Necklace

Lucas.

Namanya cukup pendek saja katanya, ia didaftarkan masuk perusahaan sekitar 3 bulan lalu. Saat pertama kali ia masuk semua karyawan heboh, tidak terkecuali kami para sekretaris direksi. Baru kali ini ada OB Kurir setampan dia.

Katanya dulu neneknya menikah dengan pria eropa, entahlah eropa mana, dan akhirnya keturunannya jadi rupawan begitu. Kalau ditanya mengenai spesifikasi, ia lebih memilih untuk mengalihkan perhatian dengan mengobrol hal lain. Namun keadaan financial keluarganya memang biasa saja.

Banyak yang bilang ia pantasnya jadi model peragaan busana atau artis, tapi menurutnya pekerjaan semacam itu ngga akan bertahan lama.

Jadilah ia melamar di kantor ini dengan memulai dari bawah.

Kalau katanya, dulu Jack Ma juga seorang kurir.

Macam dia bakalan jadi Jack Ma saja...

"Eh, Lucas..." Aku teringat sesuatu. Lalu bangkit dan menuju ke arah lokerku. "Nih buat Kamu, siapa tau kalo nganter surat macet di jalan laper bisa diganjel pake ini."

Aku memberinya coklat praline yang diberikan oleh Pak Bima padaku. Bukan diberikan sih, lebih tepatnya hampir dibuang. Coklat itu mungkin dari salah satu pacarnya, dan dia bilang dia tak suka makanan manis akhirnya diberikan padaku. Kubaca sekalian untuk menyogokku menyembunyikan kalau ia tes DNA salah satu anak dari pacarnya. Kalau ngga salah si wanitanya juga salah satu klien kami seingatku.

Aku anti memakan hadiah yang ditujukan untuk orang lain.

"Wah kayaknya coklat mahal mbak Six... Yakin buat Aku?"

Aku mengangguk. "Atau kasih ke pacar Kamu, atau ibu Kamu, terserah aja,  daripada Saya simpan jadi artefak..."

Ia terkekeh.

"Oke mbak, makasih!"

Ini cowok... parfumnya enak banget yah baunya. Bukan jenis yang suka dijual di supermarket.

“Six.” Panggil Seven. Aku menoleh dan menatapnya dengan pandangan bertanya. “Lo dapet coklatnya

darimana?”

“Dari Pak Bima.”

“Dia kasih langsung ke elo, atau lo pungut dari tempat sampah?” terdengar nada menyindir dari suaranya.

Aku mengangkat bahu, “Saya memergokinya saat dia hampir membuang kotak coklat itu ke tempat sampah, lalu saya bertanya dan dia berikan ke Saya.”

Seven diam saja, ia tampak merenung menatap lantai.

-----

Kami kembali ke pos kami pukul 12.55... Lima menit sebelum para direksi playboy datang.

"Hey, Six... Are You good?" Pak Andre Rutherford, Direktur Utama, yang pertama datang setelah jam makan siang.

"I'm fine, sir. Thank you for your concern." Balasku.

“Any news from top?"

"Yes, They decided to increase the retirement benefits for employees who had work for more than five years." Aku membaca email.

"I think its a Good News... thankyou."

Pak Andre ini punya wajah yang simetris. Untuk orang dengan tingkat perfeksionis tinggi sepertiku, hal itu cukup memuaskan hati. Tapi saking simetrisnya Aku merasa itu bukan wajah aslinya. Operasi plastik, maksudku.

Ah, By The Way, yang dimaksud 'news from the top' tadi adalah Big Boss misterius yang mengendalikan seluruh keputusan perusahaan. Aku sebagai penengahnya dengan para Direksi disini. Kami bekerja dengan metode seperti ini sejak lima tahun terakhir.

Tidak ada yang tau top manajemen terdiri dari berapa orang, yang jelas ia memiliki 60% saham pengendali. Karena ini perusahaan go public jadi ukuran 60% itu sudah tinggi sekali, sisa saham 40% dimiliki oleh masyarakat dan para direktur disini.

Nama perusahaan kami Beaufort Company. Dan susunan pengurus perusahaan disini, Big Boss ada di jenjang paling atas. Dia memimpin 5 anak usaha, bergerak di bidang Perbankan, Finance, Technology, Property dan Mining. Dibawahnya adalah para direksi pada masing-masing anak usaha, di bawah para direksi adalah para staff ahli. Aku saat ini bekerja di Beaufort Bank, Lokasinya di Gedung Beaufort Finance.

Kami, sekretaris direksi yang jumlahnya 5 orang dikategorikan staff ahli.

Seperti biasa, pekerjaan utamaku sebagai senior adalah menyampaikan segala usulan ke Big Boss lewat email, tentunya tidak diterima langsung olehnya tapi disortir oleh Asistennya, apabila kasusnya mudah  keputusan balasan biasanya datang paling lambat sehari setelahnya, lalu Aku bertugas menyebarkannya ke pihak yang berkepentingan.

Aku sendiri sudah 10 tahun bekerja disini belum pernah melihat tampang Big Boss yang baru. Padahal sudah dikategorikan karyawan sesepuh. Ada rumor kalau ia adalah salah satu Direksi disini.

Aku kenal dengan pendiri perusahaan ini, namanya Pak Baskara Beaufort. Beliau merekrutku menjadi pegawai pada waktu usiaku 19 tahun, aku bahkan dibiayai kuliah boleh perusahaan. Sekitar 5 tahun yang lalu, beliau pensiun dan usaha ini dijalankan oleh 'orang kepercayaannya' yang dipanggil Big Boss, katanya ia adalah anak kandung Pak Baskara, tapi selama mengenal Pak Baskara aku bahkan tidak pernah tahu wajah anaknya.

Dari 5 anak usaha, perusahaan tempatku bekerja adalah yang paling sehat, dengan profit yang bagus dan selalu mencapai target. Itu sebabnya Big Boss memutuskan untuk lebih memperhatikan kami. Walaupun secara sistematis para Direksi kami memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan, namun secara teknis semua keputusan diambil berdasarkan persetujuan Big Boss.

"Six, ini notulen meeting barusan tolong Kamu info Big Boss." Pak Sultan Aria, Direktur Bisnis, meletakkan tablet didepanku.

Aku membaca sekilas.

"Pak Aria, penempatan Deposito Antar Bank di bank X benar untuk jangka pendek? Biasanya untuk 6-12 bulan pak." Sahutku karena merasakan sesuatu yang diluar kebiasaan.

Pak Aria mengernyit dan mengambil kembali tabletnya

"You were right..." Desisnya. "Dude, it's supposed to be long term deposit, the tax will be increased if we used this term." Pak Aria berbisik ke Pak Andre

"Oh Shit..."

Mereka masuk lagi ke ruang meeting.

Lucas muncul di belakang mereka sudah lengkap dengan jaket kulit bikernya.

Dia menatap Pak Aria dan Pak Andre sambil menggelengkan kepalanya.

Lalu tersenyum padaku. Seperti biasa senyumannya membuat hari-hariku serasa lebih mudah dijalani.

"Ada dokumen yang mau dikirim ke kantor pusat Mbak Six?"

"Aku cuma ada ini." Aku menyerahkan map bertuliskan private and confidential. "Keep it safe with your life, please" desisku.

Lucas menyeringai "aye aye captain"

Hanya dia satu-satunya OB yang kukenal bisa Bahasa Inggris.

Lalu dia menghampiri sekretaris yang lain.

Lalu terdengar ribut-ribut dari lantai bawah, suaranya perlahan makin mendekat.

"Incoming." Sahutku lewat interkom.

Benar saja tidak berapa lama :

"Saya cuma mau ketemu Wisnu!! Rese banget sih!!" Seru seorang wanita dengan marah.

Kami semua menghela napas.

*****

Aku membuka pengikat rambutku dan mencuci muka. Hari ini semua berjalan sebagaimana mestinya, tidak ada sesuatu yang menarik sebagaimana biasanya.

Setelah mencuci muka Aku menghapus make upku dengan lebih seksama lalu mandi.  Kadangkala mandi di kantor terasa lebih mewah daripada mandi di rumahku sendiri, namun tidak lebih nyaman karena suasana kantor yang kaku. Aku hanya ingin merilekskan otot-ototku lalu sampai rumah tinggal tidur.

Aku mengenakan gaun yang kubeli dari desainer lokal terkenal yang menghabiskan satu kali gajiku, dan seharusnya Aku datang sendiri ke tokonya untuk memastikan bahannya namun karena kesibukan yang tiada henti Aku akhirnya membelinya secara online.

Pas terlihat mewah di diriku.

Untuk apa kupakai malam ini

Dan untuk siapa?

Jawabannya, mungkin, untuk menyenangkan diriku sendiri.

Aku bahkan memblow rambutku.

Aku sudah berdandan. Tampak cantik...

tapi...... jomblo.

ya sudahlah toh tak lama lagi Aku akan resign dari sini untuk menikmati hidupku.

Saat keluar dari kamar mandi Aku berpapasan dengan Lucas yang baru kembali dari mengantar surat. Ia memang terbiasa kembali ke kantor jam 19 seperti malam ini.

"Hey Mbak Six... Baju baru ya." Sahutnya.

Aku memutar tubuhku.

"Bagus?" tanyaku.

Jangan kaget, tapi apabila sudah selesai jam kerja sikapku sangat berbeda dengan di Pos Sekretaris. Aku bebas menjadi diriku sendiri. Pembawaanku ya seperti ini, ceria dan santai, dengan sedikit genit kalau sudah bertemu Lucas. Entah bagaimana dari awal bertemu tiba-tiba aku langsung akrab dengannya sudah seperti saudara.

Mungkin di kehidupanku yang sebelumnya -kalau reinkarnasi itu memang ada- bisa jadi aku mungkin bersaudara dengannya.

"Bagus, cocok dan pas. Tapi ada yang kurang." Katanya sambil mengamatiku.

Aku mengangkat alisku.

"...sebentar..." Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak kecil dari situ.

Sebuah kalung putih yang liontinnya berkilau.

"Maaf mbak, angkat rambutnya." Ia memposisikan diri di belakangku dan mengalungkan benda berkilauan itu di leherku.

Lalu tangan besarnya memutar tubuhku dan mengagumi hasil kerjanya.

"Sip!" Desisnya puas.

Terpopuler

Comments

Defvi Vlog

Defvi Vlog

kayanya c Lucas big bossnya😁

2025-04-23

0

Mayyuzira

Mayyuzira

hahaha tak mengerti lah awak kalo bahasa inggris😁

2024-12-10

1

Mayyuzira

Mayyuzira

hahahaha sapa tau

2024-12-10

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!