"Kamu sakit , Rin?" tanya Naya yang tau Rin sedang tak baik saja. Mereka bertemu ketika Rin melewati dapur hendak ke kamarnya.
"Entahlah, asam lambungku naik sepertinya Bi, gara gara Tuan Bima tadi menyuruh aku minum kopi buatan ku sendiri. Aku sebenarnya paling anti sama kafein dan sejenisnya, aku jadi mual sekarang" ujar Rin sambil mengambil segelas air minum dan meneguknya habis.
"Ke Dokter aja. Sebelum makin parah, suruh Rendra antarin kamu." imbuh Naya.
"Nggak usah Bi, aku mau istirahat saja, entar juga hilang sendiri."Rin menolak usul dari Naya.
"Terserah, kalau itu mau mu, tapi aku sudah ingatkan." Naya juga masuk ke kamar yang bersebelahan dengan Rin. Karena siang hari mereka biasa tidur siang.
~
~
Waktu istirahat selesai jam 2 siang. Naya mulai berkutat di dapur sedangkan kamar Rin masih tertutup rapat.
"Bi Na, kok kerja sendiri !? Rin mana?" tanya Bima menyelidik.
"Sepertinya masih tidur, Tuan."
"Dasar pemalas! Bangunkan dia suruh bersihkan kamar saya."
"Baik tuan, Tapi tadi dia lagi..." Bi Na, Belum selesai bicara Bima sudah menghilang dari dapur.
Bi Na, segera menuju ke kamar Rin. Memberitahukan perintah majikannya barusan. Namun belum sampai mengetuk pintu, Rin sudah keluar. Ia terbangun saat Abimanyu telah berteriak mencarinya hingga ke ruang belakang tadi.
"Kamu benar nggak apa- apa?" tanya wanita paruh baya, usia 50 tahun itu khawatir setelah tau Rin tadi kurang enak badan. Tetapi sekarang ia nampak lebih baik dari pada tadi.
"Jangan khawatir Bi, bukannya kalau kita jauh dari rumah harus kuat," ucap Rin penuh semangat. Sambil mengangkat lengannya dan mengepalkan jarinya. Bi susi mengangguk setuju.
Rin segera menuju ruangan Abimanyu. Tak ingin ia membuat kesal majikannya lagi. Apalagi ketika tanpa pujaan hati di sampingnya. Emosinya suka naik, suka turun tanpa sebab.
Rin memasuki kamar Abimanyu yang berantakan melebihi kapal pecah, disana sini ada pajangan CD tuannya berserakan di sembarang tempat.
Sungguh pria tak tau malu, seharusnya ia bisa mengambil benda tak pantas ini sebelum menyuruh ku membersihkan kamarnya.
Rin memungut satu persatu benda yang telah selesai dipakai itu dengan jijik, mengumpulkan pada keranjang dan membawanya ke mesin cuci.
Tak lama ia kembali lagi, kini ia membawa sapu kain pel dan pengharum ruangan dengan aroma Woody yang sudah tersedia di tempatnya. Selesai menyapu dan mengepel lantai. Rin telah berhasil menyulap tempat yang tadinya sempat berantakan, kini menjadi kamar tidur yang rapi.
Sekilas ia memandang pada majikannya. Abimanyu yang sedang menyandarkan tubuhnya di sisi ranjang sambil terpejam. Ia sama sekali tak terganggu dengan keberadaannya sejak tadi yang mondar mandir memutari nya berkali kali.
Mungkin Tuan Bima sedang merasa kesepian merindukan kekasihnya. Jika memikirkan menghancurkan ruko yang pernah menjadi miliknya dulu mungkin tak akan se gelisah itu. begitu pikir Rin dalam hati.
Teringat Ruko lantai tiga yang pernah menjadi miliknya akan dihancurkan dan dibangun sebuah restauran, tiba-tiba hati Rin menjadi sedih. Ia ingat betul kenangan manis 13 tahun lalu. Saat dirinya berusia 5 tahun, ia sering menyusul sang ayah yang sedang melakukan survei pembangunan. Begitu senang saat itu. Berlarian ke sana kemari dengan riang, sang ayah segera menggendongnya, khawatir ada paku yang akan melukai kakinya. Tanpa terasa bulir bening jatuh pada pipi gadis kecil itu.
Abimanyu baru tersadar dari lamunannya saat Rin hendak keluar dari kamar.
"Hei, kenapa kau tiba-tiba sedih? Hanya dengan membersihkan kamarku!" Tanya Bima tak mengerti. Ia mendekati keberadaan Rin yang di tangannya terdapat sapu dan kain pel.
"Apa kau sakit?" Pria itu kembali terlihat sifat baiknya. Ia menempelkan punggung tangan pada kening Rin.
"Badanmu terasa lebih panas, dan kau menangis?" Abimanyu kini menunjukkan raut muka khawatir. Ia mulai memikirkan apakah sikapnya selama ini terhadap gadis yang sedang berdiri depannya terlalu keras. Hingga ia tak betah bekerja dengannya.
Air mata Rin semakin deras. Membuat pria itu tak tega melihatnya. Ia menenggelamkan tubuh Rin ke dalam dekapannya. Ia ingin memberi ketenangan layaknya sang ayah. Ia paham betul gadis seusianya pasti sangat membutuhkan kasih sayang dan sifat manjanya masih berlebihan.
"Tuan, akan menghancurkan Ruko itu?" tanya Rin saat tubuhnya masih dalam rengkuhan sang majikan
"Iya benar, karena aku hanya tertarik pada bisnis kuliner bukan yang lainnya." jawabnya santai.
Rin segera menyingkirkan tangan Abimanyu yang masih menempel lekat, melingkar di punggungnya. Setelah berhasil lepas ia berlalu pergi.
"Hei, kau kenapa?"
Abimanyu kini paham ternyata dia bersedih karena ruko itu akan ia hancurkan, bukan karena ia tak betah kerja di rumahnya.
Bima segera membatalkan rencananya, untuk merobohkan bangunan tersebut. Ia telah berhasil menghubungi kontraktor dan semua pihak yang bersangkutan, serta membatalkan yang kedua kalinya pertemuan dengan Arsitek yang pernah ia sebut- sebut sebelumnya.
"Hesa, kau tolong kesini sebentar, bawa alat-alat yang biasa kau gunakan untuk memeriksa pasien," ucap Bima dalam panggilannya kepada Dokter Mahesa setelah selesai berurusan dengan hal pembangunan tadi.
Mahesa seorang Dokter Obgin ternama sekaligus sahabat masa kecilnya. Selain seorang Dokter ia juga pemilik beberapa rumah sakit besar nan populer di Indonesia dan luar negeri
"Kenapa kau menghubungiku? Apa kau yakin kalau istrimu saat ini sudah hamil, hah.... ? Terdengar tertawa mengejek dari seberang. "Aku tak yakin seorang model yang sedang dilirik beberapa stasiun TV akan siap hamil anak kamu, pria pengangguran."
"Sialan kamu, walaupun aku kelihatan nganggur tapi pemasukan omset ku juga tak kalah denganmu," jawab Bima tak mau kalah. "Kelihatan nganggur begini aku pengusaha sukses yang terselubung, buruan berangkat aku kasih waktu 20 menit harus sampai."
"Gila kamu, Memangnya aku ke rumahmu naik pesawat!" sergah mahesa dengan nada suara tinggi.
"Pokoknya cepat, aku nggak mau nunggu lebih lama" Abimanyu segera menutup teleponnya. Ia tak ingin obrolannya menunda waktu Mahesa berangkat. Kalau bukan sahabatnya yang meminta datang sendiri mungkin Mahesa sudah menyuruh Dokter lain yang datang. Tapi ini yang meminta Abimanyu ia tak bisa menolaknya.
-
-
Dengan tergopoh-gopoh, Mahesa mengetuk pintu rumah Abimanyu. Naya segera membuka pintu untuknya. "Dokter Hesa. Anda yang datang?"
Dalam wajah wanita itu penuh kebingungan, memikirkan siapa yang sakit, hingga Dokter Mahesa sendiri yang turun tangan. Dengan se koper alat kesehatan yang ia bawa. Karena ia tadi melihat tuannya segar bugar tak menandakan sedang sakit.
Mahesa segera masuk dan menuju lantai dua rumah Abimanyu. Karena ia pasti akan mendapatkan pria itu disana.
"Kamu rupanya telat 10 menit, dasar Dokter tak profesional," ucap Bima dengan sedikit bercanda.
Dibilang tak profesional membuat Mahesa tak terima. Ia memelintir lengan Bima membuat pria itu memekik kesakitan. "Auuuh sakit Bro."
"Kamu pikir rumah kamu dekat apa? Katakan siapa yang akan aku periksa kalau kau ternyata sehat bugar begini," imbuhnya lagi walaupun Mahesa Dokter Obgin, namun Bima tak jarang minta tolong padanya untuk memeriksa jika ada keluhan sakit ringan.
"Pembantuku."
"Apa?"
"Hei...! Aku majikannya jangan khawatir, aku mampu membayar mu, sejak kapan Dokter memilih seorang pasien, hah?" Bima mengeluarkan jurus yang menjadi skak matt buat Mahesa. membuat pria itu tak dapat membalas kata-kata Abimanyu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Fransisca Olivia Tambunan
maira calon istri apa istri sih?? bingung berbi bacanya
2021-05-29
0
Dewi Deya
thor coba cewenya sambil kuliah thor biar ad buat masa depanya nanti thor
2021-03-02
0
Desi Datu
lanjut
2021-03-02
0