Setelah Raka pergi aku dihujani berbagai pertanyaan dari ke 3 sahabatku itu.
"Megan siapa dia? kenapa dia begitu lancang." Rasya menanyaiku dengan penuh amarah, tangannya mengepal kuat. Aku sempat kebingungan ada apa dengannya.
"Dia kan bilang sendiri, dia adalah fans gue. kami bertemu tadi ketika gue akan ke toilet. Ayolah gue baru punya fans pertama x loh sampai minta no hp segala." Balasku.
Aku masih ingin tertawa kalau mengingat ketika aku salah memberikan satu angka nomer hpku. Akankah dia bisa menemukanku. Aku semakin penasaran, senyumku terus terkembang mengingat kejadian tadi.
"Lu gila ya Megan, senyum-senyum sendiri, lu suka sama si Raka itu." Mulut mercon Iko mulai berbunyi lagi.
"Apaan sih mulut mercon, siapa yang senyum sendiri. Gue heran aja liat Rasya segitu sewotnya sama gue. Gue juga pengen kali punya fans. Apalagi disini gue sendiri yang jomblo sial banget kan." Ucapku sambil menahan tawa menatap Rasya yang kemudian ekspresi marahnya menjadi malu setelah ucapanku barusan.
"Apaan sih lu megan, gue gak mau aja temen gue ini di deketin cowok gak bener macam si Raka." Elaknya.
"Oh ya tadi panitia bilang hadiahnya akan di transfer 2 minggu setelah ini ke rekening pribadi gue ya. Ntar gue kabarin kalau udah masuk. BTW uangnya mau dipake buat apa nih. Gue sih gak butuh banget uang itu?" Rasya mengalihkan topik pembicaraan.
Duh bagaimana yah aku ngomong ke mereka, aku membutuhkan uang itu segera. (batinku)
"Gue sih terserah, gue juga gak perlu-perlu amat tu duit." Baru terdengar suara Alex, dia hanya menatap dingin Megan ketika ada Raka seberani itu mendekati Megan.
Apa cantiknya sih Megan ,udah item,tomboy, pendek lagi. Huh . Apa tu cowok buta.
Alex menggerutu kesal dalam hatinya.
"Gue butuh tu duit pengen beli gitar bass baru. Lu tau kan walaupun bokap nyokap gue kaya raya tapi mereka gak mendukung hoby gue yang satu ini, Megan lu gimana?" Iko menatapku. Karena aku melamun di lambaikanlah tangannya tepat di depan wajahku.
"Megan." Teriak Iko sekencangnya. Membuyarkan lamunanku. Aku menatapnya sambil tersenyum kecut.
"Lu denger gue gak sih? dari tadi tu cowok dateng lu aneh deh . Kalau di fikir-fikir kayaknya lu paling butuh duit ya? secara yang nyuruh pertama kali daftar kan elu." Iko mendengus kesal melihat sikapku.
"Jujur ya gue butuh uang itu buat bayar spp minggu depan, kalian tau sendiri keadaan ortu gue gimana." Wajahku kutekuk, bagaimana pun diantara kami berempat tak pernah ada kebohongan kami selalu jujur. Makanya kami bisa sedeket ini.
Tiba-tiba Iko memelukku. Disusul Rasya kemudian Alex. Pelukan mereka membuatku sesak. Aku menepis pelukan mereka.
"Apaan sih kalian." Ketusku.
"Sabar yah bochil, tetap jadi bochil yang kuat ya." Iko memelukku lagi.
"Oke berarti uangnya kali ini buat Iko sama Megan yah. Gimana setuju gak?." Rasya melirik kami semua minta jawaban
"Oke." Jawab Alex.
Megan kenapa sih hidup lu berat. Tapi lu tetep tegar, gue salut sama lu. (gumamnya dalam hati)
Semua sepakat dengan keputusan Rasya. Waktu menunjukan pukul 23:35. Mereka bergegas pulang setelah Iko mentraktir makan. Iko menjauh dari restoran itu dengan mobil sportnya. Alexpun pergi dengan civic-nya. Dan seperti biasa Rasyalah yang akan mengantarku pulang, karena tempat tinggal mereka searah.
Di perjalanan Rasya hanya terdiam, dia kesal atas kejadian Raka tadi. Entah apa yang ada dalam hatinya, mungkin karena aku perempuan satu-satunya diantara kami. Rasya menganggapku seperti adiknya. Rasya hanya khawatir aku akan tersakiti jika ada lelaki yang mendekati untuk mempermainkanku.
"Sya lu kenapa sih diem aja gue jadi ngantuk nih." Ucapku sambil memeluk Rasya karena itulah kebiasaanku. Aku merasa Rasya adalah kakak aku. Dia yang selalu membantu dan menjagaku setelah abang dan tetehku sudah berumah tangga dan meninggalkan Bandung.
Rasya hanya terdiam. Dia masih kesal karena aku berani memberikan no hp kepada lelaki yang baru dikenal. Rasya tidak tau kalau aku memberikan no hp salah pada Raka.
" Rasyaaaaaa." Teriakku kearah telinga Rasya.
"Apaan sih Megan. Gak usah teriak-teriak, pelan juga kedengeran gue gak budek." Jawabnya.
"Abis lu diemin gue trus." Aku memonyongkan bibirku.
Sial kenapa gue marah karena hal sepele begitu. Padahal kan gue udah punya Desti yang jelas pacar gue. apa gue cemburu ada cowok deketin megan, atau cuman ketakutan gue aja. perasaan apa si ini. (gumamnya dalam hati dengan kesal)
"Sory Megan tadi gak kedengeran, gue capek kali jadi fokus bawa motor. Lu tidur aja kalau udah sampai gue bangunin." Rasya berbohong .
Setelah 40 menit perjalanan, akhirnya sampailah kerumahku. Rasya membangunkanku. Aku membuka mataku. Udah di depan gang rumah ternyata. Rasya pamit pulang tak lupa ucapan terima kasihku karena bersedia mengantarku pulang.
Dari gang menuju rumah ,aku merasa ada yang mengikutiku. Kulihat ke belakang.
"Mamah." teriakku.
Terlihat amarah di wajah mamah. Sudah karena terlalu larut aku akan di ceramahi 1 minggu full dengan tema yang sama. Dan surat izin keluar malam hari pun akan dibekukan untuk kedepannya. Nasib. Padahal aku sudah izin akan pulang larut untuk ikut festival ini seminggu sebelum hari ini.
"Ayo pulang mamah mau ngomong."
Aku mengekor saja dibelakang mamah. Pasrah dengan apa yang akan terjadi. Perang batin pasti.
"Kamu sholat dulu, pasti kamu lupa sholat Isya, bersihkan dirimu mamah tunggu disini." Mamah duduk diruang tamu.
"Mah besok aja yah aku capek, ngantuk, besok kan minggu mamah bebas deh dari pagi sampai malam lagi kalau mau omelin aku." Gerutuku
"Malam ini pokoknya cepat wudhu." Tegas mamah.
Aku membersihkan badan dan muka, berwudhu dan sholat. Kemudian menghampiri mamah. Aku duduk di sofa sebelah mamah.
"Megan kamu itu anak perempuan. Kenapa harus pulang malam? dan lagi yang mengantarmu Rasya walaupun kalian berteman tapi pandangan orang pasti akan negative. Mamah tidak pernah melarang apapun asal tau batas wajarnya. Mamah mengizinkan karena mamah kira kamu gak akan pulang selarut ini. Dan lagi mamah gak suka kamu selalu mengabaikan setiap sholatmu itu." Mamah menghela nafas panjang.
Aku tau perasaan mamah bagaimana. Karena tetangga selalu menggosip aku gadis nakal selalu bergaul dengan laki-laki. Aku sudah muak dengan gosip-gosip itu.
"Mah megan mengikuti acara ini karena megan butuh uang buat bayar spp sekolah. Megan yakin Megan akan menang dan membawa hadiah. Terbukti Megan dan sahabat Megan berhasil mah. Megan sudah tidak ada jalan keluar untuk membayar tunggakan spp dan tunggakan lainnya di sekolah. Sementara guru TU terus saja menanyakan itu. Megan gak mau nyusahin mamah, abang dan teteh."
Tak terasa air mataku terjatuh. Begitu sulitkah Tuhan memberikan cobaan padaku. Tiba-tiba mamah memelukku erat, aku tau hatinya rapuh tapi mamah selalu sabar dan tegar selama ini. Aku tak bisa menghitung kesedihan dan pelajaran apa yang membuat mamah kuat melewati semuanya.
"Maafkan mamah Megan , mamah belum bisa membahagiakanmu." Aku menatap nanar mata mama, ada buliran air mata di sudut matanya.
"Sudahlah mah, Megan janji Megan akan memegang teguh apa yang mamah nasehatkan, kejadian ini pertama dan terkahir Megan gak akan melakukannya kalau bukan mendesak. Megan akan menjaga kehormatan keluarga. Percayalah pada Megan mah."
Pelukan eratku membuat mamah menitikkan air mata. Aku semakin merasa bersalah, telah membuat mamah sedih dan khawatir.
"Kita masuk kamar aja yuk mah Megan capek dan ngantuk. Besok lanjut ceritanya yah mah."
Kami pun meninggalkan ruang tamu. Aku masih saja kebingungan bagaimana aku membayar sppku. Waktu tenggatnya hanya sampai sabtu depan , sedangkan uang dari festival 2 minggu baru masuk rekening Rasya.
Bagaimana kalau aku part time aja di food court tempat sindi saudara ku bekerja. Sedikitnya untuk menebus kartu ujian ku agar aku bisa mengikuti ujian dengan tenang. (batinku)
Tak lama setelah memikirkan itu aku terlelap dengan nyenyak dalam tidurku.
*HAI READERS KESAYANGANKU. DUKUNG TERUS NOVEL INI DENGAN CARA VOTE YAH. JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK LIKE DAN KOMEN KALIAN*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Ursula Maria
aku udh nyampe sini...
2020-06-13
1