Malampun semakin larut. Suara deru mesin mobil memecah kesunyian antara alex dan andin. Tak ada yang memulai untuk berbicara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak lama berselang mobil Alex berhenti disebuah gedung apartement yang terbilang tidak terlalu mewah, itulah tempat tinggal Andin.
"Kita sudah sampai." Kata alex sambil menoleh kearah andin.
"ndin."panggil alex dengan lembut.
Andin tertidur dimobil alex. Ia menatap andin lekat-lekat. Tampak ada guratan lelah disana. Dan... iya! kerutan didahinya seakan menandakan andin sedang memikul beban yang berat. Seakan banyak kesedihan yang dia pendam. Tapi alex tidak pernah melihat andin dengan ekspresi seperti itu. Yang alex tahu, andin adalah perempuan yg baik, yang periang, yang selalu tertawa, yang bahkan dalam kehidupan kesehariannyapun didedikasikan untuk membuat orang lain tersenyum. Seperti tidak memiliki beban. Tapi jika dilihat raut wajahnya kali ini, semua bayangan tentang andin yang alex kenalpun sirna. Entah apa yang mengganjal dalam dirinya, yang alex tahu, dia tidak ingin mencampurinya. selama andin tak menceritakannya, alex juga tidak ingin bertanya. alex mengangkat tangannya membenarkan posisi rambut andin. Tampak wajah andin disinari lampu dari luar jendela membuatnya terlihat begitu mempesona.
"cantik." gumam alex
karna pergerakan yang dilakukan alex, andinpun terbangun dari tidurnya dan memergoki tangan alex yang sedang menyentuh rambutnya. Hal itu membuat andin terkejut dan segera membenarkan posisi duduknya. Alex juga tak kalah terkejutnya melihat andin bangun, membuat dia menjauhkan tangannya dari andin dan melempar pandangan kesegala arah karna canggung.
"Emh ... sudah sampai ya mas?" tanya andin sigap.
"Oh! emh iya,,, tadinya aku mau membangunkanmu, tapi kayaknya aku lihat kamu capek banget, makanya aku kasian mau banguninnya." sahut alex tak ingin andin salah paham akan sikapnya tadi.
"kayaknya aku memang kecapean mas, kepalaku berat banget. Makasih ya mas alex sudah nganterin aku sampai rumah. mas alex gak mau mampir?" kata andin basa basi. kan gak enak kalo tiba- tiba disiruh pulang. kesannya malah ngusir lagi.😂
"oh! gak usah ndin. ini sudah malem.lain kali saja aku mampir." jawab alex.
"ya udah mas alex hati-hati dijalan kalo gitu, aku masuk dulu ya mas?" pamit andin ia bergegas keluar dari mobil alex.
"ok! oia ndin masalah perawatan kakakku, aku mau kamu mengontrol keadaannya tiap hari. Walaupun hanya sekedar dilihat kondisinya saja. kalo kamu kesulitan aku akan suruh orang buat antar jemput kamu tiap hari gimana?" kata alex membuat andin berdiri didepan pintu mobil sembari mencerna perkataan alex.
Alex adalah tipikal pria yang penuh perhatian, apalagi pada kakaknya. semenjak ayahnya meninggal mau tidak mau ia harus bertanggung jawab menjaga kakak dan ibunya. Sedangkan suami anggun jarang ada dirumah, dia sibuk keluar kota karna berbisnis batu bara dikalimantan.
" gak perlu pake acara antar jemput segala lah mas, aku bisa naik taxi ko. Mas alex jangan khawatir, aku akan berusaha sekuat tenaga menjaga kak anggun sebaik mungkin." kata andin dengan lembut.
Alex tersenyum menganggukan kepala, entah mengapa hatinya menghangat mendengar ucapan andin yang akan menjaga kakaknya.
"ok lah mas, aku naik dulu ya? mas hati-hati dijalan dan selamat sampai tujuan." kata andin sambil menutup pintu mobil dan berjalan ke arah pintu masuk apartement. Alex menatap punggung andin dengan tatapan penuh arti, sebelum masuk pintu apartement andin berbalik dan melambaikan tangannya ke arah alex, andin tersenyum kemudian berlalu masuk kedalam apartementnya. Alex membalas melambaikan tangannya ke arah andin, meski dia tahu bahwa andin tidak akan melihat balasan lambaian tangannya dari luar. alex terdiam menatap kepergian andin. Ia tersenyum melihat tangannya yang masih menggantung didepan wajahnya.
"ada apa dengan aku? kenapa aku merasa tidak rela melihat andin pergi?" gumamnya dalam hati.
Tak ingin pikirannya semakin kacau, alexpun memutar mobil dan mengendarainya pulang kerumah. sepanjang perjalanan Alex sibuk dengan pikirannya yang kacau. Dimana-mana hanya ada andin, bayangan andin selalu terlintas begitu saja. saat dia tertawa, saat dia berjalan, saat dia tersenyum karna malu, saat andin berada ditengah-tengah keluargannya, semua ekspresi andin berlarian dalam benak alex.
"Sial! ada apa denganku? kenapa jadi mikirin dia terus?" kata alex bertanya pada dirinya sendiri.
Tanpa terasa waktu berlalu, Alex sudah sampai didepan rumahnya, memarkirkan mobilnya dan masuk kedalam. Tampak mamanya sedang asyik mengobrol disofa ruang tamu bersama anggun. Alex berjalan melewati mereka tanpa menoleh.
"Alex!" panggil mamanya
"iya ma?" jawab alex benghentikan langkahnya dan berbalik menatap mamanya sambil sesekali melirik anggun kakaknya.
"Andin sudah kamu antar ke apartementnya dengan selamat kan?" tanya mamanya dengan nada menggoda.
"Sudah ma, alex sudah mengantar andin sampai depan pintu masuk apartemennya." jawab alex ketus.
"Trus kenapa kamu gak kembali pulang??" tanya mamanya sambil menahan tawa melihat ekspresi alex.
" maksud mama apa sih? udah jelas-jelas alex disini, mama malah bilang alex gak pulang." jawab alex bingung.
"Iya! Jiwa kamu disini tapi hati kamu ketinggalan ditempat andin." jawab mamanya sambil tersenyum dan berjalan ke arah alex.
"seriusan kamu cuma temenan aja sama andin?"tanya anggun memastikan hubungan adiknya. Sebenarnya anggun bisa melihat dari mata alex jika dia memiliki ketertarikan pada andin. Tapi mungkin alex belum menyadarinya
"kakak ini juga bicara apa sih??? alex sama andin itu cuma temenan aja gak lebih. alex bawa andin kesini itu murni untuk membantu kakak melewati kesulitan saat hamil." alex mencoba menjelaskan.
"Tapi kenapa diantara ribuan dokter yang ada disini kamu memilih andin?" tanya mamanya dengan sedikit menyipitkan matanya.
"oh, itu karna, itu...." alex bingung menjawab pertanyaan mamanya. sebenarnya alex juga tidak tahu kenapa dia meminta andin membantu kakaknya, padahal dia bisa mencari dokter spesialis yang lebih handal atau mendatangkan dokter terbaik dari negeri tetangga. Tapi dia malah memilih andin.
"oh itu itu kenapa?? bingung mau jawab apa? alex! mama itu bisa melihat jelas dimata kamu kalau andin itu lebih dari seorang teman. cara kamu menatap dia aja udah beda, mungkin kamu belum menyadarinya. Lambat laun kamu akan mengerti."kata mamanya menjelaskan pada alex sambil menepuk pundak putranya.
Wajah alex memerah karna malu, dia menundukan pandangannya dan berjalan meninggalkan anggun dan mamanya. Namun baru saja mau menaiki satu anak tangga, ia kembali menoleh karna mendengar perkataan anggun.
"cepet bertindak! kalau gak nanti keburu disamber yg lain loh!" Kata anggun setengah berteriak karna alex sudah menaiki anak tangga hendak ke kamarnya.
Alex tak menghiraukan kedua wanita yang sedang mencoba memprovokasinya. Dia segera masuk ke kamarnya mengunci pintu dan merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur. Pikirannya masih dipenuhi oleh andin andin andin. Dia mengingat perkataan kakaknya tadi, jika ia harus segera bertindak. Alex merasa tak tenang memikirkan hal itu. Alex membenamkan kepalanya diantara kedua tangannya. Semakin memikirkan andin dia semakin sakit kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Dinda Natalisa
Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.
2021-03-12
0
Kadek Ria
bener harus cepat alex
2020-10-01
0
Athaya Winangun
sampe sini dulu .
2020-08-09
0