Delia pun berdiri dan pergi dengan membawa amarahnya.
Dia masih belum bisa mencerna penjelasan dari tuan Atmajaya.
"Gimana Del.." tanya Fani dengan penasaran,karna dia sedari tadi hanya menunggu di parkiran.
Delia hanya terdiam sembari menyapu air matanya.
Fanipun memahami sahabatnya,mungkin dia masih shock. Dia mengantar sahabatnya itu kembali ke Rumah sakit.
***
"Ayah dari mana?sepertinya senang sekali?"
Tanya Brian dengan menjijitkan satu alisnya.
"Ian,ayah senang sekali melihat ekspresi wajah anak gadis pak Yosep yang tercengang mendengar semua hutang-hutangnya dan ayah sedikit membuka kebusukan ayahnya" jawab Atmajaya sembari duduk santai diruang TV menyusul Brian yang juga sedang santai menonton TV.
"Kenapa tidak ayah buka semuanya yah?"
"Sengaja ayah hanya mengelupas sebagian kulitnya,agar Yosep sendiri yang melanjutkan,,setelah itu,anaknya sendiri yang akan menghukum kejahatan ayahnya,hahaha..."
Atmajaya membayangkan bagaimana terkejutnya kalau si anak mendengar pengakuan dari ayahnya sendiri,bahwa sang ayah adalah pembunuh..
"Sebenarnya,aku punya cara yang lebih menyakitkan lagi selain menghancurkan hubungan ayah dan anak ataupun memenjarakan Yosep."
Brianpun terbesit ide yang tak kalah kejamnya.
"Apa itu nak?"
"Nikahkan aku dengan anaknya,seumur hidupnya Yosep akan merasakan tersiksa melihat anaknya ada dalam cekraman kita,,bagi sebagian orang pernikahan adalah surga..tapi bagi anak gadis Yosep itu adalah neraka."
"Hah,,ide bagus nak,tapi apakah kamu tidak keberatan mengorbankan masa depanmu demi menikahi anaknya?"
"Aku akan menceraikannya ketika mereka berada di ambang maut"
"Bagus nak,balaskan kematian ibu dan calon adikmu"
"Ayah akan atur semua".
***
1 minggu berlalu.
"Ayah,ayah harus banyak istirahat..Delia mau berangkat kerja dulu ya Yah.."
"Terimakasih nak,,maafkan ayah sudah merepotkanmu"
"Tidak ayah,aku senang bisa merawat ayah,,tapi maaf,aku tidak bisa 24jam disamping ayah,aku harus bekerja."
Delia sengaja tidak membahas atau mencari tau kebenaran tentang apa yang Atmajaya katakan perihal kebencian terhadap ayahnya.
Delia hanya tidak ingin menambah parah penyakit ayahnya.
"Bi..aku titip ayah,aku pamit berangkat kerja dulu ya.." Delia mencium punggung tangan ayah dan bibinya.
Delia mengambil kunci motornya,dan langsung pergi menuju kantornya.
Sepanjang jalan Delia melamun,otaknya berputar mencari cara untuk melunasi hutang ayahnya.
Baginya sangat tidak mungkin dalam waktu 2 minggu lagi untuk mencari uang sebanyak itu.
Dilobi bawah Delia jalan sempoyongan tak karuan.
"Del,lemes amat.."
Delia mencari sumber suara yang berasal dari belakang tubuhnya.
"Ha,,Faniii..iya fan..aku lemes,pusing,buntu,,kemana aku harus mencari uang sebanyak itu,aku juga tidak sanggup kalau harus melihat ayahku dipenjara."
Delia sudah menceritakan semuanya dengan Fani.
"Hemmm..aku juga ikut bingung Del,sebagai teman aku gak bisa kasih solusi."
Fani menggandeng tangan Delia,menuju ruang staf.
"Aku baru bekerja disini,mana mungkin aku bisa mengajukan hutang sebanyak itu..jelas tidak mungkin kan ya Fan.."
"Ya jelas lah,,karyawan lama aja paling mengajukan hutang 100jt mentok.."
"Hei,,Fan,Del.."
Terdengar suara pria dari belakang mereka.
"..kak Roby ...eh..pak Roby.."
Fani dan Delia menoleh kearahnya.
"Panggil kak aja..kan masih belum jam kantor"
"Tapi kan ini sudah dikantor kak eh pak.."
jawab Delia canggung.
"Oke,terserah kalian saja.Kalian pagi benar berangkatnya?"
"Iya pak,kita lebih tenang kalau berangkat lebih awal,jadi lebih santai bisa ngobrol bareng temen."
Jawab Fani.
"Dari dulu kalian memang selalu kompak ya..Oiya,sudah sarapan?"
"sudah pak.."
jawab Delia.
"Kalau belum kita sarapan bareng yuks dikantin"
"Ttterimakasih pak,,kami tidak mau merepotkan.."
sahut Fani dengan gugup karna baru kali ini bosnya ngajakin makan dengan karyawan lain.
"Enggak kok,kebetulan aku belum sarapan karna harus berangkat pagi.." Roby melirik ke arah Delia seperti berharap.
"Terimakasih pak..kami benar-benar sudah kenyang," jawab Delian.
"Okey baiklah..aku akan makan sendiri."
"Maafkan kami ya pak.." jawab Feni dan Delia bersamaan.
"Santai saja.." Roby tersenyum lebar kearah mereka.
***
"Aduuuh..dunia ini sempit ya..dia lagi dia lagi.."
Delia menutupi wajahnya dengan map setelah melihat Brian tiba-tiba muncul melewati barisan meja staf menuju ruang Direktur.
"Siap maksudmu Del?"
tanya Fani.
"Noh,,orang edan..yang pelitnya bukan main.."
Delia menunjukan jarinya dibalik map ke arah Brian dan asistenya yang sedang berjalan.
"Hust..ngawur kamu...edan apanya,pria tampan yang itu mah bukan edan..justru kita yang dibuat edan oleh tatapannya..aggghhhh..."
Fani menghayalkan sesuatu.
"Woy...Fan,tau gak itu laki-laki yang aku ceritakan,yang membuatku terlambat interview"
"Hah,,beneran Del??berarti kamu udah maki-maki dia dong..a a aa...celaka Del,..dia itu sepupuan sama Pak Roby Del...dia juga pemilik Perusahaan besar dikota ini,,Rumah sakit,obyek wisata dan banyak perusahaan kecil lainya yang dia punya..sudah,sudah sudah..kamu ngumpet aja dibalik map itu"
"Hah,,pantesan dia songong! Orang kaya mah bebas...."
Delia pun menuruti Fani tetap bersembunyi dibalik map.
***
"Rob.."
"Eh,kak Brian..kok gak ngasih kabar mau kesini."
"Aku tadi kebetulan lewat,jadi mampir ke sini..gimana kabar bibi dan paman?"
"Alhamdulillah kak,baik.."
"Bagaimana CV mu ini?"
"Lancar kak,,karna kakak dan paman,aku jadi punya kepercayaan diri untuk membangun dan mengelola CV ini."
"Bagus..oiya,aku ingin membagi cerita denganmu,kalau aku ingin menikahi anak Yosep musuh bebuyutan ayah."
"Apa kak??gak salah??"
Roby terkejut mendengar kabar tersebut.
"Aku berencana untuk membuat Yosep tak bisa tidur nyenyak dengan pernikahann kami."
"Tapi saranku jangan libatkan anaknya yang tak bersalah kak?"
"Tapi dia juga sudah membunuh calon adiku yang juga tak bersalah Rob"
"Kak,apakah kakak sudah menyelidiki kebenaran tentang tragedi itu?"
"Dua saksi saja saya rasa cukup membuktikan Rob."
"Tapi kak,,aku hanya takut lkalian salah langkah"
"Tidak Rob,"
"Baiklah,,tapi aku ingatkan denganmu kak,menyimpan dendam tidak akan membuat hidupmu lebih baik."
"Terimakasih sudah mengingatkan,aku akan pergi dan sampaikan salamku pada paman dan bibi"
"Okey,,"
Roby mengangkat kedua alis dan kedua pundaknya...ia melihat Kakak sepupunya itu keluar ruangan dengan congkaknya.
"Dasar keras kepala,semoga mereka tidak larut dalam kebencian yang mendalam" batin Roby.
***
GAdis kecil,temui aku di Cafe SIT pukul 17.00
Delia membaca pesan dari Atmajaya,dia menyimpan nomer Delia pada saat Delia memeriksa ponsel ayahnya dirumahsakit,Delia memutuskan untuk menelpon Atmajaya dengan ponselnya,agar ayahnya tak mencurigainya.
"Hah!ada apa lagi ini"
Delia menarik nafas dalam dan membuangnya kasar.
"Siapa Del?" tanya Fani.
"Atmajaya,dia ingin bertemu denganku"
Jawab Delia lemas.
"Mau aku temani?"
"Gak usah Fan,aku bawa motor sendiri"
"Kamu yakin??"
"Iya"
"Tapi kamu harus berhati-hati dengannya"
"Pasti Fan"
"Semoga dia bisa memberimu banyak waktu lagi untuk melunasinya."
"Aku harap seperti itu,tapi dilihat dari kepicikanya sepertinya mustahil dia akan berbaik hati memberi waktu panjang untuk kami."
"Berdoa saja Del,semoga Allah memberikan jalan keluar untuk masalahmu"
"Aamiin... semoga saja.Okey,aku pulang duluan ya..bye.."
Delia meninggalkan Fani yang masih beberes di meja kerjanya.
"Mau kemana Del?pulang bareng yukz"
Delia terkejut dengan kehadiran Roby yang tiba-tiba.
"Subahanallah...kak eh pak Roby mengagetkan saja."
"Hihihi...kok pucat gitu mukanya aku bukan hantu kali.."
Roby mencoba menggoda Delia.
Sebagai atasan Roby memang atasannyang baik,luwes dan sersan...serius ..tapi santai..membuat para karyawanya merasa nyaman bekerja dengannya.
"Hehe,,bukan gitu pak,"
Delia menggaruk rambutnya yang sama sekali tidak gatal,ia merasa malu dengan ekspresinya sendiri saat terkejut tadi.
"Eh,pulang bareng yuk"
"Terimakasih pak,kebetulan hari ini saya bawa motor sendiri dan sedang ada kepentingan."
"Wah ketemu pacar ya.."
"Aa..bukan kok pak,saya belum kepikiran pacaran."
"Wah,jomblo tulen ya.."
"Hihihi...iya..masih asyik ngejomblo"
"Okey,asal jangan keasikan ngejomblo,malu sama truk gandeng"
"Haduhhh..bapakkk..ikut grup lawak juga ya pak??hehehe"
Delia dan Roby tetawa geli,sepanjang jalan mereka asyik mengobrol,hingga terpisah di parkiran.
"Baik pak,saya permisi"
"Silahkan Del,kapan-kapan ngopi bareng ya"
"Siap bos,asal gratis hehehe"
"Rebessss..."
Sepertinya mereka cepat akrab karna sama-sama supple.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Sadiah
Awas brian niat nikah buat dendam bs jadi cinta, lagian knp gak cari tau dulu knp ibumu meninggal,, 😏
2023-07-14
1
Yeyen Dhevan
ku rasa bkn pa yosep deh yg slh
2021-11-22
0
Wertodiningrat II
nah ini kata Brian adik nya yang belom lahir yang meninggal tapi pas part sebelum nya pak Atmajaya bilang yang meninggal anak sulungnya yang dalam kandungan. terus kalo semisal brian anak pertama Atmajaya berati pak Atmajaya nikah umur 17 thn dong (muda amat)
2021-11-21
0