewek kurang kerjaan yang gayanya hedon itu. Ia juga tinggi, sangat tinggi malah, mungkin sekitar 188-190an. Dan kalau memakai seragam OB nya ototnya sering terlihat terbentuk di kemejanya. Dia juga sering digoda oleh kebanyakan cewek disini, dan karena pembawaan sifatnya memang ramah, ia memiliki banyak teman dari berbagai kalangan.

Aku sering melihat dia mengobrol dengan para karyawan sambil tertawa-tawa, direksi disini juga menganggapnya teman, juga para Asisten Big Boss yang terkenal tidak ramah bisa berinteraksi dengan Lucas .

Pasti pacarnya banyak, pikirku.

Saat kutanya ke teman-teman sesama sekretarisku, mereka hanya berujar :

"Ganteng siiih taaapppiii... Dia kan cuma OB."

Ya kalau teman-temanku mainannya sudah level pejabat.

Terus terang pembawaanku canggung kalau ke pria, mungkin karena tidak terbiasa. Tapi dari kecil Aku memang pendiam, minder aja sama teman-temanku yang bisa lebih terbuka dengan teman-teman pria. Aku lebih baik duduk di pojokan sambil membaca komik.

Tapi Aku bisa lebih terbuka kalau dengan Lucas.

Aku langsung menunjukkan sifat asliku saat bersamanya. Pria itu memiliki aura mempesona yang bisa membuat siapa saja jadi luluh padanya.

Pertama kali kami bertemu 3 bulan yang lalu dia bahkan kaget melihatku keluar dari kamar mandi dengan memakai pakaian normal.

"Mbak...Six...bukan yaaa...?" sahutnya waktu itu.

Aku otomatis tersenyum lagi mengingat tampang bengongnya saat itu.

Sejak itu hampir setiap hari Aku bertemu dia kalau malam. Katanya ia lebih suka mengobrol denganku kalau malam karena Aku lebih ramah daripada siang hari.

"Mbak Six kalau jam kerja lebih dingin dari freezer, mukanya galak banget. Lebih-lebih sifatnya

suka sadis..." Katanya. Aku hanya terbahak waktu itu, kujelaskan kalau peraturannya memang begitu. Muka tembok, kalau kataku.

Tapi demi memakai topeng kaku seperti itu, kami dibayar lebih mahal daripada karyawan lain.

Biasanya minggu kedua dan keempat datang utusan dari Big Boss untuk mengaudit langsung kinerja kami. Ada dua Asisten Big Boss yang Aku tahu, masing-masing memiliki anak buah sendiri.

Besok jadwalnya Pak Leon untuk berkunjung, jadi semua laporan harus malam ini diupdate ke Big Boss agar besok keputusannya bisa disampaikan melalui Pak Leon.

Setelah bosan mengelilingi mall yang sebagian besar toko-tokonya sudah tutup Akupun pulang ke rumah untuk beristirahat.

Tidak ada wanita di belakang pria hebat. Wanita itu ada disampingnya, bersamanya, bukan dibelakangnya. (Unknown)

*****

Kami menunduk menghormat saat utusan Big Boss datang.

Pak Leonard Zhang berjalan melewati kami dengan langkah mantap menuju ruang meeting.

"Six..." Sapanya kepadaku. Aku hanya mengangguk.

Ia memang terkenal tidak ramah, namun karena kami sama-sama angkatan pertama perusahaan ini, dia hanya berkenan menyapaku saja.

10 tahun bekerja disini dan sama-sama memulai dari bawah sudah pasti tahu Kartu AS masing-masing, bukan?! Toh, kami hanya manusia biasa...

"Direksi sedang ada Meeting, bu. Mohon dapat menunggu di waiting room." Seru salah seorang security saat keributan terjadi lagi. Kali ini langsung dua orang nona muda cantik yang tipenya sama dengan yang sebelum-sebelumnya.

Aku sedang malas turun tangan jadi Aku memberi kode ke Nine dan Ten untuk menangani. Kalau dari wajah, Nine dan Ten cukup bikin minder cewek lain sebenarnya, tapi yang membedakan hanya nasib saja, haha.

Number Nine berbicara dengan bahasa mandarin yang fasih dan Number Ten lancar berbahasa korea. Mereka sedang bernegosiasi dengan para nona untuk lebih merendahkan suaranya.

Aku hanya tahu sebagian kecil bahasa mandarin, agak menguping dan sepertinya Number Nine sedikit berbohong dengan mengatakan kalau Pak Wisnu sudah menitipkan pesan kalau nona datang agar pulang saja karena hari ini ada meeting dengan utusan Big Boss seharian, karangan bunga permohonan maaf sudah dijalan.

Yah, kami memang mendapat budget untuk mengirimkan buket dan hampers ke nona-nona cantik dan klien-klien prioritas, tapi Aku bahkan belum pernah menggunakan jatahku. Menurutku karangan bunga atau bingkisan sifatnya hanya sementara, kalau keseringan kirim lama-lama mereka bakalan tahu kalau dibohongi.

Akhirnya para nona pergi, namun dengan kaki menghentak-hentak.

Number Nine dan Ten kembali ke pos masing-masing.

Menjelang jam makan siang, meeting telah selesai. Pak Leon memberiku kode untuk menemuinya. Aku mengangguk dan mematikan komputerku.

Utusan Big Boss diberi ruangan sendiri untuk beristirahat sebelum kembali ke kantor mereka. Aku membuka pintunya dan menemui Pak Leon yang sedang membaca lembaran perjanjian.

"Apa kabar?" Tanyanya kepadaku. Akhirnya dia tersenyum setelah seharian mukanya tegang.

"Gitu-gitu aja." Balasku sambil berdiri mensejajarinya menyandar ke meja.

"Gue mau ngomong, udah ijin Big Boss..." Desisnya.

"Hm?"

"Mungkin ngga lama lagi, dia bakal turun langsung buat mimpin perusahaan. Sebagai Presdir, 100% pengambil keputusan."

Mataku membulat.

"Ada... masalah apa sampai beliau turun tangan?"

"Target ngga berjalan baik. Memang tetap profit, tetap sehat, tapi ngga sesuai target..."

"Maksud lo gara-gara CAR kita statis?"

"Bisa jadi, tapi gue juga ngga terlalu tahu maunya dia apa, dia suka ngga ketebak soalnya.”

"Lo tahu ngga feeling gue apa...?"

Leon menatapku dengan bertanya.

“Lo inget ngga Pak Baskara dulu pernah bilang, hati-hati sama orang lama kalau ada pergantian manajemen. Mereka bisa berontak ngga puas soalnya pasti disuruh keluar dari zona nyaman, dibikin ngga betah biar resign sendiri, mau dipecat juga pesangonnya kemahalan. Jadi kayaknya bakalan ada kudeta.” Aku menyeringai.

“Gila juga ya khayalan lo...” sahut Leon terkesima menatapku. “Jangan-jangan elo malah yang mau kudeta...”

Aku tertawa, “Kalo Gue lebih baik resign demi harga diri... gue yakin lo juga bakal begitu.”

Leon mengangguk. "Mungkin ada yang bikin Big Boss ngga puas. Ada 2 bulan lagi dia bakalan menjabat. RUPS lagi dirancang di notaris."

"Wow..." Aku mengangguk. "Tampangnya kayak apa sih?"

"Ada deeehhh...." serunya.

Aku mencibir.

"Ini gue gitu loh... Mantan pacar lo, astaga Leon...!"

Leon tertawa.

"Gue udah disumpah bawa-bawa Tuhan, nanti kalo gue kesamber petir gimana? Mau tanggung jawab?!"

"Jawab doang bisanya, ngga mau nanggung..." Rajukku.

"Cium dulu..."

"Ogah..."

Leon menarik lenganku. Lalu mencium bibirku. Cukup erat, cukup intens, ia bahkan menahan tengkukku supaya Aku tidak menjauh.

"Plis deh... Kenapa sih lo ga ajak gue nikah aja kalo lo masih suka sama gue?" tanyaku sambil terengah-engah.

"Ge-er aja... lo tuh cuma pelampiasan..." Sahutnya dengan senyum jahil.

"Sama-sama deh..." Sungutku.

"Sekarang lo suka nolak kalo gue ajak jalan."

"Iya, mau hidup lebih lurus aja..."

"Hem... lebih lurus yah..." ia melepas pegangannya.

"Kapan yah kita nikah kalo hidup kita begini terus..." Akhirnya dia berujar memikirkan masa depannya, sama denganku masalahnya.

"Maksudnya lo dan gue nikah, gitu?!"

Dia memandangku sambil mengernyit.

"Lo... mau nikah sama gue?" Tampangnya kayak ngga yakin.

"Enggak." Jawabku seyakin-yakinnya.

Dia langsung menghela napas. "Baguslah... yang ada kita berantem tiap hari sampe mati."

Aku terbahak.

Benar sih...

Itu yang membuat hubunganku dan Leon tidak berhasil. Kami sama-sama keras kepala dan kaku. Waktu itu tiba-tiba kami bertengkar hebat gara-gara hal sepele yang Aku bahkan tidak ingat lagi sekarang, dan hubungan kami berakhir begitu saja setelah 1 tahun bermesraan menggebu-gebu.

Buang-buang waktu saja...

*****

Terpopuler

Comments

🐥Yay

🐥Yay

aku Banget ini, tp novel yg kubaca

2024-11-07

0

May Keisya

May Keisya

♥️♥️♥️

2024-01-06

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BRRTI LEON, ALEX DN ARMAN SAMA2 NONIS..

2023-10-15

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!