2. Perasaan yang Aneh

Pemuda tanggung berusia lima belas tahun itu melempar bola kayu di tangannya ke arah teman yang usianya dua tahun lebih muda darinya.

Dak!

“Adui!” pekik Kumisan yang terkena bola di kepalanya. “Wid, kau jangan curang!”

“Iya, peraturannya tidak boleh melempar kepala!” sahut Gunjar membela Kumisan.

“Tadi aku mengarah punggungmu, San. Kau merunduk, jadi kena kepalamu!” kilah anak yang melempar bola, namanya Widarya.

“Tapi aku tadi tidak merunduk!” bantah Kumisan.

“Kau tadi merunduk!” Widarya ngotot tidak mau salah.

“Sudah kita ulang saja. Widarya tetap yang jadi penimpuknya!” Gunjar menengahi.

“Aku berhenti!” ambek Kumisan sambil sekuat tenaga melempar bola ringan di tangannya.

Bola dari bahan kayu yang ringan itu melesat ke arah kali.

“Itu bolaku, San!” teriak Dudut, bocah usia 14 tahun berambut keriting, marah.

Widarya, Gunjar dan Dudut segera berlari ke kali yang hanya beberapa tombak dari daerah mereka bermain. Kumisan tidak ikut.

“Itu bolanya!” seru Widarya sambil menunjuk bola yang hanyut ke hilir.

Mereka bertiga cepat mengejar ke hilir. Namun, air kali lebih deras mengalir dari pada langkah kaki mereka. Setelah cukup jauh mengejar, akhirnya mereka berhenti.

Bola mereka diambil oleh seorang pemuda tampan berbibir merah alami berusia 15 tahun. Pemuda tanggung berpakaian biru bernama Joko itu bersama seorang pemuda yang usianya sebelas tahun lebih tua. Pemuda bertubuh besar berpakaian abu-abu itu duduk santai di bawah pohon yang tumbuh di pinggir kali. Namanya Goceng.

“Hai! Itu bolaku!” teriak Dudut sambil berlari lebih dulu mendekati kedua pemuda yang asing bagi mereka.

Pemuda pengambil bola duduk di dekat temannya di bawah pohon. Keduanya memandang ketiga pemuda tanggung yang datang.

“Itu bola kami, kau tidak boleh mengambilnya!” kata Dudut.

“Apa buktinya jika ini bola kalian?” tanya Joko santai sambil menimang-nimang bola di tangannya.

Dudut dan kedua temannya diam. Mereka tidak bisa memberi bukti bahwa bola itu adalah milik mereka yang hanyut.

“Jelas itu bola kami karena kami yang mengejarnya!” jawab Widarya akhirnya.

“Hah! Itu sih bukan bukti. Bisa saja ini bola orang yang hanyut tapi kalian yang mengejarnya,” kata Joko.

“Jadi kau menantang berkelahi?!” seru Dudut emosi.

“Aku tidak mengajak berkelahi, tapi kalian tidak punya bukti, jelas ini bolaku!” tegas Joko.

“Kau boleh berani karena membawa teman yang besar. Tunggu di sini, karena aku akan panggil teman-temanku!” tantang Dudut.

“Terserah mau panggil siapa,” kata Joko tetap santai.

Dudut dan kedua temannya segera pergi. Setelahnya, mereka berlari menuju ke tempat mereka biasa berkumpul.

“Parsuto!” panggil Widarya, padahal jaraknya masih cukup jauh dari sekelompok pemuda-pemuda tanggung berkumpul.

Pemuda yang berusia 20 tahun menghentikan kelakarnya. Ialah yang bernama Parsuto. Mereka semua berdiri, empat lelaki dan dua perempuan.

“Ada apa sih?!” tanya gadis cantik tanggung usia 16 tahun, tapi perawakan karakternya seperti lelaki. Namanya Kusuma Dewi.

“Bola kami diambil orang dan dia mengajak kami berkelahi!” lapor Widarya.

“Kenapa tidak dilawan?” tanya Parsuto.

“Dia punya teman besar,” jawab Dudut.

“Berapa orang?” tanya Limarsih yang usianya 17 tahun, parasnya lebih cantik dari adiknya Kusuma Dewi.

“Cuma dua,” jawab Dudut.

“Kalau begitu, ayo kita lawan!” teriak Parsuto lalu melangkah pergi.

Dudut jalan paling depan sebagai penuntun jalan. Mereka bersembilan menuju pinggir kali di mana bola kayu mereka ditahan oleh anak asing.

“Itu mereka!” tunjuk Dudut ketika mata mereka sudah bisa menjangkau keberadaan Joko dan Goceng yang masih asik di bawah pohon.

“Apa kau takut melawan mereka semua, Goceng?” tanya Joko setelah melihat kedatangan gerombolan itu.

“Mana mungkin anak desa menang melawan kita?” kata Goceng begitu percaya diri.

“Hei, kalian! Serahkan bola temanku!” seru Kusuma Dewi seraya berkacak pinggang, menantang.

Deg!

Tersentak jantung Joko ketika mendapat perintah dari Kusuma Dewi. Joko jadi bingung sendiri dengan perasaannya yang tiba-tiba berubah ada yang aneh. Jantungnya berdebar agak kencang. Joko merasa ini aneh. Ia belum penah merasa seperti itu.

“Kenapa kau terkejut seperti itu, Joko?” tanya Goceng yang melihat gerak samar refleks sikap Joko saat mendapat bentakan dari si gadis.

“Hahaha!” meledaklah tawa beberapa anak desa itu.

“Baru disentak begitu sudah ciut, payah. Aku kira jagoan. Hahaha....!” ejek Dudut lalu tertawa yang diikuti Widarya dan Gunjar.

“Aku tidak pernah takut berkelahi. Harimau pun aku bisa bunuh!” sesumbar Joko menutupi sikap salahnya.

“Besar mulut!” tukas Parsuto. “Jika kalian serahkan bolanya, kalian boleh pergi!”

“Tidak akan, sebelum ada bukti bahwa bola ini milik kalian!” tegas Joko.

“Kami adalah saksinya. Bola itu milik anak buahku. Kami mengenal bola itu!” kata Parsuto.

“Oh, jadi kau pemimpinnya?” Joko berdiri menghadap kepada Parsuto. “Aku katakan, kau ketuanya tentu saja kau membela anak buahmu walaupun aku yang benar!”

“Wah, memang mengajak ribut,” ucap Kusuma Dewi kesal, lalu berteriak beri komando, “Hajar saja!”

Seketika Parsuto dan teman-temannya bergerak, tinju dan tendangan siap beraksi. Joko dan Goceng dikeroyok. Namun nyatanya, Joko dan Goceng pandai berkelahi, sangat berbeda dengan anak-anak desa itu. Joko dan Goceng pandai ilmu olah kanuraga, mereka dengan mudah menghadapi Parsuto dan teman-temannya.

Limarsih dan Kusuma Dewi ikut juga berpartisipasi. Akibatnya keduanya juga merasakan jika harus jungkir balik terjengkang. Namun, dengan marah mereka bangkit kembali laksana singa betina.

Satu persatu Joko melumpuhkan lawan-lawannya. Goceng melakukan hal yang sama.

Namun, ada yang aneh ketika Kusuma Dewi menyerang Joko. Joko memilih menghindar menjauh dan lebih suka beralih menyerang lawan laki-lakinya. Hal itu membuat Kusuma penasaran dan geram, sehingga ia memilih terus menyerang Joko.

”Akk!” pekik Limarsih saat terjengkang didorong oleh Goceng.

Limarsih sejenak melihat kondisi, ternyata beberapa temannya sudah bergelimpangan babak belur. Dilihatnya Parsuto tinggal sendirian menghadapi Goceng. Di sisi lain, Joko berlari kucing-kucingan dengan Kusuma Dewi. Sementara gadis belia itu begitu alot mencoba menjangkau Joko dan menghajarnya.

Namun, ketika Joko mengelaki sergapan Kusuma, tanpa sadar ia bergerak ke dekat Limarsih.

“Kena kau!” teriak Limarsih.

Betapa terkejutnya Joko ketika tiba-tiba dari belakang melompat Limarsih menyergap punggungnya dan merangkul kuat lehernya. Kedua kaki Limarsih melingkar kuat di perut Joko. Tampak Joko begitu kelabakan. Wajahnya merah panik dan bercucuran keringat. Jantungnya berdetak demikian kencang. Joko mencoba melepaskan tubuh Limarsih, tapi kunciannya begitu kencang.

“Rasakan ini!” teriak Kusuma sambil lancarkan tendangan keras ke arah perut Joko.

Joko mengelak sambil bergerak melompat jauh ke kali. Seketika kuncian Limarsih lepas. Buru-buru Joko berenang ke pinggir. Oh, ternyata di sana sudah berdiri menunggu Kusuma. Kaki kanan Kusuma melayang deras mengarah kepala Joko yang ada di depan kakinya.

Tap!

Kaki Kusuma terhenti dalam tangkapan tangan Joko yang kemudian langsung menariknya. Jbuur! Kusuma pun tertarik ke dalam kali. Sebelum masuk air, Kusuma masih sempat menarik tubuh Joko. Keduanya pun berpelukan di dalam air. Joko begitu gelagapan sampai-sampai lupa bahwa ia bisa berenang.

Limarsih ikut mengeroyok Joko di dalam air.

“Sudah hentikan!” teriak Parsuto.

Ternyata Parsuto sudah tumbang setelah sekian pukulan beruntun Goceng menghajar perutnya. Teman-teman lelaki yang lain sudah terlebih dulu terkapar kesakitan setelah dihajar oleh Joko. Goceng pun berhenti. Tinggal pertarungan dalam kali yang tampak belum berhenti.

Bagi Limarsih dan Kusuma Dewi, tak peduli harus merangkul dan bergulat di dalam air, yang mereka pikirkan hanya rasa permusuhan dan mencoba untuk mengalahkan Joko. Tak jarang keduanya harus saling bersentuhan. Mereka lupa bahwa mereka adalah antara laki-laki dan perempuan.

Namun, Joko tampak memang kalah. Terlihat dari upayanya untuk lari dari kedua gadis itu. Namun, berulang kali kedua gadis itu berhasil menarik Joko dan berupaya menenggelamkannya.

“Berhenti! Berhenti!” teriak Parsuto kepada mereka yang bertarung di air.

Mendengar teriakan Parsuto, Limarsih dan Kusuma Dewi pun berhenti. Joko buru-buru berenang ke tepi. Setibanya di darat, Joko tampak terengah-engah. Goceng tertawa melihat kondisi Joko.

Sementara Limarsih dan Kusuma Dewi mendelik melihat teman-teman lelakinya semua terkapar dengan wajah meringis babak belur. Dudut dan Bira tampak berdarah hidungnya.

“Kenapa berhenti? Kita belum roboh semua!” protes Kusuma.

“Kau tidak lihat, mereka semua babak belur?!” sergah Limarsih sambil menepuk kepala adiknya.

“Tapi aku hampir menenggelamkan pemuda jelek itu!” tandas Kusuma.

“Karna aku tidak melawan!” Joko membela dirinya, ia sudah naik ke darat.

“Tidak melawan bagaimana? Buktinya dadaku nyut-nyutan, pasti kau pukul!” debat Kusuma.

“Hahaha!” Goceng tertawa terbahak sambil memukul kepala Joko.

“Aku tidak melakukannya!” bantah Joko seraya setengah berbisik kepada Goceng.

Perkataan Kusuma membuat Limarsih melempar adiknya dengan air. Lalu juga berbisik, “Bodoh! Kenapa kau beritahu? Aku saja diam!”

Limarsih berenang ke tepi. Kusuma ikut.

“Kami kalah,” kata Parsuto kepada Joko dan Goceng setelah susah paya berusaha berdiri tegak.

“Eit, tidak bisa! Kami belum kalah!” teriak Kusuma cepat.

“Percuma melawan mereka. Mereka bukan anak desa, mereka anak perguruan!” tegas Parsuto.

“Bagaimana?” tanya Joko.

“Yah, kami mengaku kalah!” kata Limarsih yang kian membuat Kusuma merengut.

“Pokoknya aku belum kalah!” desis Kusuma.

“Ayo kita pulang!” ajak Parsuto kepada yang lainnya.

Parsuto membantu Widarya dan Gunjar untuk bangun. Sambil masih meringis, mereka berjalan pincang meninggalkan Joko dan Goceng. Demikian pula dengan Bira, Dudut, Jajang dan Kulajang. Sementara Limarsih dan adiknya masih berdiri di tempatnya dengan tubuh dan pakaian basah kuyup.

“Hei!” panggil Joko sebelum mereka jauh.

Semuanya berhenti lalu berpaling memandang Joko dan Goceng.

“Ini bola kalian!” kata Joko sambil melempar bola di tangannya kepada Parsuto.

Dengan baik Parsuto menangkap bola itu dengan satu tangan.

“Kami minta maaf atas luka-luka kalian!” kata Joko.

Parsuto diam sejenak, akhirnya mengangguk.

“Siapa nama kalian?” tanya Parsuto.

“Joko Tenang,” jawab Joko.

“Aku Goceng!” sahut Goceng pula.

“Tidak tanya!” ketus Kusuma, hanya membuat Goceng senyum-senyum.

“Aku Parsuto, kita akan bertemu lagi nanti!” sahut Parsuto lalu melangkah pergi.

Sambil tertawa-tawa kecil, Limarsih mendekati Joko dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

“Aku Limarsih,” ucap Limarsih senyum malu-malu sambil ulurkan tangan kanannya kepada Joko.

Seketika Joko refleks mundur dua langkah seraya senyum kecut. Jantungnya seketika berdetak menghentak.

“I...i...iya!” ucap Joko gagap.

“Aku Goceng,” ucap Goceng, justru ia yang cepat menyalami tangan Limarsih.

Limarsih hanya merengut kecewa kepada Goceng.

“Dasar ganjen!” maki Kusuma sambil menarik kakaknya mundur. “Tidak sadar bahwa tubuhmu begitu kelihatan?”

Pakaian Limarsih yang agak tipis membuat tubuhnya harus jelas tercetak dalam balutan pakaian basah. Berbeda dengan Kusuma yang bahan pakaiannya tebal.

“Biarkan!” desis Limarsih kepada adiknya. “Tadi Joko juga sudah menyentuhku di dalam air.”

Limarsih lalu beralih kepada Joko, tak peduli dengan kondisi tubuhnya yang cukup memancing mata Goceng untuk berbelanja gratis.

“Kau tinggal di mana, Joko?”

“Di bukit,” jawab Joko.

“Jauh?” tanya Limarsih lagi.

“Cukup jauh.”

“Kau bisa ajari kami ilmu beladiri dan ilmu kesaktian?”

“Eee...” dengung Joko berpikir.

“Bisa, bisa!” jawab Goceng cepat.

“Aku tanya Joko, bukan kau!” ketus Limarsih.

“Kami kemari mau mencari ikan besar di pasar,” kata Joko.

“Di pasar ada. Mau aku antar?” tawar Limarsih.

“Boleh!” kata Goceng cepat.

“Oh... sebaiknya kami  mencari sendiri di pasar. Kalian lebih baik pulang ganti pakaian!” kata Joko.

“Tidak apa-apa. Jika dengan kami, harganya bisa lebih murah. Pedagangnya kami kenal baik.” Limarsih gigih.

“Tidak, tidak, tidak! Terima kasih dan maaf atas perbuatanku atas kalian. Kalian tidak terluka, kan?”

“Tidak,” jawab Limarsi dengan senyum manisnya, membuat Kusuma semakin kesal dengan ulah kakaknya.

“Ayo pulang!” Kusuma menarik kakaknya untuk pergi. Lalu serunya kepada Joko, “Awas! Aku akan membalas perbuatanmu hari ini!”

“Tapi kau bisa ajari kami bertarung kan, Joko?” teriak Limarsih kepada Joko sambil mundur-mundur ditarik oleh adiknya.

Kedua gadis itu pun meninggalkan Joko dan Goceng. Keduanya terlibat satu perdebatan sengit.

“Sama pemuda kecil seperti itu kau genit sekali!” tukas Kusuma Dewi mengkritik kakaknya.

“Dia itu hebat, siapa tahu bisa mewujudkan cita-cita kita, Dewi!” kata Limarsih.

“Hebat apanya? Dia selalu lari dariku!”

“Itu karena dia menghindari kita. Kau tidak melihatnya? Dengan mudah dan hanya sebentar, teman-teman kita babak belur!” kata Limarsih penuh semangat. “Dia itu anak perguruan silat. Dia pasti tahu jalan agar cita-cita kita tercapai.”

“Dia pengecut dengan perempuan. Buktinya di kali dia ambil kesempatan!”

“Itu karena kau dan aku selalu menariknya dan memeluknya,” kata Limarsih sambil tertawa malu sendiri mengingat pertarungan di kali yang dapat dikatakan bukan pertarungan, tapi pemerkosaan dua gadis terhadap seorang Joko. “Lebih baik kau periksa dadamu yang kena itu, aku khawatir jadi bengkak sebelah!”

Limarsih berlari pulang meninggalkan adiknya. Kusuma Dewi berhenti sejenak lalu menyentuh dada kanannya yang masih meninggalkan sedikit rasa berdenyut. Setelah itu, Kusuma Dewi segera melihat ke sekeliling. Ia lega, tidak ada orang yang melihatnya. Kusuma pun berlari menyusul kakaknya.

Sementara di pinggir kali, Goceng menggoda Joko yang sedang memeras baju basahnya.

“Hebat, kau tadi bisa bersenang-senang dengan menyentuh mereka berdua, hahaha!” kata Goceng.

“Aku tidak menyentuh, tapi mereka saja yang selalu menarikku, memelukku. Bagaimana tidak tersentuh jika demikian?” kilah Joko.

“Hahaha....! Tapi asik, kan? Hahaha...!”

“Asik apanya? Kau tidak lihat aku tadi, seperti anak kucing kecemplung. Jika keduanya laki-laki, habis aku hajar. Tapi mereka wanita, jantungku tidak karuan dan darahku jadi tidak teratur alirannya.”

“Iya, Joko. Aneh, kenapa kau sepertinya takut dengan kedua gadis cantik itu?” Goceng tersadar.

“Entahlah. Yang jelas, baru kali ini  aku bertemu  perempuan. Mereka sangat indah, tapi aku merasa gemetar dekat dengan mereka. Pertama aku dibentak olehnya, aku langsung ciut.”

“Wah, bahaya itu, Joko. Bagaimana mungkin calon pendekar sakti takut berdekatan dengan perempuan? Tapi menurutmu, yang mana yang lebih cantik?” tanya Goceng.

“Tidak tahu. Yang jelas aku tidak suka berurusan dengan dua perempuan itu,” kata Joko lalu memakai kembali bajunya. “Ayo kita ke pasar!” (RH)

Terpopuler

Comments

Ling Kun menghilang

Ling Kun menghilang

wkwkwk jantungnya Joko sabar Joko😂

2024-07-12

1

•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ

•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ

nah hanyut kan bolanya. mainnya jangan di pinggir sungai ya..jd ngga masuk ke kali tuh bola

2023-11-15

2

•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ

•§͜¢•❤️⃟Wᵃf로스미아✰͜͡v᭄ℜ𝔬𝔰ˢ⍣⃟ₛ

nah..kena temennya kan bolanya

2023-11-15

2

lihat semua
Episodes
1 1. Perampok Raja Gagah
2 2. Perasaan yang Aneh
3 3. Pertarungan di Pedagang Monyet
4 4. Kusuma Dewi Mendadak Berubah
5 5. Hewan Alam Kahyangan
6 6. Adu Jago Dua Joko
7 7. Cubitan Seribu Geli
8 8. Tawa dan Kebebasan
9 9. Joko Tingkir Dapat Kekasih
10 10. Cinta Pertama yang Berpisah
11 11. Malam Pemisah
12 12. Kegalauan Joko Tenang
13 13. Misi Penyelamatan Pendekar Muda
14 14. Gadis Cadar Maut
15 15. Pertarungan Uji Nyali
16 16. Ilmu Delapan Dewi Bunga
17 17. Maafkan Aku
18 18. Orang-Orang Sakti Bayaran
19 19. Bidadari Seruling Kubur
20 20. Menyerang Sarang Rampok
21 21. Melepas Gadis-Gadis Dalam Kolam
22 22. Akhir Pangeran Bejat
23 23. Ungkapan Cinta Tembangi
24 24. Tragedi Patah Hati di Jembatan Gantung
25 25. Penyelamatan yang Gagal
26 26. Mencari Kerling Sukma
27 27. Gadis Bermata Hijau
28 28. Pencarian di Dasar Jurang
29 29. Jejak di Dasar Jurang
30 30. Wanita Bermata Hitam
31 31. Perguruan Tiga Tapak
32 32. Menjadi Cadel
33 33. Keluar dari Lubang
34 34. Ciuman dalam Jeratan
35 35. Kerling Sukma Ajak Nikah
36 36. Wanita 100 Tahun
37 37. Kebisingan di Malam Hari
38 38. Jejak Baru
39 39. Pertemuan Rahasia
40 40. Tamu Lain
41 41. Sangar Hentak VS Siluman Angin Batu
42 42. Joko Masih Hidup
43 43. Empat Lawan Satu
44 44. Sampai Nyawa Melayang
45 45. Duka Dua Istri
46 46. Dalang Tragedi Terungkap
47 47. Pertemuan Haru Ibu Anak
48 48. Adik Seperguruan Ayah
49 49. Cerita Gujara
50 50. Pengadilan Lirik Layangati
51 51. Pendekar Seribu Tapak
52 52. Cerita Benar Mata Hijau
53 53. Pertarungan Besar Dimulai
54 54. Gugurnya Para Pendekar
Episodes

Updated 54 Episodes

1
1. Perampok Raja Gagah
2
2. Perasaan yang Aneh
3
3. Pertarungan di Pedagang Monyet
4
4. Kusuma Dewi Mendadak Berubah
5
5. Hewan Alam Kahyangan
6
6. Adu Jago Dua Joko
7
7. Cubitan Seribu Geli
8
8. Tawa dan Kebebasan
9
9. Joko Tingkir Dapat Kekasih
10
10. Cinta Pertama yang Berpisah
11
11. Malam Pemisah
12
12. Kegalauan Joko Tenang
13
13. Misi Penyelamatan Pendekar Muda
14
14. Gadis Cadar Maut
15
15. Pertarungan Uji Nyali
16
16. Ilmu Delapan Dewi Bunga
17
17. Maafkan Aku
18
18. Orang-Orang Sakti Bayaran
19
19. Bidadari Seruling Kubur
20
20. Menyerang Sarang Rampok
21
21. Melepas Gadis-Gadis Dalam Kolam
22
22. Akhir Pangeran Bejat
23
23. Ungkapan Cinta Tembangi
24
24. Tragedi Patah Hati di Jembatan Gantung
25
25. Penyelamatan yang Gagal
26
26. Mencari Kerling Sukma
27
27. Gadis Bermata Hijau
28
28. Pencarian di Dasar Jurang
29
29. Jejak di Dasar Jurang
30
30. Wanita Bermata Hitam
31
31. Perguruan Tiga Tapak
32
32. Menjadi Cadel
33
33. Keluar dari Lubang
34
34. Ciuman dalam Jeratan
35
35. Kerling Sukma Ajak Nikah
36
36. Wanita 100 Tahun
37
37. Kebisingan di Malam Hari
38
38. Jejak Baru
39
39. Pertemuan Rahasia
40
40. Tamu Lain
41
41. Sangar Hentak VS Siluman Angin Batu
42
42. Joko Masih Hidup
43
43. Empat Lawan Satu
44
44. Sampai Nyawa Melayang
45
45. Duka Dua Istri
46
46. Dalang Tragedi Terungkap
47
47. Pertemuan Haru Ibu Anak
48
48. Adik Seperguruan Ayah
49
49. Cerita Gujara
50
50. Pengadilan Lirik Layangati
51
51. Pendekar Seribu Tapak
52
52. Cerita Benar Mata Hijau
53
53. Pertarungan Besar Dimulai
54
54. Gugurnya Para Pendekar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!